Lihat ke Halaman Asli

Nurul Anwar

Citizen Journalism | Conten Writer | Fasilitator | Pekerja Sosial |

Puasa, Kos-kosan dan Maling Bajingan

Diperbarui: 3 Mei 2022   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pekan lalu, tepatnya hari Jum'at musibah menimpa saya, entah dengan alasan apa saya menyebutnya dengan musibah. Seluler saya raib dicuri maling bajingan. Memang, namanya juga maling, maling adalah orang yang paling tidak peduli siapa korban yang menjadi sasarannya. Tak perlu pikir panjang kondisi korbannya. Bodo amat pikirnya. Intinya, kalau ada kesempatan, kenapa tidak.

Saat itu hari Jum'at dan kebetulan petugas khutbahnya lama betul. Kadang saya suka merasa heran, kenapa masih ada petugas khutbah yang terlanjur lama menyampaikan khutbahnya. 

Padahal, jelas-jelas, isi dari khutbah dicukupkan dengan seruan untuk bertaqwa kepada Tuhan semesta. Dan tentunya, rukun-rukun tersebut harus tertunaikan. Apalagi kalau melihat konteks, ini Ciputat pa ustadz, bukan di pedalaman pedesaaan, jam produktif antara desa dengan kota jelas berbeda.

Saat kang khutbah di atas mimbar, perasaanku sudah mulai gak enak, entah karena apa. Yang jelas, khutbahnya betul-betul lama, ini yang buat saya cemas-cemas greget. Sepulang dari Jum'atan, saya dan tetangga kosan jalan pulang beriringan. 

Sesampainya di kosan, pintu sebelah kamar saya ternyata jebol. Semula saya santai tidak begitu cemas dan tegang, tetapi saat tahu tetangga kamar bilang selulernya gak ada, bajingan, rupa-rupanya rasa gelisah dan khawatir saya tidak bisa disembunyikan.

Seluler saya pun juga ilang, si maling nyisain charger doang. Dia biarin charger terjulur santai di lantai tanpa ditemani selulernya. Sampai sini muncul pertanyaan, kenapa maling cuma curi seluler, tapi ga curi laptopnya yang jelas-jelas ada disitu? Saya kira jawabannya temen-temen bisa terka sendiri.

Ironis memang, belum genap satu bulan pindah kos-kosan, malah kemalingan seluler. Informasi awal yang saya dapat, kalau area Jl. Sedap Malam itu ramah maling, tapi faktanya maling tidak kenal tempat, di mana ada kesempatan di situ maling beraksi.

Ini kali ke empat saya kehilangan seluler, saya akui, saya teledor dan lalai. Kehilangan seluler sebanyak empat kali, saya rasa perkara itu bukan suatu hal wajar, apalagi diumur yang sekarang. 

Malamnya saat saya kehilangan seluler, saya mencoba biasa-biasa aja tidak terlalu memikiran hal tersebut tapi faktanya, sulit betul saya tidak bisa menyembunyikan rasa kecewa dan sedih. 

Tak lupanya saya sampai menyalahkan diri sendiri hingga tidak terasa air mata menetes sayu di pelupuk mata saya. Semoga dengan kehilangan seluler tersebut saya lebih banyak belajar dan berhati-hati lagi.

               

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline