Dua hari yang lalu anak sulung saya terima rapor. Biasanya saya dan suami berdiskusi jauh-jauh hari, siapa yang akan mengambil rapot si sulung karena kebetulan kami berdua mempunyai kesibukan di kantor masing-masing.
Sesampainya di sekolahan sudah berderet para orang tua yang menunggu antrian untuk mengambil rapot putra-putri mereka. Seperti yang saya lihat 90 persen didominasi oleh para ibu dan sisanya para ayah. Hal itu menggelitik keingintahuan saya, mengapa para ayah jarang mengambil rapor anak-anaknya?
Bukankah sejatinya pengasuhan anak adalah tanggung jawab ayah dan ibu?
Untuk memuaskan pertanyaan yang timbul diisi kepala, maka saya mengadakan survei sederhana di group sosial media yang saya ikuti. Hasilnya, 99 persen tak meresponnya, hanya membacanya saja. Mungkin bingung memberi komentar karena tak terfikirkan juga oleh mereka.
Bisa jadi karena pembagian tugas yang membudaya di masyarakat kita bahwa mengurus anak adalah tugas ibu, ayah bekerja mencari nafkah. Ayah lebih sibuk dari ibu.
Benarkah demikian? Mungkin benar, mungkin juga salah. Karena di era sekarang ini banyak juga para ibu yang sibuk bekerja di luar rumah.
Ambil contoh menteri keuangan kita Ibu Sri Mulyani. Meskipun jadi menteri tetapi beliau masih menyempatkan hadir di sekolah untuk mengambil rapor putra-putrinya saat masih bersekolah. Kisah Menteri Sri Mulyani Ambil Rapor Sekolah Anak ‘Tampar’ Orangtua
Bagaimana para ayah? Apa tanggapan anda tentang hal ini?
Selamat mencintai keseharian dengan memperhatikan peran serta kita di sekolah putra-putri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H