Beberapa langkah setelah menjauh dari kamar hotel tempat pertemuan, sambil terus berjalan Natsir merogoh saku jaketnya. Dari saku yang terletak di sisi kiri jaketnya, ia mengeluarkan ponsel bertipe “V” berwarna hitam. Dengan menggunakan ujung jempol tangan kanannya ia membuka flip ponsel. Ponsel seharga tiga ratus lima puluhan itu membuka. Kemudian dengan ujung jempol tangan kirinya ditekan-tekannya tombol pada keypad ponsel.
Tanpa menghentikan langkahnya ia menyilangkan ponsel di anatara telinga kiri dan pipi kirinya..Nada panggil terdengar. Dua detik kemudian panggilanya dijawab. “Sudah keluar,” katanya pendek lalu menutup kembali flip ponsel.
***
“Sob,” ucap Rizal sambil mengusap-usap kumisnya, “tadi sampeyan merasa ada yang aneh tidak?”
Satria hanya menggeleng pelan sebagai jawabannya. Kembali ia menghembuskan uap dari mulutnya ke arah jam tangan merek Richard Milles-nya. Uap yang menempel pada kaca jam itu kemudian dilapnya dengan menggunakan ujung lengan kemejanya.
“Serius, sampeyan tidak melihat ada yang aneh?” ulang Rizal penasaran.
“Apanya yang aneh sih, Bro?”
“Sampeyan perhatikan tidak HP punya Natsir yang ditaruh di atas meja/”
“Iya lihat,” jawab Satria sambil merebahkan punggungnya pada sandaran sofa. “Cuma hape Samsung. Warnanya hitam. Harganya juga paling seujung kuku.”
“Payah sampeyan ini.”
“Memangnya kenapa, Bro/”