Lihat ke Halaman Asli

Gatot Suryanto

Remaja thn 90an

Ahok: Sebuah Mimpi Revolusi yang Bergerak

Diperbarui: 20 Maret 2016   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang menilai kemunculan sosok Ahok dalam peta politik dan birokrasi di Indonesia merupakan wajah baru yang menjadi oase dan pengharapan bagi masyarakat Jakarta dan Indonesia ( tentu dalam hal ini keculi para hatersnya).

Pasti para pembaca sudah tidak asing dan kerap bersua dengan tulisan maupun komentar yang berisi pujian maupun dukungan yang dilamatkan pada sosok Ahok ini. Bahkan Kompasioners Diana Santi sempat merangkum sosok Ahok dengan lengkap dan padat dalam tulisannya di sini 

Karena itu sepertinya akan membuang-buang waktu bila saya menguraikan lagi apa pujian yang dialamatkan pada Ahok tersebut.

Ahok sendiri sebenarnya bukan muncul tanpa haters dan penentang. Tidak sedikit yang tak menyukai kehadirannya. Bagi yang merasa kepentingan politik ekonominya maupun ekonomi politiknya terancam, pasti akan sulit menerima kehadiran gubernur seperti Ahok. Dengan semangat keterbukaan dan clean governance yang diterapkan, jelas Ahok bukan merupakan sekutu yang ideal bagi politikus transaksional.

Ahok juga bukan sebuah kabar gembira bagi mereka yang mendulang keuntungan lewat cara-cara premanisme, yang dengan kekuatannya menebar ancaman dan teror mampu menjadi penguasa sebuah wilayah lalu mengkomersilkannya. Bagi golongan ini jelas keindahan kota dan kenyamanan masyarakat adalah sampah.

Melawan? Tentu saja. Bagi kelompok yang merasa terancam kemapanannya, Ahok dinilai sangat berbahaya. Oleh karena itu kelompok haters ini sangat kasat mata terlihat melawan kemunculan Ahok. Oh maaf, bukan melawan rupanya, tapi, cendrung menyerang! Bukan defensif tapi ofensif.

Dan begitulah melalui media cetak, elekronik maupun online kita disuguhi sebuah peperangan antar prinsip, idealisme dan kepentingan.

Lalu, bila melihat kembali ke belakang, darimanakah ahok terlahir dan dibesarkan? (mohon tidak dijawab dengan jawaban “dari rahim ibunya” ya)

Mungkin Ahok dilahirkan oleh idealismenya, Tetapi, sadarkah kita bahwa sebenarnya Ahok dibesarkan oleh kerinduan masyarakat akan sebuah perubahan itu sendiri? Ahok seperti menjadi aktualisasi mimpi mimpi demokrasi yang segar. Demokrasi yang ideal, jauh dari retorika reformasi yang tak kunjung tercapai, sebuah reformasi yang telah menjelma menjadi “kasih tak sampai” yang menjemukan. Hingga perlahan lahan, masyarakat generasi ini mulai meninggalkan “romantisme reformasi”yang tak lagi menarik. Sambil diam-diam, mulai memimpikan sebuah revolusi. Tetapi tentu perlu tercapai kondisi kondisi tertentu yang berat sebagai syarat dapat tercetusnya sebuah revolusi dalam arti sebenarnya. Dan yang pasti tak seorangpun diantara kita yang menginginkan adanya faktor-faktor revolusi untuk meletus terjadi di Indonesia. Akhirnya, masyarakatpun diam dalam ketidakberdayaan. Melihat dengan skeptis dan psimis proses demokrasi dan ketatanegaraan ini berjalan. Diam, dan diam. Tak peduli, dan tak peduli, itulah pelarian dari ketidakberdayaan.

Kini, ketidakberdayaan masyarakat untuk melakukan revolusi; mendobrak nilai-nilai dan sistem yang korup (yang sekarang dibalut bungkus kado yang indah), mendobrak mentalitas kumuh yang sulit dibentuk, mendobrak ketidaknyamanan pelayanan yang termonopoli seperti menemukan bentuknya.

Melalui Sosok Ahok masyarakat Jakarta seperti menemukan simbol perlawanan. Tak pelak dukungan secara sukarela dalam bentuk simpati, materi maupun organisasi mengalir deras. Benak  masyarakat Jakarta yang semula psimis dan skeptis seperti menemukan sebuah momentum. Inilah saatnya untuk bertemu dengan mimpi-mimpi akan sebuah gerakan revolusi untuk pembaharuan. Terlepas dari kritikan dan hujatan atas “kekasaran” dan “ketidaksantunan” Ahok, sosok ini adalah manifestasi yang tepat untuk merealisasikan dan menggerakkan mimpi mimpi itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline