Lihat ke Halaman Asli

Rossi, Jokowi dan Messi

Diperbarui: 9 November 2015   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Moto GP 2015 resmi tutup buku. Jorge Lorenzo didapuk sebagai juara setelah menutup seri pamungkas dengan manis. Sementara itu sang pesaing utama, Valentino Rossi, harus puas sebagai runner up. Banyak pendukung Rossi yang kecewa dengan hasil ini lantaran banyak kontroversi dan spekulasi dalam Moto GP tahun ini. Namun semuanya sudah berakhir. Hanya kenangan yang tersisa untuk kemudian digodog menjadi harapan di musim berikutnya.

Memang tak mudah menerima kekalahan. Apalagi bagi ‘sang pemenang’ seperti Valentino Rossi. Puluhan tahun berkiprah di dunia balap, Rossi dianggap sebagai salah satu (calon) legenda. 9 gelar juara dunia telah dia rengkuh, dan beberapa kali nyaris meraih la decima. Tentu dengan prestasi yang demikian, membuat nama Rossi sangat familiar. Ada jutaan manusia yang menggilai aksi dan namanya. Termasuk saya. Bagi saya, Rossi adalah magnet utama Moto GP dalam satu dekade terakhir. Meskipun tak selalu terlibat perebutan gelar juara dunia, tapi setiap balapan selalu ada pertanyaan, “Rossi nomer piro?”

Namun balapan musim 2015 menjelaskan banyak hal. Pertama, bahwa dalam olahraga yang butuh konsentrasi dan daya juang yang tinggi, terkesan masih ada ‘main-main’ di dalamnya. Entah benar atau tidak, tapi jutaan penggemar Rossi kini sudah terlanjur membenci bendera merah-kuning-merah. Duo spanyol, Lorenzo dan Marquez (mungkin juga Dani Pedrosa), dianggap sebagai biang kegagalan pesta ‘The Doctor’ menggenapi raihan gelarnya menjadi 10.

Dampaknya, kini penikmat Moto GP (semakin) terbelah menjadi dua kubu, ‘Rossi lovers dan Rossi haters’. Hal ini dapat dilihat dari komentar-komentar di berbagai media sosial dalam tiga pekan terakhir. Para fans berat Rossi tetap dengan argumennya bahwa Rossi-lah juaranya dan Lorenzo-Marquez adalah dua orang pengecut yang kongkalikong hanya untuk mengalahkan Rossi. Sementara si pembenci Rossi merasa bahwa memang Lorenzo lebih pantas jadi juara dunia, mengingat Rossi hanya akan naik podium dan dapat poin jika pebalap lain crash. Dua kubu ini saling ejek dan saling lupa siapa nama presiden mereka saat ini.

Siapa nama Presiden RI saat ini? Ir.H.Joko Widodo. Yap betul.

Sudah banyak artikel yang membahas mengenai haters dan lovers Pak Presiden berikut analisisnya. Hanya saja bedanya Jokowi menang dan menjabat sebagai Presiden sedangkan Rossi gagal menang dalam Moto GP 2015. Mungkin saja jika Jokowi kalah, maka apa yang saat ini terjadi di dunia (penggemar) Moto GP akan terjadi usai Pilpres 2014.

Semetara itu, di ajang sepak bola, kita mesti tahu nama Lionel Messi. Pemain lincah yang punya skill hebat ini punya segudang prestasi yang membuatnya menjadi idola. Namun dalam satu dekade terakhir kehebatannya terus dibandingkan dengan bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo. Adu argumen mengenai siapa yang terbaik tak terelakkan. Kemudian muncullah para haters yang seolah mengucilkan pencapaian menakjubkan pemain FC Barcelona ini.

Apakah untuk menjadi yang terbaik perlu dua elemen yang saling bertolakbelakang? Kritik dan perlawanan dari pihak oposisi memang bisa berdampak positif. Kritik dan hujatan seringkali menjadi motivasi untuk memperbaiki performa. Namun yang patut disayangkan adalah jika ‘lovers dan haters’ menggunakan kacamata kuda untuk menilai sang idola.

Kita sama-sama tahu, baik Rossi, Messi dan Jokowi adalah manusia fenomenal di bidangnya. Namun, mereka tetap saja seorang manusia. Mereka bukan seorang aktor dalam sebuah film, dimana karakternya selalu sempurna sesuai yang diinginkan pemirsa. Mereka pasti pernah berkelakar yang tidak lucu atau ngambek karena sesuatu. Di luar itu, kebencian bisa datang darimana saja. Kebencian kadang lebih tidak rasional dibanding cinta. Kita hanya perlu satu pemicu, bisa sebuah isu, untuk membeci sesuatu. Semoga para penghasut dan penebar kebencian memahami dampak perbuatannya. Mereka seperti para pembakar lahan untuk kemudian ditanami bibit-bibit permusuhan. Semoga api segera padam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline