Lihat ke Halaman Asli

Seblak Ceker Ayam Ekstra Pedas

Diperbarui: 25 Agustus 2015   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya harus mengakuinya kalau saya tidak lebih hebat dari anda. Ya, seorang gadis belia yang cerdas. Saya tidak menyangka dapat dikalahkan oleh dia. Tidak hanya soal pelajaran, pun saat bermain bola basket. Saya kalah darinya. Gadis yang multi talent. Rasa persahabatan ini mengubah dengan sendirinya menjadi rasa kagum yang terlalu.

Saya dan dia merupakan sepasang sahabat sedari SMP dulu. Saya si kutu buku dan dia si tomboy. Kami dipersatukan oleh tugas kelompok pelajaran matematika. Si tomboy itu dipasangkan dengan saya oleh guru saya. Kami canggung diawal diskusi, tetapi lama-kelamaan kami berdua membiasakan diri satu sama lainnya.

Setiap hari rabu sehabis pulang sekolah, dia berlatih bola basket. Tidak heran dia menjadi pemain inti tim basket SMP. Saya hanya bisa mendukung saat pertandingan, bersorak-sorai meneriakan yel-yel. Saya tidak pernah absen menonton pertandingan dia. Kadang dengan songongnya dia menyuruh saya mengambil gambar saat dia bertanding.

Hari itu tim basket sekolah kami kalah, padahal sudah masuk final. Kami harus puas menjadi runner up kompetisi tingkat kota. Mau gimana lagi, kami kalah dan kami tidak dapat mewakili kota kami tercinta berlaga di tingkat provinsi. Kalau seperti ini saya harus menghibur si tomboy itu yang sedari tadi wajahnya muram hingga matanya mengeluarkan air.

Si tomboy duduk di kursi pinggir lapangan, saya hendak menghibur dia.

“Hei Des, ini minuman buat lo.”

“Eh, umm, enggak Ton. Buat elo aja. Udah enggak haus gue.”

“Oh yauda deh, bener nih ya gue minum.”

“...”

“Udah dong, jangan sedih gitu.”

“...”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline