Lihat ke Halaman Asli

Ketika Orang Gila Berdoa

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Halo Yesus.. Apa kabar hari ini? Senangnya hari ini bisa ketemu lagi dengan-Mu.. Aku ini bagai orang gila yang rindu bercakap-cakap denganmu, merapalkan doa yang kudendangkan dalam bentuk rangkaian huruf, kata, kalimat.. Aku gila..ya tergila-gila pada-Mu, ya Tuhanku..

By the way, setelah baca tulisan salah seorang Kompasianer,aku kangen papaku, Tuhan. Aku iri. Mengapa tak sekalian saja aku jadi anak yang dibuang dan akhirnya punya seorang papa angkat. Toh, siapa tahu papa baru itu tidak malu untuk mengakui dan mencintaiku layaknya anak kandungnya. Yah, tapi memang aku tidak bisa berharap banyak tentang hal ini Tuhan. Kenyataan yang terjadi padaku memang demikian adanya. Tapi kusadari, berdosa juga kalau aku terus-menerus menyesali bagian hidupku yang satu ini. Karena masing-masing kita mempunyai penggalan-penggalan kisah yang berbeda. Maafkan aku ya, Tuhan, kalau aku sering membanding-bandingkan diriku dengan orang lain lain. Aku anak-Mu yang tak tahu berterima kasih.

Ya, Tuhan, aku sekadar menyampaikan isi hatiku saja, menyampaikan apa yang kurasa sejujur-jujurnya. Aku tak berpura-pura atau sengaja bersikap manis untuk merayumu, Tuhan. Dan bisa kupastikan, kau tentu tahu bahkan lebih tahu hal itu karena Kau Tuhanku. Sekarang aku belajar untuk berbicara dengan-Mu. Maksudku, belajar lebih dalam lagi. He he he.. Yang namanya belajar pasti ada perkembangan-Nya. Dan kuharap ini akan semakin baik untukku, untuk-Mu, untuk kita. Aku jadi bingung, entah mau mulai dari mana. He he he.. Sepertinya terlalu banyak hal yang ingin kusampaikan pada-Mu hari ini. Apa aku terkesan cerewet ya? Atau terlalu banyak bicara? Ha ha ha... Tenang deh, Tuhan. Setelah ini, aku akan diam untuk mendengarkan-Mu.

Yang kualami mungkin bukan kejadian spektakuler seperti kesaksian beberapa orang yang mengaku melihat-Mu datang dalam mimpi, dalam wujud seorang kakek tua berjanggut lebat plus beruban atau tiba-tiba mendengar suara berseru dalam hening. Kadang juga sih, pengen yang kayak gitu. Ha ha ha..

Tapi lama-kelamaan aku berpikir, Engkau punya banyak cara yang unlimited untuk menunjukkan indentitas-Mu, untuk menunjukkan bahwa Kau ada, Kau menyertai-Ku, dan kuyakini itu sungguh. Walaupun memang secara logika, orang bisa berkata, ah, kau mungkin terlalu banyak berhalusinasi. Tapi itulah nilai dari apa yang diamini penganut Kristiani! Iman! Itu harga matinya. Sesuatu yang jauh menembus batas-batas logika, tak tersentuh secara fisikal. Dan itu sebuah harga yang harus dibayar lebih dari sekadar percaya! Gampang-gampang susah, tapi sepertinya lebih banyak susahnya. He he he.. Yah, lagi usaha terus nih, Tuhan. Wah, wah.. ternyata yang sudah kutuliskan banyak juga ya, hari ini? Padahal masih banyak lagi yang ingin kuceritakan padamu. Jangan bosan-bosan ya, Tuhan? Kan kau Allahku yang unlimited, unlimited kasih setianya, panjang sabar,, :P Oh iya, kali ini aku memilih menulis sebagai media komunikasi denganmu. Kupercaya Kau telah menganugerahkan kemampuan menulis ini kepadaku. Untuk itu, apa salahnya dan memang sudah seharusnya kuterapkan cara ini. Aku hanya ingin dekat dengan-Mu, Tuhan. Tapi maafkan aku, kalau aku banyak kali menjadikan-Mu sebagai tempat pelampiasan semata. Saat aku lagi happy-happy-nya, aku lupa pada-Mu. Dan saat masalah demi masalah menyerangku bertubi-tubi, aku lari mencari pertolongan-Mu! Emergency call! Maafkan aku ya, Tuhan.

Tuhan, tadi malam aku salah naik mobil. Rasa-rasanya mau menangis saat sadar kalau aku telah salah memilih mobil yang kutumpangi untuk kembali kesini. Malah hari sudah semakin malam, hujan, dingin, dan perjalanan panjang lebih dari 40 kilometer melintasi gunung masih menungguku. Tapi akhir-akhir ini, Tuhan, jujur aku merasa semakin mantap. Dalam berbagai situasi, aku merasa bahwa aku tidak sendiri karena aku punya Kamu. Aku terlalu yakin untuk melangkah, karena Kau Allahku, Tuhanku yang kupercaya bahkan kuimani. Kutaruhkan hidupku ke dalam tangan-Mu karena memang sudah seharusnya demikian. Aku milik-Mu, Kau yang membentukku, aku berasal dari pada-Mu. Jadi ketika waktu lampau, kurasakan pertolongan-Mu, maka tadi malam, aku pun yakin, mujizat akan terjadi. Dan memang benar. Aku baik-baik saja. Kuyakini selama aku punya Engkau, aku berjalan dimanapun, kemanapun, selama aku berniat baik (Kau tahu hatiku, Tuhan), maka tidak aka nada sesuatu yang buruk dalam penglihatan-Mu yang akan menimpaku. Semua yang terjadi itu baik adanya. Orang-orang di pangkalan ojek itu yang dengan ikhlas menawarkanbantuan agar aku bisa menginap tadi malam di desa itu. Ada pula kedua temanku yang kediamannya di desa tetangga yang menawarkan bantuan sejenis. Dan pada akhirnya ada kau kirimkan aku penolong yang berhasil memboyongku pulang, menembus pekatnya malam – tanpa satupun lampu jalan - di gunung angker itu melewati perjalanan lebih dari 40 kilometer, dingin...namun hujan tak menerpa kami.

Aku memang memilih untuk tidak memberitahukan hal ini kepada mama dan keluargaku di rumah ini. Kau tahulah Tuhan, mereka pasti akan berpikir yang bukan-bukan. Memang kuhargai, sebagai orang tua, itu tanda kekhawatiran dan kepedulian mereka. Toh, suatu saat nanti aku pun akan merasakan bagaimana rasanya menjadi orang tua - tiba-tiba ingin menikah dan punya para bocah yang lucu-lucu. He he he..

Oh, iya.. Setelah itu, aku segera berganti pakaian, mengatur beberapa barang dan segera tidur - sebenarnya ada sedikit OL juga di Kompasiana. He he he.. - Terima kasih untuk tidurku yang nyenyak, dan bangun pagi yang menyegarkan dengan kerinduan pada-Mu dan Kompasiana. Tapi aku benar-benar bersyukur Tuhan. Memang kuakui aku sekarang seperti kecanduan dengan blog itu. Siang, malam, aku selalu ingin membaca, mengomentari bahkan menuliskan buah pikiranku. Sampai-sampai aku mengabaikan jam makan dan mandi. Tidurpun kadang tak cukup. Yah, salah siapa..itu tandanya aku tidak bisa memanajemen waktuku dengna baik. Akan kurubah deh, Tuhan. Tapi sisi posifinya, aku jadi semakin terpacu untuk menulis. Dimanapun aku berada, pikiranku selalu menerawang seakan-akan ada pusaran kata-kata yang berputar di otakku, menjerit, memberontak ingin keluar dan tumpah di kertas, di lembaran kosong MS.Word sebelum nantinya menempel di dashboard Kompasiana. Terlalu banyak hal yang kulihat, kurasa, sedih, senang, susah, keindahan, kebobrokan,,,,semuanya ingin kutuliskan.

Sebagaimana nick name-ku Amazing Grace, I’m amazing ‘coz I have amazing God! Aku jugapunya banyak teman yang dengan mereka aku bisa saling share banyak hal.Tak usah malu-malu untuk menegurku saat langkahku menjauh dari-Mu.. Sebentar lagi aku akan pergi “mencangkul” di ladang yang telah kau sediakan bagiku. Tolong aku, Tuhan, apapun yang akan kulakukan, kemanapun aku melangkah, siapapun yang akau kutemui, apapun akan terjadi, Tuhan besertaku! Aku cinta kamu, Tuhan!

Amin!

Piru, 23 Mei 2011

♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

cuma celoteh orang gila di pagi hari..

baca juga yang ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline