Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

ARB Puji Jokowi, Bukan SBY

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak seperti yang saya duga sebelumnya, sekalipun berposisi sebagai pesaing, ARB masih menunjukkan pandangan jernihnya atas figur Jokowi. Menurut ARB, dengan keteladanannya Jokowi mampu meredam kemarahan warga ibu kota yang tengag tertimpa musibah banjir. Dan, lewat keteladanannya itu, masih menurut ARB, Jokowi telah menularkan integritasnya. Sepertinya ARB tidak terpengaruh oleh pemberitaan TV One yang terus memojokkan Jokowi dengan berbagai kiat.

"Di Jakarta ada gubernur yang baik, yang teladan. Ada banjir, tapi warga enggak marah, karena tahu gubernurnya lagi bekerja dan bisa diteladani, Padahal kondisi (Jakarta) sekarang masih sama dengan kondisi di era gubernur sebelumnya. Tapi karena keteladanan, kondisi hati kita yang berubah, jadi enggak marah-marah," ungkap ARB atau Anies Rasyid Baswedan sebagaimana dikutip Kompas.com.

Ya, ARB yang dimaksud bukan Aburizal Bakrie, pemilik TV One yang ngotot nyapres sekalipun sudah 7 tahun tanggung jawabnya pada korban lumpur Lapindo belum dituntaskan. Jumat kemarin (24/01/2014) Kompas.com memuat artikel berjudul "Jakarta Banjir, Jokowi Hilang" yang ditulis Jodhi Yudono. Isinya meceritakan dua warga DKI yang berbincang soal hilangnya batang hidung Jokowi di saat banjir.dari seluruh tayangan TV One. Menariknya, dari sekian banyak stasiun TV, hanya TV One lah yang tidak meliput "blusukan" Jokowi di tengah banjir .

Lupakan sejenak ARB yang ketua umum Golkar. Kembali ke ARB yang mengikuti ajang pencarian bakal presiden lewat konvesi Partai Demokrat. Sebagai peserta konvensi, kenapa Anies tidak memuji SBY? Bukankah dengan memuji SBY menjadi poin tersendiri bagi Anies mengingat pemenang konvensi ditentukan oleh SBY?

Justru dengan tidak memuji SBY, Anies telah menunjukkan konsistensinya. Sebab sebelumnya Anies kerap kali melontarkan pernyataan-pernyataan yang mengritisi kepemimpinan SBY sebagai Presiden RI. Anies pun menilai kepemimpinan SBY tidak tegas dalam mengambil keputusan. Menurutnya ketidaktegasan SBY tersebut menyebabkan kondisi negara yang penuh kegoncangan dan ketidakpastian..

"Hadapi saja seharusnya kelompok penentang. Tapi, ketika pemimpin posisinya to please everyone, maka dia akan kehilangan kewibawaan dari kelompok pendukung dan tidak berani menghadapi penentang," kata Anies saat menyampaikan Refleksi Akhir Tahun "Rekayasa Indonesia Baru", di Auditorium Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa.

Lebih lagi Anies pernah menghimbau SBY untuk mengubah gaya kepemimpinannya yang memelas saat tampil di publik.

"Bicara krisis, bukan hanya SBY yang menghadapi. Tapi dihadapi jangan dengan tampil memelas. Orang kalau dalam posisi inferior, tampil memelas akan dikasihani. Kalau orang dalam posisi superior, memelas, tidak akan dikasihani," kritik Anies. Pada 29 Desember 2009. (Sumber: Kompas.com)

Anies pun tidak salah bila ia lebih memuji langkah Gubernur Jokowi dalam menghadapi bencana ketimbang Presiden SBY. Jokowi ada di tengah-tengah rakyatnya yang kesusahan. Sedangkan di tengah multi bencana alam SBY justru meluncurkan buku yang sebagian isinya berisi curhatnya. Lucunya, SBY malah mengaku kalau ia stres karena ketebalan bukunya, bukan stres karena memikirkan rakyatnya.

"Buku ini tebal, saya stres setelah jadi tebal. Saya khawatir teman-teman takut karena tebal," kata SBY dalam acara peluncuran bukunya di Jakarta Convention Center, Jumat (17/1/2014) malam. (Sumber: Kompas.com).

Mirisnya lagi ditengah bencana alam masih melanda di sejumlah wilayah Indonesia seperti di Sumatera Utara, Jakarta, dan Sulawesi Utara SBY malah memilih bertolak ke Bali untuk mengurus Partai Demokrat. Mungkin SBY lupa dengan pidato dalam pembukaan Indonesian Young Leader Forum 2013 pada 18 April 2013. Saat itu dengan tegas SBY berkata, "My loyalty to my party ends, where my loyalty to my country begins." Sumber: The Jakarta Globe.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline