Semakin majunya teknologi ternyata juga merubah pola hidup masyarakat dari berbagai bidang dimana semua serba cepat, mudah, dan instan tak terkecuali mendengarkan musik.
Pada awal 2010an layanan musik daring mulai gencar di promosikan sebagai bentuk kemudahan dalam membeli atau mendengarkan musik karena rilisan fisik dianggap kurang efisien pada saat itu tentu ini menjadi berita buruk bagi rilisan fisik seperti CD maupun Kaset karena selain mereka harus memerangi pembajakan mereka masih harus bersaing lagi dengan layanan musik daring.
Hal ini semakin parah ketika tren streaming musik seperti Spotify, Tidal memasuki pasar CD mulai ditinggalkan bahkan per-2017 Indonesia sudah tidak memproduksi CD artis luar dan memilih mengimpor menurut pengakuan salah satu admin music weblog Creative Disc.
Namun 2016 lalu penikmat musik di Indonesia sudah mulai kembali mendengarkan musik lewat rilisan fisik. Dilansir dari Tirto.id hal ini terjadi karena Indonesia juga mengalami demam vinyl seperti yang terjadi di Amerika.
Laku habis terjualnya beberapa album vinyl yang dirilis pada 2016 lalu dan beberapa artis Indonesia juga merilis ulang album mereka dalam bentuk Vinyl seperti, D'Masiv, Naif, Superman Is Dead, Fariz RM dan masih banyak lagi.
Menurut beberapa pengakuan dari penikmat musik rilisan fisik dapat memberikan pengalaman mendengarkan musik lebih baik dan sebagai apresiasi segala hal yang ada padanya. Cover album, Foto album, lirik, dan juga bentuk fisik itulah yang menjadikan rilisan fisik spesial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H