Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

Galau-galau di Kompasiana

Diperbarui: 22 Agustus 2015   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Di Kompasiana sekarang lagi ramai tentang merosotnya jumlah pembaca. Katanya ada yang sebelumnya di baca ratusan ribu, sekarang tinggal belasan saja. Menariknya kejadian extraordinary ini bersamaan dengan comeback-nya sohib kita Jati Kumoro. Kira-kira, apa hubungannya?

Kemapa sohib kita Jati, selamat kembali lagi. Nah, ini menarik lagi. Mudiknya Jati ini didahului oleh suksesi di PKS dengan terpilihnya Muhammad Shohibul. Nah, namanya kan mirip-mirip dengan Si-Habul. Terus, apa hubungannya lagi ya?

Soal statistik pembaca, begini pengalaman saya. Waktu baru gabung, dan sampai beberapa tulisan, rasanya dibaca 50-an saja sudah girang banget. Lama-lama yang membaca tulisan saya jadi meningkat. Jarang-jarang jumlah pembaca (pengklik maksudnya) di bawah 1.000. Tapi, kemudian K error lagi. Di-view 100 saja sudah bagus. 500 itu sudah girang. Jadi, jangan galau soal jumlah klik.

Dulu juga, senang rasanya kalau tulisan diganjar HL. Tapi, kadang yang baca tidak sebanyak TA. Pernah satu artikel HL, satunya lagi TA. Nah, yang TA ini selain jumlah pengkliknya banyak, pengomentarnya juga banyak. Sejak saat itulah saya mengubah gaya penulisan supaya sering TA. Lha, kalau ngincer HL, kadang cuma Highlight, malah banyak yang cuma lewat. Tapi, kalau TA, sekali masuk yang baca dan yang komen bejibun.

Sekarang TA sudah tidak ada, tinggal HL dan HLt. Sekarang dapat HLt jg jarang. Tapi, kalau punya ide nulis ya nulis saja. Jangan pusingkan dengan statistik yang belum juga beres. Yang penting bisa ngakak bareng di sini. Jadi jangan galau, tak usah kemilau.

Kita juga tidak perlu dibuat pusing dengan statistik jumlah pembaca, jumlah HL, dan jumlah-jumlah lainnya. Beberapa waktu yang lalu pas lagi gugel saya klik tulisan lama saya..Lho kok HL? Kalau HL pasti ada fotonya. Nah, kalau ada tulisan yang tidak HL berubah jadi HL, mungkin juga ada tulisan yang HL berubah jadi tidak HL.

Baru panik kalau ada tulisan kita yang hilang. Lha, kalau tulisan saya yang hilang sih tidak masalah. Wong tulisan saya lewat seminggu saja sudah kadaluarsa. Tapi, bagaimana dengan tulisan yang berpotensi memiliki nilai ekonomis seperti puisi, cerpen, tips, wisata, kesehatan, dll. Ini baru masalah. Masalah besar.

Tapi, ada masalah lainnya. Kadang komentar kita yang sudah masuk begitu di-refresh hilang aka tidak muncul. Akibatnya, dituduhlah si penulis menghapus artikel. Padahal, soal tidak munculnya komentar sudah “otomatis” gara-gara (mungkin) error.

Selain itu, Kompasiana yang tampilannya makin cantik ini jadi kurang bohay. Kurang sexy. Kurang Hot. Sepengamatan saya, tulisan yang ditayangkan juga berkurang. Apa karena masih terus dihembuskannya propaganda kalau admin K itu begini-begitu? Lha, gara-gara tidak ada lagi inbox, penyebar propaganda kirim pesannya lewat komentar. Jadi, ketahuan siapa orangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline