Lihat ke Halaman Asli

Gatot Tri

TERVERIFIKASI

Swasta

"Distance Over Time" dari Dream Theater adalah "Eargasm" yang Sebenarnya

Diperbarui: 29 Maret 2019   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Personil Dream Theater (sumber: MetalInjection.net)

Band progressive metal terhebat saat ini, Dream Theater (DT), pada 22 Februari 2019 lalu resmi mengeluarkan album terbarunya yang berjudul "Distance Over Time" (DOT). Album ke-14 band asal Long Island, New York, Amerika Serikat ini masih konsisten mengusung genre progressive metal "level dewa" dengan komposisi yang maha rumit.

Sebelumnya, mari kita menegok sejenak ke album DT sebelumnya, "The Astonishing" (TA), yang dirilis di tahun 2016. Album itu merupakan album konseptual bertema distopia pasca apokaliptik di masa depan yang mengandung sound sinematik yang powerful di satu sisi, tetapi juga terasa mellow di sisi lainnya. Album double discs dengan 34 tracks dan berdurasi lebih dari dua jam itu sungguh keren, mengandung suguhan orkestrasi musik sinematik yang megah.

Sayangnya album TA justru membuat DT fans terpecah, satu kubu suka dengan album tersebut dan kubu lainnya tidak menyukainya. Loudwire, salah satu situs pengulas musik rock dan metal berpengaruh di dunia sudah pernah mengingatkan akan hal itu.

Tetapi sebagian DT fans seakan lupa bahwa setiap album DT adalah karya eksperimental. Ingat, bahwa DT adalah band yang super idealis. Musik DT tergolong orisinal dengan melodi rumit yang mempresentasikan keahlian teknik instrumen akrobatik tingkat tinggi dan eksekusi yang super rapi. Album TA sebenarnya juga merupakan karya yang gemilang.

Nampaknya, album TA membuat para personil DOT berkontemplasi. Usai konser "Images, Words & Beyond" yang berakhir Desember 2017 lalu, personil DT menyampaikan kabar baik mengenai konsep album terbaru mereka yang segera membuat para DT fans di seluruh dunia sumringah.

Salah satunya bocoran dari Petrucci yang mengatakan bahwa album terbaru mereka bakal terinspirasi dari tur "Images, Words & Beyond" yang mengacu pada album "Images and Words" (IAW).

Kebetulan juga, DT hendak merayakan 20 tahun salah satu album monumental mereka yang berjudul "Metropolis Pt. 2: Scenes from a Memory" (SCFM). Jadi produksi album DOT ini semacam lambang selebrasi.

Sudah terdengar kencang di sejumlah ruang forum, para DT fans yang sudah kadung gandrung dengan album SCFM atau IAW atau "Black Clouds and Silver Linings" (BCSL) menginginkan album baru DT nantinya mengusung konsep yang serupa dengan album-album terbaik mereka.

Begitu teaser album DOT dirilis di pertengahan tahun 2018, DT fans mulai riuh membicarakannya. DT mengatakan bahwa mereka akan kembali ke "jalur yang benar", kembali ke akar musik mereka. Teaser yang berisi snippet lagu "Untethered Angel" itu nampaknya cukup memberi gambaran tentang album DOT dan rata-rata mendapat respon positif. Banyak DT fans yang merasa bahagia dan tidak sabar menunggu perilisan album DOT.

Tetapi, begitu DOT dirilis, masih saja ada suara sumbang dari sebagian DT fans yang merasa kurang puas. Tetapi kali ini rasanya tidak banyak. Dua kubu nampaknya sudah lumayan cair begitu mereka mendengarkan album DOT ini.

Kadang saya berpikir, apakah karena "si junior" drummer Mike Mangini, ya? Apakah ada yang belum bisa move on sejak Mike Portnoy hengkang ya? Padahal Mangini sekarang ini rasanya sudah makin melebur dengan DT. Hmm, skip saja dugaan-dugaan tentang ini. Kembali ke ulasan album saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline