"Sebut saja hotel mana yang paling mahal ada di Jakarta. Ada Ritz Carlton. Ada, apa itu, Waldorf Astoria. Nama, namanya saja kalian enggak bisa sebut. Ada Saint Regis, dan macem-macem itu semua, tapi saya yakin kalian tidak pernah masuk hotel-hotel tersebut. Betul? Kalian kalau masuk, mungkin kalian diusir karena tampang kalian tidak tampang orang kaya. Tampang-tampang kalian ya tampang Boyolali ini. Betul?"
Tanpa teks, Prabowo Subianto berpidato sekaligus meresmikan Posko Badan Pemenangan "Prabowo-Sandiaga", Selasa (30 Oktober 2018) di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Ketika acara berlangsung, hampir tak ada gejolak. Pidato Prabowo mulus saja berjalan dari A sampai Z. Malah, kalau Prabowo misalnya bertanya kepada hadirin pendukung dirinya, "Betul?" Maka, mereka yang hadir lekas menjawab bak paduan suara atau kor, "Betuuul". Sambil sesekali ada yang tertawa dan bertepuk tangan.
Ya, maklum saja. Mereka yang hadir rata-rata adalah relawan pendukungnya. Apalagi, ini juga dalam rangka peresmian Posko Badan Pemenangan. Artinya, acara ini cukup formal dan yang penting, bernilai politis. Lha kok acaranya politis? Tengok saja, meja podium yang menjadi tempat atau posisi Prabowo berdiri dan berpidato. Ada lambang Partai Gerindra, jelas tertera.
Sederhananya, semua happy. Kala itu, apa yang disampaikan Prabowo, tak ada yang (berani) menampik. Bagaimana juga mau membantah, yang pidato 'kan ketua umum partai mereka. Manut semua, sambil manggut-manggut.
Tapi apa yang terjadi beberapa hari kemudian?
Boyolali riuh-rendah. Pada Minggu, 4 November 2018, ribuan warga tumpah ruah ke jalan, memprotes pernyataan Prabowo yang dianggap melecehkan dan merendahkan martabat orang Boyolali. Mereka tersinggung. Kesal, karena Prabowo dalam pidatonya seolah menganggap tampang atau wajah orang Boyolali itu tidak layak masuk hotel berbintang. Alasannya, karena tampang orang Boyolali yang menurut Prabowo, bukan seperti tampang orang kaya.
Belum lagi, Prabowo mengatakan, untuk menyebut nama-nama hotel mewah yang ada di Jakarta saja, orang Boyolali pasti akan merasa kesulitan.
Warno, Sekretaris Desa Lencoh, Kabupaten Boyolali, kepada saya sempat mengatakan, kebanyakan warga desa yang ia jumpai, ramai membicarakan pidato Prabowo. "Semua menyesalkan pernyataan Prabowo. Ada juga yang bertanya-tanya, apakah sebenarnya Prabowo sudah bertemu dengan semua orang Boyolali? Kalau belum, mengapa sampai Prabowo menyatakan hal yang membuat orang Boyolali merasa direndahkan seperti begitu?" ujarnya.
Jangankan warga, bahkan Bupati Boyolali, Seno Samodro menyerukan kepada warganya, untuk sekuat tenaga jangan sampai memilih Prabowo dalam Pemilu Presiden 2019.
Ujungnya, Tim Advokat Pembela Prabowo melaporkan Seno Samodro ke Bareskrim Mabes Polri, dengan dugaan sudah melakukan ujaran kebencian yang ditujukan kepada Prabowo.