Lihat ke Halaman Asli

Garda Maharsi

Pemerhati Sosial-Budaya

Amba

Diperbarui: 2 Oktober 2024   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejenak sebelum panah itu melesat dari gendewa, Maharsi Bhisma berseru lirih "Amba...". Langit retak. Bhisma terjungkal dan harus bertemu kematian yang dikenalnya jauh-jauh hari. Karena Amba yang tak pernah luruh...

Amba mungkin lahir dari cinta yang sentimental. Dikisahkan bahwa ia adalah anak pertama dari Raja Darmahumbara dari Giyantipura. Ketika dewasa dan buah dadanya mulai ranum, ia menjemput nasib. Raja Giyantipura mengadakan sayembara penting: barangsiapa bisa mengalahkan raksasa jagoannya, maka berhak mempersunting 3 putrinya --Amba, Ambika, dan Ambaliki. Barang tentu sayembara ini menjadi gelanggang unjuk kekuatan semua pangeran.

Di lain tempat, Raja Wicitrawirya (Bapak Pandu & Destarata) melenguh. Batuk dan tubuh yang mengering membuatnya semakin terlihat lemah. Sang adik tiri Bhisma berinisiatif. Bhisma kan pergi ke gelanggang sayembara dan berjanji membawakan calon istri bagi Baginda Raja. Apapun resikonya.

Maka Bhisma tercebur diantara daftar panjang petarung. Berkat kesaktiannya Bhisma berhasil meringkus jagoan Giyantipura. Ia berhak memenangkan putri Darmahumbara. Maka pulanglah ia ke Hastina dengan kereta kuda, membawa masadepan bagi adiknya yang menginginkan penerus Kerajaan Hastina...

Beribu sayang, nasib tidak memihak Amba. Hatinya gawal. Di satu sisi Amba mematuhi ayahnya, namun di sisi lain ia harus menceraikan cintanya pada Prabu Salwa. Salwa yang terlambat mengerti sayembara tersebut, mengejar kereta itu. Di tengah alas yang sepi Salwa menghentikan laju Bhisma. Salwa meminta Amba kembali, dan karenanya pertarungan tak terelakkan lagi...

Namun Bhisma yang cakap hanya butuh lima langkah untuk menumbangkan kecemburuan itu...

Sesampainya di Hastina, Wicitrawirya menyambut mereka dengan hati yang tak pepak. Baginda ini menerima Ambika & Ambaliki sebagai istri, namun menolak Amba. Baginya Amba tidak "passionate" dengan cinta. Raja ini sudah ngerti, cintanya tertambat pada orang lain. Maka Amba pun pergi berlari. Kain sari nya compang dan kotor. Amba berusaha mendapatkan cinta Salwa kembali.

Tapi Salwa yang bonyok dan malu, menolak cinta itu. "Engkau dimenangkan oleh Bhisma. Aku sudah berusaha merebutmu kembali, namun gagal. Sebagai ksatriya aku tidak pernah bisa. Aku tak akan bisa, Amba..."

Sekali lagi Amba menangis. Dan berlari...

Amba mengejar Bhisma dan meminta pertanggungan jawab darinya." Bagaimanakah nasib hidupku kemudian wahai Maharsi?" ujarnya. Namun Bhisma terus menerus mengelak. Bhisma tidak sanggup. Sepanjang hidupnya menjaga Hastina 4 generasi, dia sudah memegang janji pada Dewata untuk tidak menikah. Bhisma selibat karena dia menjaga kosmos dari pertentangan sedarah...

Praktis disini letak cinta yang sentimental itu. Bayangkan jika kita adalah Amba: menuruti kehendak orangtua, harus menceraikan cintanya, ditolak oleh jodoh didepan matanya, dan tidak ada muara. Hanya kepada Bhisma hidupnya disampirkan...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline