Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

Sulap Lahan Bekas Pertambangan Jadi Ladang Minyak, Dua Nilai Tambah Disabet

Diperbarui: 20 Januari 2016   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir semua barang bekas bisa dimanfaatkan Karena itulah ada profesi tukang rongsok. Ada juga tempat jual-beli barang bekas yang dinamai pasar loak. Makanya, jangan pernah menjauhi bekas pasangan. Siapa tahu suatu saat nanti si mantan bisa dimanfaatkan lagi. Begitu juga dengan lahan bekas pertambangan.

Banyak lahan pertambangan yang awalnya berupa lahan subur, bahkan hutan. Tetapi, setelah dieksploitasi, lahan tersebut berubah menjadi tandus atau kritis. Akibatnya, lingkungan menjadi rusak. Ujung-ujungnya standar hidup warga di sekitarnya pun menurun. Dan, setelah penambangan selesai, biasanya lahan dikembalikan lagi ke fungsi awalnya. Dari hutan kembali ke hutan. Inilah yang disebut dengan reklamasi tambang.

Reklamasi lahan bekas pertambangan biasanya dilakukan lewat 4 tahap, mulai dari pengkonturan ulang (recontouring), penimbunan, pemampatan, diakhiri dengan penanaman kembali lahan. Sebenarnya, reklamasi bisa juga “potong kompas” yaitu dengan langsung menanaminya. Asalkan, jenis tanaman yang dipilih dapat tumbuh di atas lahan kritis yang minim air. Lebih bagus lagi kalau pilihan jatuh pada jenis tanaman yang memiliki nilai tambah ekonomis dan strategis. Misalnya jarak pagar.yang bijinya bisa menghasilkan bahan bakar nabati (BBN).

Jadi, menanami lahan bekas pertambangan dengan tumbuhan penghasil BBN sama saja dengan menyulapnya menjadi ladang minyak, Bukan hanya itu, upaya ini pun sekaligus untuk mewujudkan ketahanan energi nasional.

 

Sumber foto: di sini




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline