Kalau ada yang bilang wajah ganteng itu sebagai kelebihan dan menganggapnya sebagai anugrah, saya yakin 100 % kalau yang bilang itu tidak ganteng. Pakde Kartono, misalnya, pernah bilang, “Kalau saja saya seganteng Mas Gatot, pastinya lebih bangak lagi gadis kinyis-kinyis dan wanita matang manggis yang mendekat.” Padahal, faktanya tidak demikian!
Ini pengalaman saya. Justru banyak gadis kinyis dan wanita matang manggis yang menolak karena wajah saya yang gantengnya melebihi David Ginola ini. Alasan penolakan mereka pun rata-rata seragam, “Mas kan ganteng, masa sih masih jomblo. Bukannya banyak yang mau sama Mas. Mas pasti mau bohongi aku ya?”
Demikian pula waktu Mbak Kd menolak saya dengan alasan tuntutan profesi. “Mas, aku kan penari. Kalau Mas ada didekatku, nanti peninton lebih memperhatikan Mas ketimbang tarianku.”
Dan, punya wajah ganteng itu sangat merepotkan. Erren, misalnya, pernah menghapus pertemanan di Kompasiana. Tentu saja saya heran. Beberapa saat kemudian saya menerima inbox dari Erren. “Mas Gatot, Erren sengaja menghapus pertemanan kita. Bukan karena Erren tidak menyukai Mas, tapi justru sebaliknya. Mas Gatot, dengan menghapus pertemanan dan kemudian berteman lagi maka PP Mas yang gateng itu bisa terus dilpandangi setiap Erren membuka dashboard.”
Malah saya pernah bilang pada Chacay (Chaca Cayang) kalau wajah gantengku ini musibah buatnya. Lha iya, karena wajah gantengku ini Chaca hampir tiap hari bawaannya ngambek melulu gara-gara cemburu. Nah, kalau cemburunya sampai tingkat dewa bawaan Chacay itu mirip pemerintah China yang suka main blokir situs jejaring sosial. Kemarin, contohnya, entah cemburu dengan siapa, Chacay memblokir akun FB-ku.
Itulah sekelumit kisah hidup yang bisa menunjukkan kalau berwajah ganteng itu bukanlah sebuah kelebihan. Makanya saya heran dengan Prof. Amien Rais dan Ustad Anis Matta yang menjual wajah Prabowo Subianto yang menurut mereka lebih ganteng ketimbang Jokowi. Sudah pasti wajah dagangan Amien dan Anis ini dijajakan kepada kaum hawa. Tapi, pertanyaannya sangat sederhana, apakah capres berwajah ganteng lebih dipilih perempuan ketimbang yang tidak?
Sebagai “juragan survei” di Kompasiana, saya tidak akan bicara tanpa dukungan data. Nah berdasarkan hasil survei PDB yang dilakukan pada 11-18 Juni 2013, Jokowi lagi-lagi ada di posisi teratas sebagai kandidat capres. Survei yang khusus dilakukan pada kaum hawa menyebutkan, tingkat dukungan Jokowi mencapai 16,1 persen. Sementara itu, posisi selanjutnya ditempati oleh Prabowo Subianto (7,8 persen), Megawati Soekarnoputri (7,3 persen), Aburizal Bakrie (4,8 persen), Jusuf Kalla (2,9 persen), dan Wiranto (1,3 persen). Sumber
Jadi jelas, menurut hasil survei ibu-ibu, emak-emak, mpok-mpok, tante-tante, mbak-mbak, gadis kinyis-kinyis, dan wanita matang manggis lebih memilih Jokowi ketimbang Prabowo yang lebih ganteng wajahnya.
Lalu, sebagai lelaki pun saya lebih memilih Jokowi yang berwajah ndeso ketimbang capres ganteng. Dengan wajahnya yang ndeso Jokowi akan lebih leluasa blusukan keluar masuk kampung, memeriksa gorong-gorong tanpa takut wajahnya menjadi lebih ndeso. Bayangkan kalau presiden kita nantinya ganteng! Pastinya presiden yang ganteng itu akan pikir-pikir dulu sebelum kulitnya terkena sinar matahari. Karenanya presiden yang ganteng akan selalu membekali dirinya dengan SUNBLOCK.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H