Lihat ke Halaman Asli

Nurul Anwar

Citizen Journalism | Conten Writer | Fasilitator | Pekerja Sosial |

Radang Tenggorokan dan Refleksi Diri

Diperbarui: 1 Juli 2024   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tower-ent.com

Tiga hari belakangan saya mengalami sakit radang tenggorokan. Rasanya nyeri, menelan makanan juga susah. Sebelum radang tenggorokan menyerang, saya ingat malam itu kawan dari kampung main ke kos-kosan. Kita bercerita satu sama lain tentang banyak hal. Jadilah malam itu saya begadang.

Semula badan terasa berat, antara panas dan tidak karuan. Saya atasi dengan minuman herbal, seperti kunyit, jahe, dan sereh. Ketiga rempah-rempah ini saya rebus dan minum airnya. Esok harinya, semakin menjadi radang yang saya rasakan. Badan nyeri, kepala pusing dan lain sebagainya. Apalagi air luda keluar terus-terusan. 

Alamiah saja, saya mencari resep dan obat untuk menyembuhkan radang tenggorokan ini. Setelah beberapa waktu selancar di Tik-Tok dan lainya akhirnya saya memilih air hangat dan garam. Simpel dan mudah cara membuatnya. Malam ini, radang tenggorokan sudah berangsur membaik, tapi badan masih demam. Saat menulis ini, hidung masih mampet.

Jujur saja, saat-saat kemarin radang tenggorokan saya tidak sabaran. Malah terkesan emosi, marah-marah sendiri sambil mengeluh. Saya merefleksikan, ternyata baru diberi sakit sedikit saja sudah tidak sabaran. Bagaimana mereka, orang lain yang diberi sakit bertahun-tahun.

Tiga hari kemarin, memang benar-benar menjadi jalan untuk mengenal lebih jauh kepada diri saya sendiri. bahwa memang begitu faktanya, tidak sabaran dan suka mengeluh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline