Lihat ke Halaman Asli

Jurus Kematian Terindah

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ciatttt....

Hupsss

Jurus Kematian Terindah

Kecelakaan AirAsia QZ8501 sungguh membuat sedih Pendekar Tenpa Nama, kesedihan yang terasa pedih dan menyayat-nyayat. Pendekar Tenpa Nama tidak bisa melakukan apa pun untuk meredam kesedihan atas nasib malang 154 penumpang. Dalam kesedihan, persoalan tetap saja menyeruak untuk dipikirkan. Siapakah sebenarnya yang telah mengirim pesan melalui kejadian ini?.

Terbayang seluruh keluarga serta semua sahabat yang masih diberi kehidupan, tapi kadang lupa bahwa kehidupan sehari dan semalam hanyalah perputaran bola bumi? Dan terlalu sering kita lupa menyadarinya, bersama kehidupan semu yang menyeret kita, sehingga kita merasa tiba-tiba menjadi tua.

Sebagai pengembara Pendekar Tenpa Nama seringkali menyaksikan bagaimana manusia telah ditelan oleh kehidupan sehari-hari demi kebutuhan duniawi tanpa menyadari kelebatan banyangan malaikat maut menjalankan pekerjaannya mencabuti nyawa kita satu per satu.

Kematian itu indah kalau kita tahu maksudnya, oleh karena kematian itu indah maka terciptalah jurus yang Pendekar Tenpa Nama beri nama JURUS KEMATIAN TERINDAH, jurus yang dilahirkan dalam pemahaman dan penghayatan tentang kematian sebagai sumbangan ilmu bagi dunia persilatan.

* * *

Dahulu kala ketika Nabi Muhammad diperintahkan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada masyarakat Arab yang jahiliyah, terdapat sebuah pemahaman yang sudah turun temurun yang diubah melalui konsep al Quran yaitu tentang kehidupan setelah mati. Masyarakat Arab jahiliyah saat itu memiliki konsep bahwa kehidupan dan kematian itu hanya satu kali, hidup sekali, mati sekali, sehingga ketika Nabi Muhammad menyampaikan bahwa ada kehidupan setelah mati, banyak dari masyarakat yang menganggapnya mengada-ada, berbohong, dusta, sesat dan bahkan gila.

Konsep hidup sekali, mati sekali ini telah berlangsung turun temurun sehingga salah satu sebab utama adanya penentangan terhadap Nabi Muhammad oleh masyarakat Arab jahiliyah karena wahyu yang dibawanya menjelaskan bahwa kehidupan dan kematian itu bukan hanya sekali tetapi berulang kali.

Ternyata setelah berabad-abad Nabi Muhammad wafat, saat ini masih sulit untuk menjelaskan kepada orang Islam sendiri bahwa ada kehidupan setelah kematian untuk memberikan pembalasan atas perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya.

Marilah kita beranjak ke masa Nabi Muhammad ketika ada pertanyaan dari kaum jahiliyah yang merasa aneh dan ganjil saat wahyu al Quran mengatakan bahwa kehidupan dan kematian itu tidak hanya sekali tetapi berulang kali.

Mereka mempertanyakan karena merasa aneh adanya kehidupan setelah kematian, sebagaimana disebutkan dalam Surat 45:24, “Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa”. Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan mereka selain dari mengatakan: “Datangkanlah nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang yang benar.”

Nabi Muhammad sendiri dianggap berdusta karena memiliki konsep yang bertentangan dengan apa yang dipahami kebanyakan ketika menjelaskan adanya kehidupan setelah mati, sebagaimana disebutkan dalam Surat 23:35-40, “Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)? Jauh, jauh sekali apa yang diancamkan kepada kamu itu, kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi, Ia tidak lain hanyalah seorang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya. Rasul itu berdoa:”Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakanku”. Allah berfirman:”Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal.”

Konsep hidup sekali dan mati sekali ini telah mendarah daging di kalangan Arab jahiliyah, karena kebanyakan dari mereka tidak mengetahui konsep kebangkitan setelah mati dengan benar, sebagaimana diceritakan dalam Surat 16:38, “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh:”Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati.” (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitkannya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

Karena konsep hidup sekali dan mati sekali ini merupakan konsep yang sulit diubah, maka Nabi Muhammad melalui wahyu dari Allah tidak mengatakan bahwa konsep ini salah, tetapi malahan mengajak manusia untuk berpikir dengan pertanyaan apakah konsep kematian yang diwahyukan kepadanya merupakan sesuatu yang masuk akal atau tidak, sebagaimana disebutkan dalam Surat 19:66-67, “Dan berkata manusia:”Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali? Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?”

Ketika kita kembali kepada masa kini, ternyata kejadian yang dialami pada saat Arab jahiliyah juga terjadi saat ini. Sulit sekali menjelaskan konsep kematian dan kebangkitan yang benar versi Al Quran. Namun pengetahuan tentang kiamat atau kebangkitan dan kehidupan setelah mati ini memang hanya diperuntukkan kepada sedikit manusia, sehingga pasti konsep dipahami oleh sedikit manusia ini akan dianggap aneh oleh sebagian besar manusia. Bagi sebagian besar manusia, kiamat, kebangkitan dan kehidupan setelah mati merupakan hal ghaib atau misteri yang tidak dapat dijelaskan, sebagaimana disebutkan dalam Surat 7:187, “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah:”Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:”Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Di dalam ayat diatas dijelaskan bahwa hanya sedikit sekali manusia yang mengetahui seluk beluk pengetahuan tentang kiamat, kebangkitan dan kehidupan setelah mati karena memang konsep kiamat yang dijelaskan Allah di dalam al Quran merupakan konsep yang asing bagi sebagian besar manusia.

Konsep kebangkitan dan kehidupan setelah mati yang berlaku secara umum ternyata berbeda dengan konsep yang diajarkan Allah dalam al Quran.

JURUS Pertama, banyak orang yang menganggap bahwa kehidupan dan kematian di dunia ini hanya sekali, padahal kehidupan dan kematian di dunia ini berulang kali, sebagaimana disebutkan dalam Surat 40:11, “Mereka menjawab:”Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?”

JURUS Kedua, banyak orang yang menganggap bahwa kehidupan ini hanya sekali dan kematian itu hanya sekali pula, padahal kehidupan dan kematian adalah sebuah siklus yang terus menerus berulang. Setelah kematian, Tuhan akan mengulanginya dengan kehidupan yang berikutnya, sebagaimana Tuhan menghidupkan manusia pada kali yang pertama atau sebelumnya, sebagaimana disebutkan dalam:

Surat 2:28, Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?

Surat 27:64, Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar."

Surat 10:34, Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?" katakanlah: "Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?"

Mengulangi siklus kehidupan setelah mati dengan kehidupan yang baru merupakan sesuatu yang mudah bagi Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat 29:19, Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

JURUS Ketiga, siklus hidup-mati-hidup-mati secara berulang-ulang merupakan pelaksanaan dari hukum sunnatullah yaitu Hukum Repetisi dan Hukum Kausalitas.

Pelaksanaan Hukum Repetisi atau hukum pengulangan sebagaimana disebutkan dalam Surat 21:104, (Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.

Pelaksanaan Hukum Kausalitas atau hukum sebab akibat, sebagaimana disebutkan dalam Surat 10:4, Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.

JURUS Keempat, banyak orang yang berpendapat bahwa kiamat itu terjadi secara bersamaan, padahal dalam kematian, manusia menghadap kepada Tuhan secara sendiri-sendiri dan tidak bersamaan, sebagaimana disebutkan dalam Surat 19:95, Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.

Karena kiamat itu bersifat sendiri-sendiri dan tidak bersamaan untuk seluruh penduduk di dunia sejak manusia pertama sampai manusia terakhir, maka saat ini sudah ada manusia yang mengalami proses pengadilan, kiamat, kebangkitan dan masuk surga dan mendapatkan nikmat dari Allah dan juga masuk neraka, sebagaimana disebutkan dalam Surat 1:7, (yaitu) jalan orang-orang yang telahEngkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Karena kiamat dan kebangkitan kepada seluruh manusia itu tidak terjadi bersamaan, maka ada manusia yang posisinya di depan dan ada pula manusia yang posisinya menunggu di belakang, sebagaimana disebutkan dalam Surat 3:169-170, Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

JURUS Kelima, karena banyak orang menganggap bahwa kiamat itu terjadi bersamaan seluruh atas manusia yang pernah hidup, maka ketika kiamat bumi akan hancur, padahal bumi tidak hancur ketika kiamat karena kiamat bersifat individual. Bumi sebagai makhluk Allah yang fana pasti akan ada masa durasinya, namun hal itu tidak terkait dengan kiamat. Marilah kita perhatikan Surat 35:41, Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

Ternyata bumi, surga dan neraka berlangsung secara paralel dan bukan sequential, karena di dalam al Quran dikatakan bahwa surga itu seluas langit dan bumi, sebagaimana disebutkan dalam Surat 3:133, Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

JURUS Keenam, banyak orang yang menganggap bahwa ketika mati seluruh manusia akan dikumpulkan pada suatu lapangan besar yang memuat seluruh manusia yang bernama padang mahsyar. Padang mahsyar sendiri bukanlah suatu lapangan rumput yang besar yang memuat miliaran manusia yang pernah hidup. Padang mahsyar adalah perumpamaan sebuah sistem hukum pengadilan Tuhan yang berlaku sama bagi setiap manusia dimana seluruh dan setiap manusia akan menghadap kepadanya tanpa mengenal perbedaan apapun termasuk agama, syariat, suku, bahasa dan budaya.

Marilah kita perhatikan Surat 14:48, (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.

Pertemuan dengan Tuhan ketika kita mati bukanlah pertemuan dengan Tuhan dalam wujud yang utuh, tetapi bertemu dengan sistemnya yang diperumpamakan sebagai padang mahsyar. Kita sendiri sampai kapanpun tidak pernah akan bertemu Tuhan dalam wujud yang utuh karena Tuhan sendiri tidak serupa dengan makhlukNya.

JURUS Ketujuh, banyak orang yang menganggap bahwa pertanyaan ketika mati adalah pertanyaan tentang siapa Tuhanmu, siapa Nabimu, apa kitabmu dan sebagainya, padahal pertanyaan ketika kita mati adalah seberapa jauh kita telah menyembah Tuhan atau mempersekutukan Tuhan selama hidup dan seberapa banyak amal baik dan buruk yang kita perbuat selama hidup.

Marilah kita perhatikan Surat 7:37, Maka siapakah yang lebih zalim dari orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Orang-orang itu akan memperoleh bahagian yang telah ditentukan untuknya dalam Kitab (Lauh Mahfuzh); hingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami (malaikat) untuk mengambil nyawanya, (di waktu itu) utusan Kami bertanya: "Di mana (berhala-berhala) yang biasa kamu sembah selain Allah?" Orang-orang musyrik itu menjawab: "Berhala-berhala itu semuanya telah lenyap dari kami," dan mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.

Lebih lanjut, pertanyaan ketika mati adalah tentang kitab amal perbuatan yang telah dilakukan ketika kita hidup, sebagaimana disebutkan dalam Surat 17:13, Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.

JURUS Kedelapan, banyak orang yang menganggap bahwa Tuhan akan menjadi hakim yang menghitung amal perbuatan kita secara orang per orang, padahal kita yang menghitung amal perbuatan kita sendiri dengan alat hitung yang disebut al Kitab atau al Mizan, sebagaimana disebutkan dalam Surat 17:13-15, Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu".Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.

JURUS Kesembilan, banyak orang yang beranggapan bahwa surga dan neraka itu berada di dua tempat yang berbeda. Marilah kita perhatikan Surat 7: 42-50, Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan".Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): "Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul". Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim, (yaitu) orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat".Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A´raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga: "Salaamun ´alaikum". Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu".Dan orang-orang yang di atas A´raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu".(Orang-orang di atas A´raaf bertanya kepada penghuni neraka): "Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah?". (Kepada orang mukmin itu dikatakan): "Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati".Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga: "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepadamu". Mereka (penghuni surga) menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir,

Yang menjadi pertanyaan, jika surga dan neraka dan al’araf berada di dua atau tiga tempat yang berbeda dimana masing-masing terdapat pembatas yang tidak dapat dilampaui, lalu bagaimana caranya ketiga penduduk surga, neraka dan al a’raf ini melakukan percakapan sebagaimana disebutkan diatas? Lebih lanjut, jika benar di dalam neraka itu penduduk neraka dibakar oleh api yang menyala-nyala, mengapa masih dapat berkomunikasi dan bercakap-cakap?

JURUS Kesepuluh, banyak orang yang menganggap bahwa posisi di surga, di neraka atau di al’araf itu adalah posisi permanen yang kekal dan abadi, marilah kita perhatikan Surat 11:106-108, Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih), mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.

JURUS Kesebelas, mungkin banyak yang bertanya, akan menjadi makhluk seperti apa manusia setelah mengalami hari kiamat. Setelah proses kiamat yang berupa pengadilan, maka manusia akan dibangkitkan dalam kuburnya menjadi makhluk yang baru dengan jiwa yang lama, sebagaimana disebutkan dalam Surat 17:98, “Itulah balasan bagi mereka, karena sesungguhnya mereka kafir kepada ayat-ayat Kami dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah telah menciptakan langit dan bumi adalah kuasa menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran.”

Makhluk yang baru itu dapat berbentuk tumbuhan, sebagaimana disebutkan dalam Surat 21:15, Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi.

Kebangkitan itu juga dapat berbentuk hewan, sebagaimana disebutkan dalam:

Surat 5:60, Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?". Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.

Surat 27:82, Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.

Lebih parah lagi, ada pula yang dijadikan materi atau makhluk yang tidak ada di dalam pikiran kita, sebagaimana disebutkan dalam Surat 17:49-52, Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?" Katakanlah: "Jadilah kamu sekalian batu atau besi, atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu". Maka mereka akan bertanya: "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?" Katakanlah: "Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama". Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: "Kapan itu (akan terjadi)?" Katakanlah: "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat",yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.

Namun bagi manusia yang beruntung, dia dapat dibangkitkan kembali menjadi manusia yang bersyukur, sebagaimana disebutkan dalam Surat 2:56, Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur. Proses kebangkitan inilah yang dialami oleh Nabi Isa Al Masih sebagaimana disebutkan dalam Injil dan   al Quran sebagai suatu proses kebangkitan yang benar dan harus diikuti, sebagaimana disebutkan dalam Surat 43:61, Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. Proses kenaikan atau kebangkitan Nabi Isa Al Masih inilah yang kita peringati setiap tahunnya sebagai suatu hari libur nasional.

Proses kebangkitan yang tidak sesuai dengan jiwa manusia inilah yang disebut sebagai neraka, sementara proses kebangkitan yang sesuai dengan jiwa manusia, apalagi jiwa yang kemudian berpulang ke hadirat Ilahi Rabbi, inilah yang disebut sebagai surga.

JURUS Kedua belas, banyak orang yang menganggap surga dan neraka itu berada di planet selain bumi atau di bahagian alam semesta lain di luar bumi, karena bumi itu sendiri telah hancur, padahal proses hidup, mati dan dibangkitkan itu semuanya berlangsung di bumi, sebagaimana disebutkan dalam Surat 7:25, Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan."

Proses dibangkitkannya manusia yang mati menjadi makhluk yang baru berlangsung di permukaan bumi. Manusia yang tidak beriman kepada fakta ini dianggap Allah sebagai manusia yang tertutup atau kafir, sebagaimana disebutkan dalam Surat 79:10-14, (Orang-orang kafir) berkata: "Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula? Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?" Mereka berkata: "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan".Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.

Marilah kita perhatikan lebih lanjut Surat 39:73-74, Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya".Dan mereka mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami TEMPAT INI sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki." Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.

Di dalam ayat tersebut diatas, kata-kata tempat ini dalam bahasa Arab disebut sebagai Ardho (dalam bahasa Inggris disebut earth) atau bumi, sehingga surga itu sendiri bertempat di bumi.

Ketika Nabi Adam diusir Tuhan dari surga, sebagaimana disebutkan dalam Surat 2:36, Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan", Tuhan mempergunakan kata perintah “Ihbitu”yang sebenarnya bukan bermakna turun seperti air hujan dari langit tetapi bergeser dengan turun derajatnya karena “Ihbitu” sendiri berasal dari kata tanah, jadi dari tanah ke tanah atau bergeser sehingga posisi surga pada saat Nabi Adam sebenarnya juga berada di bumi dan bukan di planet lain.

Di dalam al Quran, Allah memilik hak prerogatif untuk menentukan dimana dan dalam keadaan apa kita nanti akan dibangkitkan, dimana semua itu tergantung tingkat kemusyrikan seseorang dalam amal perbuatannya selama hidup, sebagaimana disebutkan dalam Surat 56:60-61, Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali, tidak dapat dikalahkan, untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.

Sebagai contoh di dalam al Quran diceritakan manusia yang dibangkitkan pada lokasi yang sama di bumi, namun dengan suasana dan waktu yang berbeda seratus tahun, sebagaimana disebutkan dalam Surat 2:259, Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".

Inilah yang dimaksudkan sebagai “bumi diganti dengan bumi yang lain” dimana suasana, waktu, kebudayaan dan peradaban yang berubah dari bumi itu sendiri, sebagaimana disebutkan dalam Surat 14:48, (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.

JURUS Ketiga belas, banyak orang yang beranggapan bahwa manusia dapat masuk surga jika memenuhi kriteria tertentu seperti misalnya rapot bagi anak SD dimana kalau nilainya sama dengan atau lebih besar dari 7, maka dia lulus dan kalau dibawah tujuh tidak lulus. Jika memenuhi nilai tertentu masuk surga, sementara jika nilainya kurang 0,0001, maka dia akan masuk neraka. Padahal hukum Allah tidak belaku seperti rapot anak SD. Hukum Tuhan mengatakan bahwa kebaikan dan keburukan yang kecil bahkan sebesar biji dzarah atau atom pun ada balasan, sebagaimana disebutkan dalam Surat 99:7-8, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Surat 31:16, (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

JURUS Keempat belas, banyak orang yang menganggap bahwa kehidupan saya sekarang adalah independen atau berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh apa yang saya perbuat pada kehidupan sebelumnya.

Perlu diketahui bahwa Tuhan tidak pernah menganiaya manusia, tetapi manusialah yang menganiaya dirinya sendiri. Tuhan tidak pernah mengazab, menghukum, memberikan musibah dalam hidup ini, semua itu terjadi akibat balasan perbuatan kita. Marilah kita perhatikan Surat 43:76, Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Surat 3:117, Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini, adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Surat 16:118, Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah Kami ceritakan dahulu kepadamu; dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Surat 16:33, Tidak ada yang ditunggu-tunggu orang kafir selain dari datangnya para malaikat kepada mereka atau datangnya perintah Tuhanmu. Demikianlah yang telah diperbuat oleh orang-orang (kafir) sebelum mereka. Dan Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang selalu menganiaya diri mereka sendiri,

Surat 4:79, Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.

Menjadi pertanyaan, jika ada seorang bayi yang lahir cacat mental, di lingkungan keluarga yang miskin dan papa, jika Allah tidak menganiaya dirinya, namun dia yang menganiaya dirinya sendiri, lalu kapan dia sempat berbuat buruk jika kita beranggapan hidup sekali, mati sekali? Pertanyaan juga untuk hal yang berlawanan bagi seorang anak yang lahir sempurna di lingkungan berada dan kasih sayang. Jika kedua kasus tersebut merupakan ujian dari Tuhan, lalu dimana letak sifatnya Yang Maha Adil?

Oleh karena itu, janganlah kita pernah berprasangka buruk kepada Tuhan, semua ini terjadi akibat ulah manusia sendiri yang menanggung akibatnya, sebagaimana disebutkan dalam Surat 48:6, dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.

JURUS Kelima belas, jika kehidupan saya yang sekarang adalah akibat dari kehidupan sebelum, lalu mengapa saya tidak ingat kehidupan saya sebelumnya. Ketika kita dibangkitkan menjadi manusia dalam keadaan bayi, maka ingatan dan rekaman atas apa yang diketahui dalam kehidupan sebelumnya dihilangkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat 16:70, Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (bayi), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.

Surat 16:78, Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Setidaknya terdapat dua maksud utama mengapa Allah menghilangkan ingatan atau rekaman atas apa yang diketahui dalam kehidupan sebelumnya. Pertama, agar supaya ingatan tersebut tidak membebani pikiran yang mengakibatkan kita menjadi gila. Kedua, agar hidup ini selalu melihat ke depan untuk melakukan perbaikan dan tidak melihat ke belakang dan berbuah penyesalan.

Terdapat manusia di bumi ini yang dapat mengakses rekaman masa lalunya. Terbukti ada anak yang lahir dalam keadaan genius, indigo atau prodigy, menguasai banyak bahasa dan pengetahuan yang tidak pernah dipelajari sebelumnya.

Bagi manusia yang dapat mengakses informasi ini, maka perintah Allah adalah tidak memberitahukannya kepada orang lain, sebagaimana disebutkan dalam Surat 18:19, Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.

JURUS Keenam belas, kiamat atau kebangkitan itu dapat terjadi pada orang mati dimana yang dibangkitkan adalah jiwanya pada jasad yang sudah mati, namun kebangkitan juga dapat terjadi pada orang hidup dimana yang dibangkitkan adalah kesadaran ruh atau kesadaran berketuhanan (divine consciousness). Manusia yang bangkit ruhnya sebelum dia mati adalah manusia yang beruntung atau disebut sebagai insanul kamil, sebagaimana disebutkan dalam Surat 84:6, Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. Manusia yang telah dibangkitkan ruhnya sewaktu hidup, dapat memberikan pencerahan kepada dirinya, keluarganya dan manusia yang lain.

JURUS Ketujuh belas, banyak yang beranggapan bahwa pengabdian kepada Tuhan selesai ketika kita mati. Anggapan ini menyatakan bahwa manusia yang sukses masuk surga, maka pekerjaannya setiap hari hanya menikmati hidup, makan buah, minum anggur, bersenang-senang dengan pasangan yang banyak.

Hal ini sebenarnya kurang sesuai dengan maksud Tuhan menciptakan manusia yaitu untuk mengabdi kepada Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam Surat 51:56-57, Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.

Pengabdian kepada Tuhan ini bentuknya adalah menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya yang secara murni tercantum dalam al Kitab, sebagaimana disebutkan dalam Surat 39:2, Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembah (mengabdilah kepada) Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.

Pengabdian kepada Tuhan ini tidak mengenal kata selesai, bahkan setelah manusia dibangkitkan, karenanya pengabdian ini kekal selama Tuhan masih ada, sebagaimana disebutkan dalam Surat 16:51-52, Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah?

JURUS Kedelapan belas, banyak orang beranggapan bahwa balasan atas perbuatan buruk atau dosa dan balasan atas perbuatan baik itu akan dituai sepenuhnya di akhirat, padahal balasan itu akan dilaksanakan di dalam kehidupan yang sekarang dan disempurnakan di dalam kehidupan berikutnya, sebagaimana disebutkan dalam Surat 3:185, Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

JURUS Kesembilan belas, sebenarnya apa maksud Tuhan membuat aturan main hukum Repetisi yang mengulangi siklus hidup-mati-hidup-mati serta hukum Kausalitas dimana setiap perbuatan sekecil apapun akan dibalas di dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Tuhan sebenarnya menghadirkan manusia ke muka bumi ini bermaksud dengan berjalannya waktu untuk mendidik manusia untuk menyempurnakan jiwanya, sebagaimana disebutkan dalam Surat 91:7, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), menjadi makhluk yang mulia dengan berbuat baik dan selalu memberikan manfaat bagi makhluk Allah yang lain, sebagaimana disebutkan dalam Surat 67:1-3, Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia mendidik kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

JURUS Kedua puluh, jika di dalam al Quran, proses hidup-mati-hidup-mati dan bukan hidup sekali, mati sekali ini disebut sebuah proses, maka proses ini dinamakan proses pembelajaran atau sekolah kehidupan. Sebagaimana layaknya sekolah maka ada yang naik kelas, ada yang turun kelas, ada yang loncat kelas dan ada pula yang terancam drop out.

Ada manusia yang turun kelas, sebagaimana disebutkan dalam Surat 95:4-5, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya

Ada manusia yang naik kelas, sebagaimana disebutkan dalam Surat 2:56, Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur serta Surat 14:7, Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Ada manusia yang loncat kelas, sebagaimana disebutkan dalam Surat 21:10, Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?

Ada manusia yang terancam drop out, sebagaimana disebutkan dalam Surat 8:22, Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan bisu yang tidak mengerti apa-apa pun.

Ada pula manusia yang lulus dari sekolah kehidupan ini yaitu manusia yang tidak perlu kembali ke dunia lagi tetapi kembali kepada Tuhannya, sebagaimana disebutkan dalam Surat 2:153, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun".

Surat 2:28, Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?

Manusia pada dasarnya berasal dari Tuhan dan jika dia lulus menempuh sekolah kehidupan, pada akhirnya dia akan kembali kepadaNya dengan penuh kepuasan, sebagaimana disebutkan dalam Surat 92:17-21, Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.

JURUS Kedua puluh satu, bagaimana untuk menempuh sekolah kehidupan untuk selalu naik kelas, bahkan kalau mungkin loncat kelas.

Kunci pertama dengan tidak berbuat keburukan, selalu berbuat kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam Surat 18:110, Katakanlah: Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Sebagaimana hukum kausalitas, perbuatan buruk yang kita lakukan akan mengakibatkan kita harus menanggung akibatnya baik di kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Hal ini akan menghambat atau memperlama saat kita dapat lulus dari sekolah kehidupan dan kembali kepada Tuhan.

Kunci kedua dengan tidak mempersekutukan Allah atau bahasa mudahnya menghilangkan kemelekatan kepada hal-hal yang besifat duniawi. Kemelakatan kepada hal-hal duniawi ini juga menghambat atau memperlama kita lulus dari sekolah kehidupan untuk kembali kepada Tuhan.

Demikian 21 JURUS KEMATIAN TERINDAH. Ternyata setelah berlalu hampir lima belas abad sejak al Quran diturunkan, menjelaskan tentang konsep ini masih sulit luar biasa untuk diterima karena konsep hidup sekali, mati sekali ternyata masih dipegang oleh sebagian besar orang sejak jaman jahiliyah dahulu.

Selamat menjalani sekolah kehidupan, semoga kita dapat berkumpul kembali dengan Tuhan dalam keridhaan penuh. AMIN.

“Jika tiba saat kematian dalam puncak kesempurnaan, apakah kiranya yang mesti disesalkan, dan bagiku tiada yang lebih sempurna selain kematian itu sendiri”

T A M A T

Wassalam

Wuzzzzz.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline