Lihat ke Halaman Asli

Gapey Sandy

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Habib Rizieq dan "Wujuduhu ka'adamihi"

Diperbarui: 13 November 2018   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Amien Rais, Habib Rizieq Shihab, Prabowo Subianto. (Foto: jpnn.com/istimewa )

Seingat saya, sudah dua kali berturut-turut ini calon wakil presiden nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin menunaikan shalat Jumat di Masjid Raya Al-Hakim, Taman Menteng, Jakarta Pusat. Tepatnya, pada 2 dan 9 November kemarin.

Datang dengan Alphard hitam berpelat polisi dengan abjad belakangnya tiga huruf 'MRF' (mungkin kependekan dari nama 'Ma'RuF'), beliau tidak menjadi imam. Melainkan, menjadi pembaca doa yang diaminkan jamaah.

Pembawaan Ma'ruf sederhana. Ia cukup ramah meladeni banyak jamaah yang usai shalat meminta waktu untuk sejenak berfoto bersama. Kebiasaan Ma'ruf, usai shalat Jumat itu, ia tidak langsung bergegas meninggalkan masjid. Tapi justru beberapa saat meluangkan waktu, bersilaturahim dengan pengurus masjid dan sejumlah jamaah yang berebut menyalami dan mencium tangannya.

Saya tidak termasuk jamaah yang antri mencium tangan Ma'ruf. Karena ketika Ma'ruf berjalan dengan pengawalan petugas berpakaian sipil, didampingi pengurus inti masjid, saya malah menghampiri beliau dan memohon waktu untuk wawancara singkat. Tidak ada wartawan lain yang melakukan doorstop. Hanya saya saja. Alat rekam saya? Cukup pakai smartphone saja.

"Pak Ma'ruf, boleh wawancara sebentar?" tanya saya sambil berjalan perlahan mengimbangi langkah kaki beliau.

"Ya boleh," jawab Ma'ruf seraya tersenyum lebar khas beliau.

Tanpa buang waktu, saya langsung mengajukan pertanyaan, seputar kasus Habib Rizieq Shihab yang tersandung perkara dengan aparat berwajib di Arab Saudi. Saya juga memberondong Ma'ruf dengan sejumlah pertanyaan: Bagaimana dengan rencana kepulangan Habib Rizieq? Apakah Pak Ma'ruf melakukan persuasi dengan Habib Rizieq supaya pulang ke tanah air?

Sambil kita sama-sama melangkah menuju pintu kaca untuk keluar dari ruang utama masjid -- dan sesekali jamaah mencium tangan Ma'ruf -, mantan Rais 'Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menjawab, begini:

"Oh ya bagus ya, Pemerintah kita lewat Konjen, kan berarti membantu supaya bisa tidak menjadi masalah. Supaya bisa bebas, Alhamdulillah. (Kalau beliau mau pulang, enggak ada masalah?) Oh ya saya kira enggak ada masalah. Bagus, bagus. (Ada persuasi dari Pak Maruf enggak, kalau dia pulang?) Ya itu kan nanti tergantung beliaulah, apa enaknya beliau. (Mau pulang, atau tidak?) Ya, itu kan hak beliau. Nyamannya beliau seperti apa?" ujar Maruf Amin pada Jumat (9/11).

Aksi unjuk rasa Indonesia Tanpa FPI. (Foto: kabarkampus/ahmadfauzan)

Dari jawaban tersebut, kentara betul, bahwa seperti ada "pecah kongsi" antara Habib Rizieq dengan Ma'ruf Amin. Kongsi yang saya maksud, lantaran keduanya sama-sama aktif dan terlibat dalam unjuk rasa "Aksi 212" pada 2 Desember 2016.

Ma'ruf yang kini menjadi salah satu figur sentral di kubu Capres petahana, bersyukur sekali, bahwa pada Senin, 5 November, ketika Habib Rizieq berurusan dengan aparat berwajib di Arab Saudi - lantaran diketahui ada terpasang bendera bertuliskan kalimat tauhid yang mirip dengan yang biasa digunakan oleh kelompok radikal ISIS -, Konsulat Jenderal RI di sana tidak tinggal diam. Habib Rizieq diberi bantuan agar supaya tidak mengalami masalah lebih lanjut di negeri orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline