Lihat ke Halaman Asli

Gatot Suryanto

Remaja thn 90an

Pilgub DKI; Jadikan Panggung Demokrasi Bukan Panggung Sandiwara

Diperbarui: 24 Maret 2016   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="antara foto"][/caption]Mari kita membayangkan kembali atas sebuah peristiwa yang diungkap media beberapa hari yang lalu. Hasnaeni Moein atau "Wanita Emas" yang menyatakan ingin menjadi calon gubernur dari sebuah kota metropolitan yang merupakan etalase bagi Indonesia, tengah berlari lari mengejar laju Kopaja yang sedang berjalan. Kopaja yang berada di tengah itupun akhirnya terpaksa berhenti mengingat banyaknya rombongan yang mengikuti wanita itu. 

Sementara di belakang kopaja tersebut, klakson mobil bersahutan meminta kopaja untuk segera maju, si wanita yang berhasil naik itu tersenyum riang dan menggoyangkan kepala bersama dua orang pengamen yang sedang beraksi di Kopaja tersebut. Lalu tim rombongan yang mengikuti si wanita itu membagi bagikan sembako kepada para penumpang Kopaja tersebut.

Di hari yang sama, “Wanita Emas” itupun blusukan ke pasar Tanah Abang. Kali ini acaranya adalah dia meminta pedagang menjawab sebuah pertanyaan untuk bisa mendapatkan hadiah berupa sembako. Nah, pertanyaannya itu adalah, “Nama saya siapa?”

Saya tidak menyangka, pertanyaan si Wanita Emas itu ternyata adalah sebuah pertanyaan yang sangat sulit bagi seorang ibu pedagang kaki lima yang sedang berjualan di pasar Tanah abang. Dengan polosnya pedagang itu menjawab, “Aduh siapa ya, saya belum kenal.”

Sontak paket sembako yang semula disodorkan si “Wanita Emas” sempat ditariknya kembali karena si ibu tidak bisa menjawab dengan benar. Setelah menjelaskan namanya, si Wanita Emas itu menyodorkan kembali paket sembako itu sambil berpesan untuk mengingat ingat namanya sebagai calon gubernur DKI, “Diingat ya bu, saya hasnaeni, calon gubernur DKI”, demikian kata si Wanita Emas seperti yang saya kutip dari Harianindo.com.

Meskipun berkali-kali gagal dalam berbagai kompetisi politik, entah kenapa mantan pesinetron ini sepertinya tak pernah kehilangan kepercayaandiriannya.

Hasnaeni tentu bukan satu-satunya orang yang merasa percaya diri memiliki kapasitas untuk dapat berkompetisi dalam proses politik menjelang Pilgub DKI Jakarta. Selain Hasnaeni, muncul pula Haji Lulung, Sandiaga uno, Yusril Ihza Mahendra, Ahmad Dhani dan lain-lain. Bahkan Ahmad Dhani dengan rasa percaya diri yang memukau,  merasa sanggup mengatasi seluruh permasalahan Jakarta yang begitu kompleks hanya dalam hitungan minggu. Bahkan membuat visi bagi pembangunan Jakarta lebih mudah daripada membuat sebuah lagu ujarnya suatu ketika.

Kemunculan masyarakat dalam kancah berdemokrasi tentu bukan hal yang dilarang. Setiap orang, apapun profesinya, berhak untuk mendeklarasikan diri menjadi bakal calon kepala daerah manapun. Toh pada akhirnya masyarakat juga yang akan memberikan penilaian dan menjatuhkan pilihannya.

Tetapi diharapkan para kontestan politik seharusnya tidak menafikan bahwa proses demokrasi yang berjalan juga adalah  sebuah proses edukasi politik bagi masyarakat, bukan justru “entertainment politik”.

Sementara kalau kita menyimak berita-berita yang menyangkut komentar dan celotehan serta “proses politik” yang terjadi belakangan ini, kita justru seperti kembali disuguhi acara sinetron kejar tayang yang membosankan. Sebuah pertunjukkan yang sebenarnya kita tahu endingnya, tetapi tetap melahirkan kejengkelan-kejengkelan antagonis pada tiap adegan yang muncul.

Alih-alih merasa memiliki pengetahuan politik yang tinggi, entah paham atau tidak,  para kontestan politik kadang  justru seperti sedang menunjukan sebuah narsisme politik (political narcissism) yang kasat mata. Dalam The Culture Of Narcissim, Christopher Lasch mengatakan bahwa narsisme tidak hanya diartikan sebagai kecenderungan pencarian kepuasan seksual melalui tubuh sendiri, melainkan juga dapat diarahkan ke segala bentuk “penyanjungan diri” (self admiration), “pemuasan diri” (self satisfaction) atau “pemujaan diri”(self glorifacation).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline