Seorang George Bernard Shaw pernah berkata:"The reasonable man adapts himself to the world; the unreasonable one persist in trying of adapt the world to himself.Therefore, all progress depends on the unreasonable man."
Kegilaan menjadi berkah? Bagaimana mungkin? Dalam kasus ini mungkin saja, John Elkington dan Pamela Hartigan, penulis buku "The Power of Unreasonable People"; yang mengkaji bagaimana para wirasuhawan sosial menciptakan pasar masa depan, memang punya keyakinan seperti itu. Mereka memiliki alasan kuat di balik keyakinan tersebut. Dunia dan umat manusia kini menghadapi berbagai tantangan yang luar biasa.
Dari masalah kemiskinan, perubahan iklim, lingkungan yang rusak, ataupun wabah penyakit. Kalau hanya mengandalkan cara-cara biasa dan linear, persoalan-persoalan tadi akan sulit diselesaikan. Sementara sistem yang tersedia kini banyak yang disfungsional. Dunia membutuhkan orang-orang edan untuk menjadi agen perubahan yang menggunakan model bisnis baru dan mempercepat perubahan sosial.
Mereka memperkenalkan generasi baru wirausaha sosial(social entrepreneur) dan lingkungan. Mereka menyelidiki relevansi pemikiran mereka tentang penciptaan nilai, model bisnis mereka, dan gaya kepemimpinan mereka bagi para pengambil keputusan utama.
Social entrepreneur (SE) adalah yang dimaksud dengan orang-orang "mbeling" tadi. Istilah ini awalnya dipopulerkan oleh Klaus Schwab, pendiri Schwab Foundation for Social Entrepreneurship (SFSE) dan penggagas World Economic Forum. Dari sisi sifat dasar, para SE ini memiliki karakter yang lazimnya dimiliki entrepreneur sejati: inovatif, panjang akal (resourceful) , praktis dan sensitif dalam menangkap peluang sekaligus tahan banting (resilience) . Bedanya, dalam usahanya, para SE mencoba melayani pasar yang belum pernah digarap. Begitu pula, spektrum stakeholder utama mereka biasanya berdimensi luas. Selain memperoleh pendapatan dan keuntungan, SE malah cenderung memprioritaskan pengembalian sosial atas investasi yang dikeluarkan. Mereka punya misi untuk memperkecil dan menghilangkan kesenjangan dalam kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, demografis, peluang bekerja, dan banyak lagi.
Dalam pandangan pengusaha, kekayaan diciptakan oleh orang-orang yang mengambil resiko besar dalam hal waktu, karier, dan komitmen untuk memberikan nilai dalam beberapa produk atau layanan.Nilai diinfuskan dengan mengamankan dan mengalokasikan keterampilan yang diperlukan dan sumber daya.
Mereka mengenali perbedaan-perbedaan dalam bentuk tujuh organisasi yang memperkenalkan inovasi. Pengusaha sosial sebagai orang-orang dengan sikap pengusaha bisnis, tetapi beroperasi di masyarakat. Mereka bertindak lebih sebagai pengasuh dari masyarakat dan bukan sebagai pengusaha yang dengan mudah menghasilkan uang. Gregory Dees mengidentifikasikan pengusaha sosial sebagai pengusaha yang langka. Dia menggambarkan satu set ciri-ciri luar biasa pengusaha sosial dengan menekankan bahwa masyarakat harus mendorong dan memberi balasan kepada orang dengan kemampuan yang sifatnya unik.
Hal ini tentunya sangat bergantung kepada bagaimana isi dari gagasan yang kita tawarkan, pada dasarnya agar gagasan serta ide yang kita tawarkan bisa diterima oleh masyarakat kita harus memiliki misi sosial di dalamnya semata-mata hanya untuk membuat masyrakat dapat terbebaskan dari permasalahan yang terjadi. Dalam pelaksanaan pengimplementasian gagasan tersebut pastinya kita akan mendapatkan banyak sekali permasalahan, seorang jiwa wirausaha sosial (social entrepreneur) harus mempunyai kemampuan pengelolaan resiko (risk management) agar dapat menuntaskan apa yang menjadi idenya tersebut. Kemampuan mengelola resiko ini merupakan suatu hal yang penting agar kita dapat memastikan bahwa program yang ditawarkan berjalan secara berkelanjutan.
Dalam skala mikro, kita bisa mengambil sebuah contoh misalnya saja pedagang mie menjual mie organik yang sehat, membuat nasi goreng dengan menggunakan minyak zaitun. Membudidayakan ikan Salmon (Ikan yang kandungan antikoksidannya tinggi) secara melimpah sehingga terjangkau untuk dikonsumsi oleh masyarakat secara luas karena sisi ekonomisnya.
Tindakan-tindakan sosial yang digiatkan melalui usah-usaha bisnis yang kreatif sebagai bentuk kewirausahaan sosial. Akan memberi dampak keuntungan yang baik bagi pebisnis maupun bagi lingkungannya.
Layaknya seorang wirausaha yang bergerak di bidang bisnis, beberapa hal standar perlu dipenuhi dalam social entrepreneurship. Diantaranya kreatifitas, karakter dan persistance. Sebab, selain kreatif dan berkarakter, seorang wirausaha juga harus ngotot dan ngoyo. Sekaligus berani ambil resiko, disiplin serta berintegritas tinggi dalam etika bisnis.