Lihat ke Halaman Asli

Gapey Sandy

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Hangatnya Adat Sambut dan Lepas Tamu di Kabupaten Sikka

Diperbarui: 6 Juli 2018   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Datang disambut tarian dengan tetabuhan, pulang pun demikian. (Foto: Gapey Sandy)

"Sebagai simbol kekeluargaan dan keramahtamahan, tamu selalu disuguhi pinang, sirih dan kapur. Untuk dikunyah secara bersama-sama. Ada juga rokok yang tembakaunya dilinting dan diikat dengan daun lontar kering. Silakan dinikmati. Kalau tidak bersedia mengunyah pinang, sirih dan kapur, atau juga tidak merokok, ya tidak mengapa asal tetap dipegang saja semua suguhan penyambutan tamu ini sebagai pertanda apresiasi tamu kepada tuan rumah."

Demikian disampaikan Daniel David, Direktur Na'ni House Flores ketika mewakili masyarakat dalam menyambut saya beserta rombongan di Dusun Botang, Desa Munerana, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Jumat (29/6/2018).

Dusun Botang berjarak sekitar 21 Km dari Bandar Udara Frans Seda Maumere, atau sekitar 1 jam perjalanan dengan bermobil. Adapun Na'ni House Flores adalah lembaga yang berdiri sejak Oktober 2014 dan punya misi di antaranya untuk melestarikan budaya tradisional di Kabupaten Sikka, Flores, lewat dukungan kreasi budaya tenun ikat yang berkelanjutan dengan memanfaatkan kearifan lokal di bidang pertanian dan menciptakan keseimbangan alam.

Sesuai urutan yang disarankan, saya pun mengambil mengambil sepotong pinang lalu sirih dan kemudian langsung masuk mulut untuk digigit dan dikunyah. Baru kemudian menyusul sejumput bubuk kapur yang bentuknya bubuk putih. Saya kunyah lagi. Wheeewwww ... rasanya nano-nano, meskipun yang dominan adalah sepat.

Karena merasa hasil kunyahan saya kurang menghasilkan warna oranye kemerahan, lagi-lagi sesuai arahan, saya mengambil lagi sejumput kapur. Semakin nano-nano lah rasanya.

"Kalau sudah dirasa cukup kunyahannya di mulut, semua boleh ditelan, tapi boleh juga dibuang," ujar Daniel. Tanpa menunggu lama, sambil membelakangi badan, saya pun perlahan-lahan meludahkan semuanya. Warna oranye terang yang keluar dari hasil kunyahan di mulut saya. Aaaahhh ... lega, dan anehnya, mulut saya kok terasa segar. Apakah ini pertanda doyan?

Peta arah menuju Dusun Botang, Desa Munerana, Kec Hewokloang, Kab Sikka, NTT dari Bandar Udara Frans Seda Maumere. (Sumber: Google Maps)

Ritual sambut tamu. Disambut percikkan air terlebih dahulu oleh tetua adat. (Foto: Gapey Sandy)

Selesai upacara makan pinang, sirih dan kapur bersama-sama. Mulailah saat-saat yang lebih enteng "ritual"-nya. Apalagi kalau bukan merokok!

Silakan lihat bentuk rokoknya di jepretan foto. Bagus ya. Dilinting pakai daun lontar kering warna kuning, ada ikatannya pula. Jangan terbalik lho ya, karena yang harusnya menempel diantara kedua bibir adalah yang sisinya lebih panjang dari ikatan tali.

Sudah lama saya tidak merokok. Pun bukan perokok jarang-jarang. Tapi, begitu mengisap rokok ala Desa Munerana ini, aaahhhh ... citarasanya 'kok ... nganu, eh, apa itu, enaaaakkkk banget ... hahahaaa

Lama juga rokok ini habisnya. Padahal sepertinya cuma kayak rokok-rokokan, tapi kok lama juga habisnya, dan jujur, enggak bikin batuk. Saya bilang juga apa, ini antara rokoknya yang enak dengan doyan, beda tipis ... hahahahaaa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline