Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

Soal Pengumuman Kenaikan Harga BBM, Sebaiknya Jokowi Tiru Soeharto

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang diberitakan Kompas hari ini, rencananya pemerintah Jokowi bakal menaikkan harga BBM bersubsidi sebelum 1 Januari 2015. Malah disebutkan juga kenaikan harga BBM bersubsidi akan dilakukan pada awal November 2014. Tidak masalah jika pemerintah memang benar-benar jadi menaikkan harga BBM bersubsidi, tapi yang menjadi masalah kalau ternyata pemerintah menundanya.

Jika melihat jatah BBM subsidi baru akan habis sebelum akhir tahun, untuk premium 25 Desember dan untuk solar 15 Desember, maka kemungkinan penundaan kenaikan harga BBM tetap ada. Apalagi secara pemerintahan Jokowi belum tentu memiliki cukup waktu untuk menyiapkan kompensasi atas kenaikan harga BBM. Rencananya pemerintah menyiapkan program bantuan sosial pada masyarakat miskin lewat lewat Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Masyarakat Sejahtera (KMS). Dan kartu-kartu tersebut akan diterbitkan 7 November 2014.

Wajar saja bila harga-harga komoditi lainnya itu naik. Secara teori naiknya harga BBM pasti akan meningkatkan biaya produksi. Sedang pengumuman pemerintah yang akan menaikkan harga BBM secara psikologis sudah memengaruhi pelaku usaha untuk menaikkan harga jual produk atau jasanya. Jadi baru diumumkan saja, kenaikan harga BBM sudah memicu naiknya harga-harga komoditi lainnya.

Sudah menjadi pengetahuan umum bila setiap kali pemerintah mengumumkan akan menaikkan harga BBM bersubsidi, harga-harga komoditi lainnya bergerak naik. Jika kemudian pemerintah menunda kenaikan harga BBM bersubsidi, harga-harga komoditi lainnya yang sudah naik itu tidak beranjak turun. Dan jika kemudian pemerintah benar-benar menaikkan harga BBM, maka harga-harga komuditi lainnya kembali naik.

Nah, di situ masalahnya. Seperti kebiasaan SBY soal waktu kenaikan BBM yang suka “maju mundur cantik”, pas pemerintah umumkan harga BBM akan naik tanggal sekian, harga-harga komoditi lainnya sudah lebih dulu naik. Eh, setelah SBY mengurungkan rencananya, harga-harga komoditi lainnya tidak menurun. Dan, sewaktu SBY ketuk palu kenaikan harga BBM, harga-harga komoditi lainnya naik lagi. Jadi, harga BBM naik sekali, harga-harga komoditi lainnya naik dua kali.

Dulu, di zaman Orba, Presiden Soeharto punya kebiasaan baru mengumumkan kenaikan harga BBM menjelag pukul 24.00 di hari yang sama. Rencana kenaikan BBM pun hanya diketahui segelintir orang tertentu saja. Akibatnya di masa itu tidak ada kenaikan dua kali harga-harga komoditi. Karena faktor kemendadakannya itu, di masa Orba tidak terjadi antrean kendaraan bermotor di SPBU sebagai akibat dari kelangkaan BBM.

Jadi, soal strategi pengumuman kenaikan BBM Soeharto lebih baik ketimbang SBY. Maka tidak ada salahnya bila pemerintah Jokowi meniru strategi Soeharto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline