Lihat ke Halaman Asli

Untuk Tutupi Buruknya Pemerintahanya, SBY beri 7 Catatan Negatif Pemerintahan Jokowi

Diperbarui: 13 Juni 2016   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

JAKARTA, —Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono beberapa kali memberikan catatan “negatif” terhadap pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla.
 Dari kegiatan silaturahim kader Partai Demokrat di kediaman SBY di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/6/2016) SBY memberikan tujuh catatan kritis kepada pemerintahan Jokowi.

 Presiden keenam RI itu mengatakan, kondisi ekonomi yang lemah berimplikasi terhadap pertumbuhan yang rendah. Kondisi tersebut juga berdampak negatif terhadap pendapatan dan daya beli masyarakat.

 “Ketika ekonomi Indonesia melemah, perekonomian dunia dan kawasan juga memiliki pelemahan pertumbuhan. Artinya, pemerintah harus sangat serius dan tepat di dalam mengelola perekonomian kita," kata SBY.

 SBY juga menyoroti turunnya daya beli masyarakat. Berdasarkan data statistik, kata dia, terjadi penurunan pendapatan per orang dari 2014 ke 2015 sebesar Rp 2.150.000.

 "Tahun 2016 ini bisa lebih rendah lagi. Sementara di lapangan tercermin juga menurun tajamnya pembelanjaan masyarakat,” ujarnya.

Ciri SBY selalu memuji – muji pemerintahanya dan membanding – bandingkan dengan pemerintahan  Joko Widodo – Jusuf Kalla. Sebenarnya, apa yang terjadi pada pemerintahan saat ini adalah tidak terlepas dari kinerja 10 tahun pemerintahan SBY.

 Bila di lihat situasi perekonomian Indonesia sekarang ini tentunya SBY adalah salah satu pihak yang berkontribusi karena permasalahan ekonomi saat ini tidak lepas dari warisan SBY.

 Bila kita menoleh kebelakang masalah tingginya harga daging sudah ada pada era pemerintahan SBY. Masalah PHK, menurunya daya beli masyarakat itupun sudah terjadi saat pemerintahan SBY.

Pengamatan saya saat SBY naik kursi pemerintahan di 2004 nilai tukar rupiah berkisar pada Rp. 8,000.-/USD dan ketika 2014 SBY akan menyerahkan pemerintahan ke Joko Widodo nilai tukar rupiah sudah mendekati angka Rp. 13,000.-/USD

Harga beras super saat 2004 Rp. 1,800.-/kg dan di tahun 2014 sudah mencapai Rp. 12,000.-/kg, begitu juga harga bahan pokok lainya. Memang UMR dan UMK naik tetapi tetap saja tertinggal jauh oleh kenaikan harga bahan pokok.

Kebijakan pemerintahan SBY lebih banyak instan sehingga tidak menyelesaikan masalah. Contoh yang paling gamblang BLT (bantuan langsung tunai), apakah ada efek positif untuk jangka panjang terhadap perekonomian masyarakat kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline