Lihat ke Halaman Asli

Ketika Aku Berbicara tentang Indonesia (Part I)

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai seorang mahasiswa yang katanya sebagai seorang "Intelektual Muda" dan "Agent Of Change" seharusnya melakukan sebuah social control atau analisa-analisa yang berkaitan dengan kelakuan-kelakuan para wakil rakyat yang bekerja untuk rakyat dan tentunya rakyatnya itu sendiri. Hal ini tidak bisa dihindari karena sejarah mengatakan bahwa berdirinya Bangsa ini tak lepas dari peran pemuda/mahasiswa. Dimulai dari pergerakan Boedi Oetomo pada tahun 1908 yang dimotori oleh Wahidin Soediro Hoesodo,Raden Soetomo, dan Raden Goenawan Mangoenkoesomo. Kemudian Hadji Samanhoedi dan Raden Mas Tirtoadisoerjo mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1909 yang tiga tahun kemudian berubah menjadi Sarekat Islam (SI) dan memiliki masa keemasan ketika dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto. Tahun 1912 KH. Ahmad Dahlan juga mendirikan sebuah pergerakan intelektual yang bernama Muhammadiyah, dimana tokoh-tokoh mudanya pula yang menjadi inspirator dari pergerakan itu. Ada juga Nationale Indische Partij (NIP) yang didrikan tahun 1929 yang merupakan organisasi campuran Eurasia dan Pribumi yang dipimpin oleh Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesomo, dan Soewardi Soeryaningrat atau yang belakangan ini lebih dikenal dengan Ki Hadjar Dewantoro. Kemudian Bung Hatta pun tak ketinggalan untuk menghimpun kekuatan pemuda yang bernama Perhimpunan Pemuda yang ketika itu anggotanya merupakan gabungan Pemuda Indonesia yang sedang melakukan study di Belanda pada tahun 1922.Tahun 1926 lahir Nahdlatul Ulama yang dikomandoi oleh KH. Hasyim Ashari. Baru kemudian setelah itu Bung Karno mendirikan kekuatan pemuda bernama Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927. Lewat ideologi yang berlainan, seluruh kekuatan para pemuda bersama-sama memulai upaya mencapai Indonesia Merdeka yang pada akhirnya seluruh potensi pemuda itu digabungkan ke dalam Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPKI). Bahkan ketika negara ini sudah merdeka pun peran pemuda/mahasiswa tetap menjadi "andalan" untuk membela rakyat yang tertindas yang kali ini bukan dengan bangsa lain melainkan dengan sekolompok orang dari bangsa sendiri yang ternyata dengan sengaja membiarkan negara lain mengintervensinya bahkan membiarkannya "mencuri" Sumber Daya Alam Negeri ini dan parahnya membiarkan bangsa lain melakukan pembodohan-pembodohan kepada Rakyat Indonesia melalui infiltrasi budaya yang menjerumuskan, ya siapa lagi sekolompok orang itu kalo bukan mereka yang mengatasnamakan "Wakil Rakyat". Pergerakan mahasiswa yang berafiliasi dengan rakyat kecil pun kini mengalami distorsi, menghilang dan tenggelam di luasnya cakrawala walau sebenarnya dahulu pergerakan mahasiswa pun pasca kemerdekaan juga ternyata banyak ditunggangi oleh agen-agen luar negeri demi sebuah kepentingan, tetapi aku masih meyakini banyak pergerakan yang murni untuk membela rakyat kecil, misalnya pergerakan yang dilakukan oleh seorang Soe Hok Gie (1967-1969) seorang aktifis yang memiliki independensi intelektual berfikir dan politik. Tanpa disadari ternyata darah ku pun mengalir keringat para tukang becak, kuli bangunan, petani, dan seluruh rakyat kecil lainnya karena ternyata sebagian biaya kuliah ku disubsidi oleh pemerintah yang merupakan uang-uang rakyat yang mereka bayarkan kepada pemerintah melalui kewajiban pajak, secara otomatis aku memiliki beban tanggung jawab moral kepada mereka bukan hanya aku tapi kita seluruh pemuda penerus bangsa. Jangan biarkan para "tikus-tikus" penghuni Senayan terus mengerogoti kesejahteraan rakyat. Ketika "teriakan" kita tak mampu lagi didengar oleh mereka, biarkan saja mereka melakukan design-design politik praktis yang picisan, kita disni yang muda harus berfikir besar untuk mendesign masa depan negeri ini agar menjadi lebih baik, yang punya keinginan untuk membuat sekolah agar pendidikan disini baik maka design lah, yang punya keinginan untuk membuat pabrik maka buat lah agar banyak yang bisa memiliki pekerjaan sehingga tak ada lagi ada seorang bapak yang murung ketika anaknya menanyakan uang bayaran sekolah, dan yang ingin membuat UMKM maka segera di design agar tdk ada lg yg kelaparan. Mungkin inilah sebuah pergerakan yang tepat yang lahir melalui independensi intelektual berfikir di tahun-tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya. Aku yakin bangsa ini menjadi bangsa yang besar seperti besarnya Lautan dan Daratan Bangsa ini. Aku berani mengatakan INDONESIA ITU BEDA dari bangsa-bangsa manapun, rakyatku tetap tersenyum walau ternyata perut lapar yang penting tetap kumpul ini menandakan rakyat indonesia memiliki kekuatan mental, persatuan yang kuat dan keyakinan yang tinggi. Rakyatku akan tetap sopan dan memiliki etika yang tinggi walau negara lain "mencuri" kekayaan alamnya. Ini hanya sekedar "waktu" untuk Indonesia menjadi bangsa yang besar dan maju, akan terjadi perubahan yang sangat besar untuk Indonesia ku, hanya perubahan itu diawali terlebih dahulu oleh "chaos" yang menjadi busur anak panah kebangkitan nanti. Mereka yang berfikir yang akan selamat & "terpilih", mereka itulah yang akan menjadi abdi-abdi yang ikhlas dan suci Bumi Pertiwi ini yang menjadi tombak kebangkitan bangsa ini bahkan dunia yang memiliki iman yang kuat dan integritas yang tinggi, aku sangat percaya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline