Lihat ke Halaman Asli

2 ◕ Ketika Si Kecil Berdoa

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13284641611701164066

Klorofil mematrikan hijau pada dedaunan itu..pasrah jua digoyangkan semilir angin, menyentuh kebiruan cerah langit yang ditorehkan tangan Pelukis Agung. Dan tak perlulah memandang terlalu tinggi karena matahari cukup terik menghajar raga..untunglah tak terlalu melotot. He he he..itulah hari yang tepat untuk berlibur ke rumah salah seorang kerabatku di desa Rumaholat, kabupaten Seram Bagian Barat. Tidak terlalu jauh dari sini. Rencananya aku, Andre sepupuku dan tentu saja si kecil Alya akan bersama-sama ke sana. Dan bisa dipastikan, Alya, bocah tiga tahun ini akan meramaikan perjalanan darat sekira dua jam dengan menggunakan mobil.

Sudah menjadi kebiasaan keluarga kami untuk berdoa bersama sebelum menempuh suatu perjalanan. Sebagai orang dewasa, kami sudah terlebih dahulu berdoa yang diwakili ayahku. Namun, ada pula doa bagian kedua yang harus dipanjatkan. Hmm..doa model apakah itu? Kalau tadi ayahku, maka sekarang giliran si kecil Alya yang berdoa, dengan perbendaharaan katanya sebagaimana biasanya.

“Ayo, Alya..berdoalah..” kata Andre, ayahnya Alya.

“Mari kita berdoa..”

Alya berdiri di pinggiran meja ruang tamu..sepasang tangan sudah terlipat rapi di depan dada dengan lipatan yang mengarah ke atas, tempat Pelukis Agung berada, katanya. Mata terpejam..doapun terucap..

"Tete Manis – sebutan klasik orang Maluku untuk Tuhan Yesus - , jaga Kakak Mei, Papa Andre dan Alya yang mau pergi sekarang ke Manusa..”

“Bukan ke Manusa – nama desa ayahnya - , Alya, tapi ke Rumaholat,” sela Andre di pertengahan doa putrinya.

“Eh, Tete Manis, bukan ke Manusa tapi Rumaholat..” katanya mengklarifikasi yang sudah terucap sebelumnya.

Tawaku sudah hampir meledak tapi kutahan dengan tetap bersikap khusyuk.

Lalu hening beberapa detik...........

“Alya belum bilang amin. Cepatlah, nak. Om Ade sudah menunggu kita di mobil..”

“Amin!”

Akhirnya doa bagian kedua selesai juga dengan senyam-senyum seisi rumah, termasuk aku.

“Wah, Alya gugup, ya, sampai salah menyebut tujuan kita dan lupa bilang amin..” godaku.

Sayangnya yang digoda sudah buru-buru lari ke mobil.

()

Bagaimanapun cara penyampaian/pengucapannya,

untunglah yang disebut Tuhan itu

mengerti maksud isi doa kita (◕‿◕)

˚°º † º°˚

Selamat berhari Minggu

-----

*dikisahkan berdasarkan penuturan seorang teman beberapa hari lalu

lihat juga:

1 Ketika Si Kecil Berdoa

“Mengancam” Anak dengan Mitos Batu Edaong (Badaong)

Konser Malam Natal yang Memalukan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline