Inggris kurang beruntung, itulah yang terjadi saat pertandingan Minggu malam yang ramai disaksikan para pecinta sepakbola di tanah air. Jerman bertanding dengan luar biasa, namun Inggris memang kurang beruntung, bukannya kalah kelas dan strategi.
Apa saya pendukung berat Inggris? Tidak, saya suka liganya, namun untuk negara; di tanah Eropa saya suka Republik Ceko yang sayang sekali memang tidak lolos ke Afsel, harapan saya mereka sedang melakukan regenerasi habis-habisan mencari seorang Berger, Nedved, Poborsky, maupun Baros baru. Sehingga diharapkan mereka bisa berbicara banyak untuk masa-masa selanjutnya.
Well, ok...kembali ke persoalan Inggris, hasil pertandingan yang mereka lakoni kontra Jerman secara faktual bisa disimpulkan dengan kata mengenaskan!. Ya memang mengenaskan, tim yang dihuni pemain-pemain kelas dunia yang berasal dari tim-tim langganan liga Champions bisa semaput demikian parah 4-1!. Ramalan unik seekor Gurita bernama Paul ternyata akurat, menarik disimak ramalan "Paul" utntuk Argentina kontra Jerman.
Sebenarnya Inggris hanya kurang beruntung, hal ini bisa dilihat terutama ketika gol seorang Lampard dianulir. Kelemahan observasi wasit nampak jelas disini, namun hal ini lumrah saja dalam dunia sepakbola, jika menilik dari sisi observasi via teknologi hasilnya jauh berbeda.
Yang jelas, mental anak-anak Saint George Cross semakin "down" setelah gol ketiga Jerman. Akibat dianulirnya gol Lampard, pada babak kedua Inggris menyerang habis-habisan, kondisi ini menyebabkan Jerman mampu menerapkan serangan balik yang luar biasa cepatnya.
Inggris kecolongan, jika Gol Lampard disahkan, kemungkinan besar Inggris tidak akan bermain sedemikian terbuka. Permainan menjadi lebih seimbang. Mungkin saja bisa terjadi drama adu pinalti.
Inggris yang bermain kurang sabar dan tenang memang harus diakui. Selain itu Inggris punya masalah pada kecepatan para pemainnya yang masih dibawah Jerman, Gerrard dan Lampard bukan seorang Fantasista yang bermain dengan dribble cepat. Berbeda dengan gelandang-gelandang Jerman yang bermain mengejar bola dan menerobos dengan dribbling seperti misil-misil tempur yang meluncur deras. Sayang dalam kondisi terpojok tersebut, Inggris tidak bisa lagi berharap pada tendangan-tendangan bebas dan sudut ala David Beckham.
Rooney, seorang finisher ulung; tipenya mirip dengan Filipo Inzaghi, seorang oportunis. Andai para penyerang Inggris punya "nyali" untuk melakukan aksi-aksi individual melewati pemain belakang Jerman, maka Inggris bisa berbuat jauh lebih banyak. Lihat saja aksi pemain-pemain Jerman yang mengobrak-abrik petahanan Inggris di areal kotak pinalti, pasti membuat pendukung Inggris geram habis-habisan.
Inggris memang kurang beruntung, karen dari awal tidak bermain sabar dan melakukan serangan balik. Inggris kurang beruntung karena gaya "kick and rush" bisa jadi membuat naluri striker-striker Inggris enggan melakukan aksi-aksi kreatif Individualis ala Fantasista. Inggris kurang beruntung karena pemain-pemain bertahannya kalah cepat dengan kaki-kaki muda pemain Jerman.
Gerrard-Lampard kelihatan tidak cocok bermain bersama, karena keduanya memiliki tipe yang identik; menahan bola dan membaginya, peran ini mirip dengan seorang Pirlo (Pemain Itali) Kondisi lini tengah Inggris kurang kreatifitas, bagaikan sebuah anti-thesis dari lini tengah Brazil,Argentina, Belanda, Portugal. Perpaduan Gerrard-Lampard akan memperlambat tempo permainan "Three Lions". Idealnya salah satu dari mereka baru masuk saat babak kedua.
Dengan kondisi ini paling tidak Inggris akan memainkan Lampard gelandang tengah dan Playmaker yang menyuplai bola kepada wingers dan striker-Joe Cole sayap kiri- Lennon sayap kanan-Milner sebagai gelandng kreatif yang melakukan akselerasi ke kotak pinalti lawan.