DI ruang utama Lembaga Intelejen Negara (LIN), Kresna Dutamangkara berdiri gelisah. Orang nomor satu di LIN yang di agensi rahasia itu biasa disapa dengan sandi Dododo menatap Remido.
"Sudah ada kabar dari Dolare dan Doredo?" Dododo bertanya kepada Remido. Yang ditanya menggeleng.
"Negatif pak. Komunikasi mati. Aku baru saja mencoba penginderaan menggunakan citra satelit melalui Google Eearth. Kelihatannya ada ledakan. Mungkin ledakan mobil..."
"Dear God," desah Dododo. "Bagaimana dengan Sekar?"
"Sekar kini bersama Dosifa. Mereka sedang menuju ke sini..."
Dododo mengangguk. Dia biasanya tak ikut campur secara detil untuk urusan di LIN. Biasanya semua ditangani Dodomi, orang nomor tiga di LIN. Tapi karena Dodomi cuti, kini dia yang harus menangani. Dan kini, dia diperhadapkan dengan kabar yang tidak menyenangkan. Ada ledakan. Ledakan mobil. Dengan dua agennya diperkirakan berada di mobil itu.
Henpon di sakunya bergetar. Wajah Dododo berubah ketika melihat siapa si penelpon.
"Halo?"
"Hai, ini aku. Presiden Terpilih ingin bertemu denganmu setengah jam lagi. Kau ditunggu di Kantor Transisi..."
"Presiden?"
"Presiden Terpilih. Jangan terlambat. Setengah jam lagi..."
Dododo menutup henponnya dan menatap Remido. "Katakan pada Dosifa untuk mengabarkan update terbaru satu jam lagi. Aku pergi...."
***