Menurut Badjuri (2010) Televisi merupakan sebuah media dimana semua orang dapat melihat dan mendengar apa yang tengah ditayangkan oleh media tersebut. Televisi tidak hanya menampilkan secara visual saja atau audio saja. Tetapi televisi memadukan audio dan visual menjadi satu sehingga masyarakat dapat melihat gambar sekaligus mendengar narasi sesuai gambar tersebut. Narasi atau audio adalah pendukung dari gambar, karena sesungguhnya kekuatan televisi ada pada bagian gambar, dimana gambar tersebut adalah gambar yang hidup atau bergerak sehingga televisi adalah media yang menarik dibanding dengan media lainnya, seperti media cetak koran maupun radio.
Masyarakat mengenal televisi sebagai media hiburan, dimana televisi menayangkan acara-acara yang pas untuk menemani pemirsa bersantai. Acara hiburan tersebut seperti acara musik, kuis, game show, dll. Tetapi tidak lupa juga bahwa televisi setia untuk memberikan informasi, mengingat bahwa peran media televisi adalah sebagai media massa yang berfungsi memberikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Dengan mendapat informasi melalui televisi, masyarakat akan lebih lama mengingat apa yang ditayangkan karena mempunyai daya tarik bagi masyarakat bahwa pemberian informasi tersebut dengan audio visual sekaligus, maka tidak hanya satu panca indera saja yang digunakan untuk menangkap informasi, tetapi dua panca indera yaitu penglihatan dan pendengaran. Adanya peran televisi sebagai media yang mamberikan informasi, maka stasiun televisi menyediakan program berita dan infotainment. Bahkan setiap stasiun televisi berlomba-lomba menyajikan program tersebut dengan sekreatif mungkin, sehingga lebih dapat menarik perhatian masyarakat. Program-program ditelevisi dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran dan perilaku penonton.
Seperti infotainment, acara televisi dengan penonton dan penikmat yang banyak infotainment adalah sebuah acara, dimana acara tersebut membahas atau lebih dikenal sebagai media gossip selebriti. Menayangkan segala gaya hidup para artis. Infotainment telah menjadi bahan makanan sehari-hari bagi masyarakat dan dianggap menarik untuk mereka nikmati. Tetapi seringkali berita yang ditayangkan infotainment sangat disayangkan. Sifat infotainment mengarah pada mengungkap kelemahan dan menyakiti orang lain serta tidak peduli pada aib yang seharusnya tidak layak untuk dikonsumsi publik. Padahal para artis keberatan jika aibnya diketahui oleh semua orang, saya sebut dengan penelanjangan selebriti. Misalnya kawin cerai, terlibat skandal, masuk penjara, terjerat narkoba, pornografi dll. Seolah-olah kebusukan para artis dibongkar terang-terangan dan dibongkar habis privasinya.
Jika seperti itu terus-menerus maka akan merusak pola pikir manusia yang sehat seperti ketika masyarakat menonton selebriti tersebut terkait kasus atau sering kawin cerai, maka mempengaruhi masyarakat melalui perasaan, otak dan sikap. Misalnya masyarakat akan menaruh dendam dan benci terhadap selebriti tersebut, terjadilah pem”bully”an disosial media seperti facebook, twitter, instagram dsb. Tidak hanya disitu, pengaruh yang sering kita jumpai atau bahkan ada yang pernah mengalami bahwa secara tidak sadar jika kekerasan terhadap perempuan, anak, bahkan laki-laki sekalipun, perceraian, perselingkuhan, dan anak yang berani melawan orang tua itu ada karena bisa jadi faktor tontonan yang seperti itu.
Lalu bagaimana cara untuk menghindari hal tersebut? Justru dari diri kita sendiri dengan tidak mudah terpengaruh untuk mengikuti gaya hidup yang tidak baik demi popularitas semata. Yang utama ialah lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, jangan terlalu tergiur oleh kenikmatan duniawi seperti perselingkuhan, korupsi, atau yang lain yang sering infotainment tayangkan. Lalu ubah pikiran negatif kita tentang infotainment dengan mengubah pola pikir yang positif bahwa infotainment adalah sebuah acara dimana acara tersebut memperkenalkan keterbukaan dan fakta, lalu bagaimana lingkungan memiliki hak untuk mengenal hidup orang lain sehingga lahir sebuah kontrol sosial antar manusia dimana mereka bisa menghargai orang lain dan dapat menerima keberadaan orang lain. Dan untuk infotainment, lebih baik lagi jika menayangkan sebuah realita kehidupan para selebriti yang baik dan positif. Misalnya artis berprestasi dalam pendidikannya, kehidupan rumah tangga selebriti yang harmonis, selebriti go international dan masih banyak lagi. Sehingga semua penonton infotainment akan terobsesi dan mempunyai keinginan serta motivasi untuk melakukan hal yang positif
Tulisan ini menggunakan teori disonansi kognitif. Leon Festinger berpendapat bahwa teori ini adalah teori yang menggambarkan situasi perasaan yang tidak nyaman yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran dan perilaku yang tidak pasti. Dalam situasi seperti itu, ada langkah untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut sehingga tercapai konsonansi.
Sebagai contoh: dalam infotainment menayangkan sebuah permasalahan yang tengah dihadapi oleh selebriti muda yaitu Prilly Latuconsina, ia dikabarkan oleh infotainment bahwa ia pernah berpacaran dan sudah tidak perawan lagi. Gosip tersebut mengakibatkan pro dan kontra dari penonton. Penonton mudah percaya dengan kabar yang telah beredar dalam media massa. Mereka mempercayai bahwa Prilly sudah tidak perawan lagi. Prilly merasa tidak nyaman dengan gosip yang telah beredar, apalagi masyarakat telah mempercayainya. Dalam perasaan tidak nyaman yang dirasakan Prilly, ia mengambil langkah untuk mengurangi perasaannya itu, dengan cara melakukan tes keperawanan. Dan hasilnya dikonfirmasikan kepada masyarakat melalui media massa sebagai bukti bahwa ia benar-benar masih perawan.
Infotainment bersifat mengungkap kelemahan dan menyakiti orang lain dan menayangkan aib selebriti yang seharusnya tidak layak untuk ditayangkan dan dikonsumsi publik. Selain selebriti merasa tidak nyaman dengan segala pemberitaan yang negatif, dampak juga dialami oleh penonton atau masyarakat bahwa mereka secara tidak sadar telah mengikuti segala gaya hidup yang tidak baik dan bisa juga berakibat pada orang lain.
Referensi:
Badjuri,Adi.2010.Jurnalistik Televisi.Yogyakarta:Graha Ilmu.