Misi eksplorasi antariksa memasuki babak baru. TESS atau Transiting Exoplanet Survey Satellite resmi diluncurkan NASA pada 18 April 2018 lalu di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Proyek antariksa senilai sekira USD 287 juta dengan seed funding dari Google itu mengemban misi memindai planet-planet yang terletak cukup dekat dengan Bumi.
Misi yang dipimpin oleh George Ricker, astrofisikawan di Massachusetts Institute of Technology, ini akan membantu teleskop angkasa Kepler yang diluncurkan tahun 2009, yang sejauh ini telah mengidentifikasi sekira 2000 eksoplanet. Bedanya, merujuk pada naskah presentasi "The Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS): Opportunities for Commensal Survey Science" (2015) oleh Ricker, Kepler mengamati eksoplanet yang letaknya hingga 103 tahun cahaya dari Bumi, sementara TESS akan fokus pada eksoplanet di jarak hingga 102 tahun cahaya.
TESS, yang menumpang roket Falcon 9 dari SpaceX, akan memindai eksoplanet dengan metode transit yang diamati ketika suatu planet (dan bulan-bulannya) melintasi bintangnya atau mataharinya di sebuah tata surya. Secara teknis, TESS akan mencatat penurunan cahaya yang dihasilkan sebuah planet ketika melintasi bintang induknya dari perspektif pesawat ruang angkasa (sains.kompas.com, 10 April 2018). Metode serupa juga diterapkan pada teleskop Kepler. Ricker berharap TESS dapat mengamati sekira dua kali jumlah planet yang telah ditemukan Kepler. Sementara itu, teleskop Kepler yang saat ini bertahan dengan bahan bakar yang makin menipis, akan diarahkan untuk misi lainnya.
Meski telah mengangkasa, TESS baru akan mulai "bekerja" pada pertengahan Juni 2018 nanti hingga dua tahun ke depan. Ia akan berada pada titik terendah (perigee) di ketinggian sekira 108 ribu kilometer dan titik tertinggi (apogee) sekira 373 ribu kilometer. Nantinya TESS akan mengirimkan data-data ke Bumi. Ketinggian tersebut dinilai paling sesuai agar TESS dapat mengirimkan data secara efisien.
Proyek TESS ini akan bersinergi dengan proyek teleskop super yang saat ini sedang dalam tahap persiapan yaitu teleskop angkasa James Webb yang menurut rencana akan terwujud di tahun 2020 nanti. Teleskop ini memiliki speifikasi lebih baik daripada teleskop Kepler, dimana akan memiliki cermin utama selebar 6,5 meter serta sejumlah perangkat infra merah. Teleskop James Webb akan mengamati kondisi eksoplanet, termasuk mengamati kemungkinan adanya oksigen, metana ataupun tanda-tanda kehidupan lainnya.
TESS juga menurut rencana akan disinkronkan dengan proyek teleskop Bumi Eropa, Extremely Large Telescope (ELT), yang juga akan siap di awal tahun 2020an. ELT bertugas melakukan pemindaian lebih jauh atas temuan TESS yang paling menjanjikan. Proyek di Eropa lainnya, yang saat ini dikenal dengan nama Ariel, juga akan berkolaborasi nanti sekira akhir tahun 2020an, yang secara khusus akan mempelajari atmosfer planet-planet yang telah dipindai. Ariel akan mencari dunia lain yang mengitari bintang yang sangat terang.
Kedepannya, bisa jadi sinergi jangka panjang selanjutnya adalah dengan proyek Breakthrough Starshot dari Breakthrough Initiative yang diresmikan pada 12 April 2016 lalu. Proyek ini diperkirakan akan terwujud sekira 50 hingga 100 tahun mendatang dengan sasaran eksoplanet seukuran bumi bernama Proxima Centauri b yang mengitari bintang Proxima Centauri. Proyek yang telah menerima kucuran dana awal sebesar USD 100 juta ini diprakarsai oleh, antara lain: venture capitalist Yuri Milner, almarhum Stephen Hawking dan CEO Facebook Mark Zuckerberg.
Proyek tersebut akan mengirimkan pesawat antariksa kecil robotik - yang diberi nama StarChip - ke eksoplanet tersebut. Saat ini tim proyek tersebut sedang mengembangkan sistem pesawat antariksa yang akan menggunakan laser kuat guna diaplikasikan pada pesawat yang nantinya akan mengarungi sekira 15 hingga 20 persen kecepatan cahaya. Tahun 2017 lalu proyek ini sudah sukses meluncurkan wahana Sprites ke angkasa yang sukses berkomunikasi dengan stasiun Bumi.
Meskipun proyek Breakthrough Starshot sudah punya sasaran eksoplanet tertentu, bisa saja ada sinergi lain untuk mengirim wahana yang telah teridentifikasi dan paling menjanjikan dari proyek TESS dan sinerginya. Bisa jadi TESS akan menjadi gerbang bagi sebuah misi di masa depan untuk mengirim wahana beserta awak manusia didalamnya, menjejak eksoplanet yang kondisinya mendekati atau bahkan mirip dengan Bumi.
Ada secercah harapan bagi umat manusia untuk menjelajah alam semesta. Banyak sekali kemajuan-kemajuan pesat yang telah dicapai hingga saat ini. Ingat pernyataan almarhum Stephen Hawking tahun lalu yang sempat mengusik kita, bahwa umat manusia di Bumi hanya punya waktu 100 tahun untuk menemukan rumah barunya. Saat ini penelitian intensif sedang dan terus akan dilakukan oleh para ilmuwan dan bukan tidak mungkin suatu saat nanti manusia mampu menjejak Bumi lain nun jauh di angkasa raya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H