Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

Kebenaran Koalisi Tanpa Syarat Jokowi Diungkap Pendukung Prabowo Sendiri

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak yang mengatakan koalisi tanpa syarat yang disodorkan Jokowi hanya basa-basi saja. Dikatakannya pula koalisi tanpa syarat sebagai bentuk pencitraan yang membodohi publik. Bagi kubu lawan bentuk koalisi ala Jokowi ini sangat tidak mungkin dipratekkan dalam budaya politik Indonesia. Apalagi bila bercermin pada koalisi SBY-Boediono yang telah menentukan jatah kursi bagi partai pendukungnya langsung setelah deklarasi. Namun, secara tersirat kebenaran dari koalisi tanpa syarat Jokowi ini diungkapkan sendiri oleh pendukung pasangan Pra-Hara.

Adalah Mahfud MD yang pada mulanya diusung sebagai capres PKB. Pasca pileg, setelah mendatap masukan dari sejumlah kyai NU, PKB memutuskan mendukung Jokowi yang saat itu belum menentukan bakal cawapresnya. PKB pun menyodorkan tiga nama capresnya, Mahfud, Jusuf Kalla (JK), dan Rhoma Irama kepada Jokowi. Dari tiga nama yang ditawarkan PKB hanya dua yang dilirik Jokowi yaitu Mahfud dan JK.

Dalam sejumlah wawancara Mahfud menyatakan siap mendampingi Jokowi sebagai cawapres. Mantan Ketua MK ini pun mengungkapkan kesiapannya untuk berbagi tugas dengan Jokowi. Katanya, ia akan berada di balik meja, sementara Jokowi berada di lapangan. Nampak Mahfud sudah bersedia menjadi “Ahok” bagi Presiden Jokowi nantinya. Dari pernyataan-pernyatan Mahfud terbaca bila mantan menteri pertahanan di era Gus Dur ini menyimpan harap pada pilihan Jokowi.

Harapan Mahfud pun sirna setelah Jokowi mendeklarasikan JK sebagai bakal cawapresnya pada 19 Mei 2014 lalu. Dengan demikian sebenarnya Jokowi telah memilih satu dari tiga nama capres yang disodorkan PKB. Jika diperhatikan, tidak ada yang salah dengan dipilihnya JK. Pertama, elektabilitas JK lebih tinggi dari dua capres PKB lainnya. Kedua, kedekatan Jokowi dengan JK pun sudah terjalin sejak lama. Ketiga, pengalaman JK dalam pemerintahan lebih luas ketimbang Mahfud dan Rhoma.

Setelah gagal menjadi cawapres Jokowi, Mahfud didekati oleh kubu Prabowo. Sama seperti Ical, Mahfud pun dijanjikan jabatan penting bila Pra-Hara menang. Sama seperti kursi yang dijanjikan kepada Ical, jabatan apa yang bakal diduduki Mahfud belum jelas. Meski belum jelas, Mahfud menerima tawaran Prabowo dan bergabung sebagai tim pemenangan Pra-Hara.

Dari bergabungnya Mahfud ke dalam kubu Pra-Hara setelah ditawari kursi penting inilah secara tidak langsung mengungkapkan bila kubu Jokowi tidak atau belum menawari Mahfud jabatan apapun. Sebab, bila Jokowi sudah menawari satu jabatan penting pastinya Mahfud lebih memilih bersama PKB mendukung Jokowi-JK. Dengan kata lain, koalisi tanpa syarat yang digalang Jokowi memang benar adanya. Kebenaran adanya koalisi tanpa syarat ini pun terlihat dari tidak jadinya Golkar mendukung Jokowi-JK dan bergabung dengan Pra-Hara setelah dijanjikan jabatan menteri senior oleh Prabowo.

Lalu, kapan pembagian jatah kursi dibagikan? Sebagaimana yang ditegaskan Jokowi pembagian jatah kursi baru dilakukan setelah Jokowi-JK menang pilpres 2014.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline