Negara Israel merdeka pada tahun 1948. Sejak kapan negara Israel merdeka dan mengapa Negara Israel ingin merdeka, apa motivasinya. Hal ini selalu menjadi pertanyaan penulis. Penulis mencoba untuk mengungkap misteri awal mula sejarah terjadinya kemerdekaan Israel. Terbentuknya dan keinginan negara Israel dimulai saat terjadi perang dunia 1 dimana ottoman atau Turkey Utsmani mengikuti perang tersebut dan beraliansi dengan central power seperti Jerman dan Austria-Hungary dalam melawan para sekutu. Dalam peperangan tersebut UK melakukan negoisasi kepada semua suku (berdasarkan Husayn–McMahon Correspondence 1915) yang dimana para etnis arab akan melakukan pemberontakan dan menjadi negara merdeka. Akan tetapi perjanijan tersebut di patahkan dengan perjanjian Sykes–Picot 1916, Perancis dan UK akan mengambil beberapa wilayah di Turkey untuk kepentingan mereka atau memberi otonomi daerah tersebut dengan pengambilalihan oleh UK dan Perancis. Hal ini juga merupakan alasan untuk melemahkan Turkey Utsmani tersebut. Dengan adanya perjanjian tersebut, para sekutu melakukan penjanjian tehadap para suku ini sehingga mengundang konflik baru yaitu adanya gerakan Zionis yang memiliki minat untuk mendapatkan wilayah di Timur Tengah khususnya di Palestina (MacQueen,2018).
Sebelum membahas lebih lanjut, kita bahas dahulu apa itu zionis ? Zionis adalah gerakan politik nasionalis yahudi yang berasal dari Eropa pada akhir abad ke sembilan belas. Zionisme sendiri berusaha mewujudkan kenegaraan yahudi ke tanah yang dijanjikan oleh kitab sucinya. Tanah tersebut dikenal sebagai Palestina (MacQueen,2018). Kenapa palestina? karena Zionis klaim atas tanah Palestina berdasarkan pada beberapa poin yaitu adanya hubungan dari kitab suci yang dimana orang Yahudi mendapatkan tanah air yang di janjikan.dan ada juga pendekatan historis geografis yang dimana Yahudi mempunyai kedaulatan atas tanah palestina dilambangkan dengan pembangunan Kuil Pertama dan Kedua di Yerusalem, yang merupakan lokasi suci bagi yahudi. Akan tetapi kuil ini hancur pada tahun 70 M oleh Romawi yang juga membuat kedaulatan Yahudi berakhir dan mengasingkan Yahudi ke wilayah yang lain. (Akbarzadeh,&Baxter,2018).
Zionisme ada karena respon atas munculnya identitas nasional Eropa. Namun, kemunculan identitas tersebut menjadi ancaman tersendiri bagi komunitas Yahudi yang selama ini sering ada di komunitas, dalam menghadapi permusuhan yang semakin dalam. Istilah ini adalah anti-Semitisme, yang diciptakan oleh orang Jerman bernama Wilhelm Marr, menunjuk pada kampanye yang anti-Yahudi yang berlangsung di Eropa tengah pada waktu itu (Berenbaum,2020). Hal ini memberikan dorongan bagi tumbuhnya gerakan Zionis. Zionisme muncul karena anti semitisme yang sangat meningkat di jaman Eropa. Ide Zionis dikemukakan oleh 2 tokoh yaitu Leo Pinsker dan yang paling terkenal Theodor Herzl. Mengapa mereka membuat zionisme ? Hal ini karena di akibatkan adanya gerakan diskriminasi terhadap orang Yahudi sebagai kelompok yang minoritas di jaman Eropa dulu.
Dalam usaha pembuatan negara bagi yahudi, Herzl melakukan pembicaraan dengan Baron Maurice de Hirsch, yang merupakan salah satu orang yahudi terkaya pada masanya. Baron juga mendirikan organisasi Jewish Colonial Association yang bertujuan untuk menempatkan orang yahudi dari Rusia dan Rumania ke wilayah Argentina dan bagian lain Amerika. Herzl berpendapat bahwa perlunya organisasi politik untuk mengumpulkan orang Yahudi di bawah bendera mereka sendiri, daripada menyerahkan semuanya kepada upaya individu seperti Baron (BELLER, 2004). Percakapan ini mempengaruhi Baron de Hirsch, dan menolak untuk mendengarkan pandangan Herzl. Hal ini membuat Herzl menciptakan bukunya bertema, The Jewish State, yang diterbitkan pada Februari 1896 di Wina (BELLER, 2004), dalam tulisannya dia berpendapat bahwa masalah Yahudi adalah masalah identitas kebangsaan yang hanya dapat diselesaikan dengan adanya kenegaraan. Ini membuat para pembaca ide herzl meningkat dan populer. Pada tahun 1897, Herzl mendirikan Kongres Zionis Pertama di Basle (swiss) dengan tujuan "untuk mendirikan Rumah Nasional bagi Orang-orang Yahudi di Eretz Yisrael (palestina), yang akan dilindungi berdasarkan Hukum Bangsa-bangsa". Kongres ini disetujui, dan akhirnya Organisasi Zionis didirikan. (BELLER, 2004).
Strategi utama Zionis Herzl adalah untuk mencapai pembentukan negara bagi orang Yahudi seperti yang disepakati di Kongres Basle, "rumah bagi orang-orang Yahudi di Palestina yang dijamin oleh hukum publik" melalui negosiasi diplomatik (BELLER, 2004). Langkah berikutnya Herzl menjalin kontak dengan pemerintah Turki, pemerintah Inggris, pemerintah Jerman, dll untuk mencapai impiannya. Kemudian juga melakukan perjalanan ke Palestina pada tahun 1898 di bawah perlindungan atau protektorat dari kaisar Jerman William II dengan skema yang menjanjikan untuk mengejar tanah yahudi (Palestina). Serta membicarakan idenya ke Sultan Hamid II dalam upaya untuk mendapatkan dukungan guna mencapai tujuan zionis yaitu mendapatkan tanah di palestina. Akan tetapi Semua usahanya berakhir dengan kegagalan. Hal yang diajukan berkaitan dengan penyelesaian masalah keuangan Turki dengan imbalan "negara merdeka" di Palestina (BELLER, 2004). Zionis akan membayar bunga dan hutang Sultan Turki. Dengan demikian hal ini memungkinkan untuk mendapatkan pinjaman baru. Untuk bisa membayar hutang tersebut, para gerakan Zionis akan memberikan sekitar 20 juta pound dengan rincian 2 juta akan dibayarkan sebagai kompensasi atas hilangnya pendapatan yang akan datang dari Palestina dan 18 juta sisanya akan digunakan untuk membayar Hutang dengan bunga. Dengan demikian dapat membebaskan Turki dari utang (Mayorek,1999).
Tetapi para anggota zionis meragukan rencana Herzl, karena beranggapan Pemerintah Turki tidak akan pernah menyerahkan kedaulatannya di Palestina. Serta Sultan hamid II tidak akan menyerahkan Yerusalem. Menurutnya uang tidak berarti apa-apa di mata Sultan (Mayorek,1999). Kegagalan mendapatkan wilayah di Palestina dari Sultan Hamid II, Herzl meminta hubungan diplomatik ke pemerintah Inggris dan dia sukses mencapai diplomatik besar pada tahun 1903, tetapi tawaran Inggris adalah penawaran wilayah di Uganda atau bisa dikenal sebagai Uganda Plan, yang dimana orang Yahudi mendapatkan pengakuan dari pemerintah Inggris dengan memberi wilayah di Uganda ke orang yahudi. Dalam proposal Herzl di Kongres Zionis Keenam untuk menerima tawaran Uganda, akan tetapi proposal ini memicu perbedaan antarara Zionis dari Rusia yang bertekad bahwa tanah air Yahudi berada di Palestina dan tidak di tempat lain. Ini membuat krisis hampir menghancurkan gerakan Zionis. pemberontakan besar di antara Zionis (BELLER, 2004).
Akan tetapi dengan adanya perbedaan, Herzl berusaha berkompromi dengan zionis yang lain dan berhasil. Akan tetapi tawaran dari UK akan ditarik kembali atau dibatalkan (BELLER, 2004). Di sini, tujuan utama dari gerakan zionesm Herzl, untuk membangun komunitas Yahudi di Palestina. Ide yang di ajukan oleh Herzl berkembang pesat. Oleh karena itu terjadillah perang Dunia 1 yang dimana UK membuat perjanjian kenegaraan bagi etnis di semua wilayah Turkiy Utmasni, lahirlah perjanjian Balfour Declaration 1917 yang dimana etnis yahudi akan diberikan hak otonomi di wilayah palestina sebagai wilayah khusus bagi yahudi sendiri (MacQueen,2018). Deklarasi Balfour sebagai awal mula terciptanya rumah bagi kaum yahudi di Palestina. Pasca perang 28 Juni 1919, terjadi konferensi LBB di San Remo yang membagi sisa wilayah turki, akan tetapi Perancis tetap mempertahankan wilayahnya di Suriah sedangkan UK mempertahankan wilayahnya di Mesopotamia dan Palestina (MacQueen,2018). Dengan adanya pembagian ini membuat ketegangan antara orang Arab dan kekuatan kolonial, sehingga terbentuklah Komisi yang bernama King–Crane Commission yang merupakan mandate atau memberikan perlindungan terhadap kawasan tersebut dan komisi ini mengajukan agar US memberikan kesempatan pada komisi tersebut untuk menyelidiki apa keinginan rakyat di kawasan itu serta berperan dalam menentukan nasib kawasan itu pada Konferensi San Remo (MacQueen,2018).
Akan tetapi hasil penyelidikan tersebut menyebabkan keributan di antara sekutu Amerika, Perancis dan Inggris, yang keduanya ingin mengamankan kepentingan mereka dengan melalui negosiasi. Dan keberadaan komisi tersebut juga bertentangan dengan keinginan orang Arab khususnya yang berada di Palestina, hal ini disebabkan karena adanya Balfour Deklarasi sehingga terjadi pembentukan palestina sebagai rumah bagi para orang yahudi. Secara keseluruhan, Komisi ini menemukan bahwa orang-orang di kawasan itu menolak gagasan aturan Mandat, dan bahwa mereka menginginkan pemerintahan Arab yang merdeka dan segera mengakhiri kekuasaan zionis (Akbarzadeh,&Baxter,2018). Untuk itu supaya tidak berkoflik maka kawasan tersebut akan di ambil alih oleh kekuatan kolonial agar tidak ada permasalahan lagi. Kemudian Kawasan tersebut ada wilayah yang di ambil alih oleh UK dan Perancis dan di berikan mandat, akan tetapi ada juga beberapa negara yang dimerdekakan. Sehingga para zionis yang di janjikan negara dan di beri lindungan oleh UK tidak dapat terwujud, hal ini juga disebabkan adanya kebijakan White paper pada tahun 1922 yang membatasi imigran yahudi ke Palestina (Akbarzadeh,&Baxter,2018). Kebijakan ini ditujukan untuk membatasi jumlah yahudi dari eropa dan dirancang untuk menenangkan Arab di Palestina. Akibatnya Para zionis melakukan penolakan terhadap perjanjian Balfour di bawah UK. dan ini merupakan Kebijakan politik yang memicu adanya awal gerakan Zionis. UK, berjuang untuk menyelesaikan situasi tersebut. dengan membuat komisi Peel 1937, yang misi pencari faktanya berusaha untuk membebaskan Inggris dari jalinan tuntutan konflik yang bersaing di Palestina dengan cara legimitasi (Akbarzadeh,&Baxter,2018).
Kemudian terjadilah perang dunia II, setelah UK menerbitkan White Paper baru pada tahun 1939, dengan mendukung Arab daripada zionis. Akan tetapi para zionis justru turut berperang dengan menjadi tentara. Dan dengan kemenangan sekutu muncul kesadaran penuh terhadap Holocaust, sehingga tekad Zionis untuk mendirikan negara Yahudi menjadi besar. Dan juga ada dorongan Program Biltmore tahun 1942, yang dikembangkan di Amerika Serikat untuk memberi wilayah ke para yahudi (Akbarzadeh,&Baxter,2018). Dengan selesainya perang dunia kedua para zionist melakukan peperangan terhadap UK seperti Kelompok militan zionis Haganah dengan melakukan sabotase dan pertahanan permukiman Yahudi, ada juga kelompok Irgun yang melakukan pengeboman terhadap UK di markas mereka di Hotel King David di Yerusalem pada tahun 1946 (Akbarzadeh,&Baxter,2018). Pada tahun 1947 wilayah Palestina berada dalam keadaan kacau karena adanya perbedaan pendapat siapa yang berhak mengkontrol wilayah tersebut. Untuk itu masalah Palestina diajukan kembali ke UN, yang dimana mengajak para perwakilan Palestina dan Zionis melakukan negosisasi. Dan pada 29 November 1947 UN mengeluarkan Resolusi 181, yang membagi Palestina menjadi dua negara dengan mengakui hak Yahudi dan Arab di Palestina. Dengan adanya Resolusi 181, yang mendukung solusi dua negara di wilayah Palestina. Kemudian Israel sesegera mungkin menggunakan Resolusi 181, untuk merdekakan diri pada 14 Mei 1948. Yang disetujui oleh negara adidaya seperti AS dan Soviet. Sedangkan Palestina menolak resolusi tersebut dengan alasan bahwa wilayah harus dikembalikan ke Arab.
Akan tetapi kemerdekaan Israel terancam oleh negara Arab yang melihat langkah ini sebagai hal yang ilegal. Perang tersebut dikenal sebagai perang kemerdekaan 1948-1949 (Akbarzadeh,&Baxter,2018). Sehari setelah deklarasi kemerdekaan Israel, pasukan gabungan yang terdiri dari Mesir, Transyordania, Suriah, Lebanon dan Irak menyatakan perang terhadap Israel. Pasukan gabungan Arab melakukan Invasi 15 Mei 1948 kepada negara baru tersebut dimana pasukan Zionis membatasi diri pada operasi mempertahankan diri. Tetapi pada April 1948, Israel melakukan serangan yang bernama Plan Dalet, atau dikenal sebagai Plan D dan merupakan operasi militer israel untuk melindungi serta mengambil wilayah di palestina (Akbarzadeh,&Baxter,2018). Serangan ini bertujuan untuk mengamankan wilayah bagi orang yahudi dari negara Arab di bawah Resolusi 181. Sedangkan negara Arab melihat Rencana D adalah untuk mengambil alih tanah mereka dengan merebut wilayah Arab. May 1948 Pasukan tempur gabungan arab mulai tidak stabil dan para militer pejuang Palestina telah menurun kekuatannya. Sehingga pada 1949 akhirnya Israel memenangkan perang dan telah menguasai beberapa wilayah yang signifikan dan strategis. Israel dengan bangga menyebut konflik ini sebagai Perang Kemerdekaannya.