Baru-baru ini ada musibah yang menimpa sejumlah para pendaki gunung di Gunung Marapi di Sumatera Barat. Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya turut berbelasungkawa atas musibah yang menimpa para pendaki baik yang meninggal dunia. Semoga mereka mendapatkan tempat terbaik di sisi Yang Maha Kuasa. Bagi mereka yang luka-luka atau cedera semoga segera sembuh seperti sedia kala. Aamiin...
Saya pribadi merasa terkejut ketika membaca kabar itu di media. Rasanya campur aduk ketika muncul video di media sosial tentang kondisi beberapa pendaki sesaat setelah terkena terjangan awan panas dari Gunung Marapi. Saya mendoakan semoga mereka baik-baik saja.
Sulit untuk membayangkan betapa tersiksanya mereka. Temperatur di sekitar mereka berada sudah pasti panas, kadar oksigen pun sangat tipis. Bisa jadi mereka tidak membawa perbekalan karena ransel ditinggal begitu saja agar lebih mudah berlari demi menyelamatkan diri.
Sayangnya ketika membaca komentar-komentar terhadap konten mengenai musibah tersebut di media sosial, tak sedikit yang bernada mengejek ataupun menghujat. Saya kira saya tidak perlu meng-copas kalimatnya, tapi kurang bernada seperti ini: "apa sih enaknya naik gunung?", "kurang kerjaan banget", "ada tempat bagus di kota malah naik gunung", dan lain-lain. Ada pula kasar tapi tidak perlu dibagikan di sini.
Sebagai orang yang pernah mendaki gunung (saya enggan menyebut diri saya mountaineer karena saya naik gunung sebagai tim hore), terus terang saya merasa kecewa dengan komentar-komentar seperti itu. Naik gunung adalah hak setiap orang yang seharusnya tidak untuk diejek ataupun dinyinyirin.
Kecuali kalau ada orang naik gunung terus nyampah, boleh deh mengejek kelakukan mereka membuang sampah sembarangan di gunung. Saya yakin para pendaki gunung lainnya juga pasti akan mengejek kelakukan mereka.
Apa yang terjadi di Gunung Marapi adalah musibah yang tak bisa dihindari. Sebagian dari mereka berusaha menyelamatkan diri, tapi sayangnya sebagian lagi harus menerima takdirnya. Menyedihkan memang.
Pengalaman saya mendaki gunung di Jawa Timur
Saya jadi ingat ketika pertama kali naik gunung, waktu itu Gunung Penanggungan di Jawa Timur. Gunung tersebut merupakan gunung tidak aktif yang tidak terlalu tinggi yaitu 1.653 dpl.
Ajakan seorang adik kelas di kampus membuat saya memantapkan diri bergabung mendaki gunung tersebut bersama teman-teman pecinta alam. Saya cuma tim hore yang ingin tahu tentang pengalaman mendaki gunung.
Ternyata, pengalaman pertama tersebut nyaris menjadi mimpi buruk. Saya dan beberapa teman satu kelompok sempat tersesat ketika turun dari puncak.