Lihat ke Halaman Asli

Gapey Sandy

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Aku dan Mentari Menyatu di Kelimutu

Diperbarui: 21 Juli 2018   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di puncak Gunung Kelimutu menyaksikan matahari terbit dan pesona tiga danau. (Foto: Gapey Sandy)

"Jam 04.00 pagi sudah harus kumpul semua di lobby. Kita langsung berangkat ke Danau Kelimutu."

Begitu instruksi Dwi Setijo Widodo, pemandu wisata rombongan. Alamak, jam 04.00?! Padahal kami baru juga tiba di tempat penginapan, jam 01.30 dini hari. Ya ampun, mana bisa curi waktu untuk  berbaring dan tidur. Belum lagi, ketika sampai di kamar penginapan Kelimutu Ecolodge di Desa Koanara, Moni, Ende, Flores -- NTT ini, harus siapkan segala sesuatu buat mendaki ke Puncak Gunung Kelimutu.

Oh ya, kami tiba di Moni -- tempat biasa para pendaki Kelimutu menginap -- lewat dari tengah malam, karena memang baru berangkat dari Maumere kelar makan malam, sekitar jam 20.30. Lho, kenapa enggak berangkat dari sore hari? Ya 'gimana mungkin, karena jam 19.00 pun kami baru tiba di Maumere, sesudah menempuh perjalanan lebih dari 110 km dari Dusun Likotuden, Desa Kawalelo, Kec Demon Pagong, Flores Timur - tempat tinggal keluarga Mama Sorgum alias Maria Loretha. [Baca di sini:Tuhan Titipkan Sorgum Lewat Tangan Maria Loretha]

Perjalanan dari Maumere ke Moni (sekitar 98 km) di malam hari terasa membosankan. Sepanjang jalan, jarang sekali bertemu kendaraan lain, mobil apalagi motor. Meskipun tidak terlalu lebar ruas jalannya, tapi Jalan Nasional Larantuka -- Maumere ini lumayan bagus.

Artinya, kita yang kelelahan tidak merasa ajrut-ajrutan di dalam mobil. Tapi, itu juga bukan berarti kami bisa istirahat. Karenaaaa ... jalan raya ini bergitu banyaaaakkkkkkk kelak-keloknya. Ya ampun, kalau enggak percaya lihat saja ini kondisi rute via Google Maps. Jalannya kelak-kelok kayak gitu ... hahahaaaa. Melihat petanya saja udahmumet kan, apalagi kami yang merasakannya sendiri di dalam minibus. Baru mau tidur sedikit, mobil sudah berbelok tajam kanan, disusul kemudian belok tajam kiri. Begitu terus dan terus. Lagi ... dan lagiiii.

Begitu banyak kelak-kelok tajam sepanjang jalan dari Maumere menuju Moni, Ende. (Sumber: Google Maps)

"Selalu saja, kebanyakan orang yang menempuh perjalanan darat Maumere -- Moni bilang, kenapa jalan ini tidak dibuat lurus saja?" ujar Dwi sambil tertawa.

Pemandu wisata berambut gondrong ini juga tak sedang berdusta ketika bercerita, bahwa ia pernah terjebak stuck di jalan lantaran ada tebing longsor. Enggak heran, sepanjang jalan kami sering lihat tebing yang begitu mepet dengan jalan raya. Bahkan di beberapa titik, ada satu dua bongkahan batu di jalan raya setelah menggelinding dari punggung tebing.

Begitulah keseruan dan "aduhai"-nya jalan darat dari Maumere ke Moni (pintu gerbangnya Kelimutu).

o o o O o o o

Tepat jam 04.00, minibus yang kami tumpangi bergerak dari Moni menuju Kelimutu. Minibus serasa longgar, maklum koper dan ransel gendut sudah diturunkan di penginapan. Dingin merasuk badan sepanjang jalan. Moni, seperti kata orang, benar-benar pintu gerbang Kelimutu. Banyak dijumpai home stay di kiri kanan jalan yang terus menanjak. Kehidupan sekitar seperti belum nampak. Eh, lha iyaaaa ... ini masih jam sahur ... hahahahaa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline