20 Mei, selain diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, ternyata juga merupakan Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI). Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menetapkannya sepuluh tahun lalu.
Persisnya tanggal 28 Mei 2008, sewaktu gelaran puncak peringatan Seabad Kebangkitan Nasional dan Seabad Kiprah Dokter Indonesia di Istana Negara, Ketua Umum Pengurus Besar IDI, DR Dr Fachmi Idris M.Kes mengatakan, "... bahwa sejak tahun 2008, tanggal 20 Mei, telah ditetapkan IDI sebagai Hari Bakti Dokter Indonesia yang kemudian diketahui oleh Kepala Negara dan seluruh masyarakat luas merupakan penghargaan yang tidak ternilai untuk jasa-jasa dokter yang menggerakkan kebangkitan nasional bangsa kita ..."
Untuk memperingati Hari Bakti Dokter Indonesia, mari simak kisah Dokter Spesialis Mata, Dr Rita Polana Yasni SpM. Saya memanggilnya "Dokter Rita" aja, terutama kalau lagi menjalani medical check up - di sebuah rumah sakit swasta - yang salah satu tindakannya harus diperiksa oleh profesional ophthalmologist (dokter spesialis mata) yang satu ini.
Yukdeh, kenalan dulu sama Dokter Rita ...
Rita menamatkan pendidikan kedokteran di FKUI (1984-1991), spesialis mata (1997-2002), dan sub-spesialisasi Vitro Retina (2002-2006). Beberapa studi lanjutan pun sukses 'dilahap' Rita. Sebut saja misalnya, Bedah Lasik, RSPI (2003); Lasik Surgery, American Academy of Ophthalmology (2003); Phacoemulsification, Cornea Surgery and Refracyive Surgery, Sub-Bagian RSCM-FKUI (2004); juga, Dermatology & Plastic Reconstructive Surgery Department di Kyushu Hospital (Jepang); Endoscopic Internal Department di Jordan Hospital (Amman, Yordania). Sedangkan pada 2006, Rita juga aktif belajar pada Profesor Telandro yang merupakan penemu teknik Bedah Presby-LASIK (2006).
Sedangkan pada 2015, Rita menjalani advanced training dalam Reconstructive Surgery dibawah bimbingan Profesor Marten Mauritz di Amsterdam Hospital (Belanda).
Sehari-hari, Rita praktik di sejumlah rumah sakit, seperti RS Pondok Indah, RS Puri Cinere, dan Bidakara Medical Center. Sebelumnya, ia juga pernah menangani pasien di Jakarta Eye Center, East Jakarta Eye Center, Jakarta Vascular Canter, Klinik Spesialis Bulungan, RS Malahayati (Medan), Puskesmas Lubuk Buaya (Padang), Puskesmas Palupuh (Agam, Sumbar).
Tidak cuma sibuk urus pasien, Rita juga aktif di organisasi profesional. Ia menjadi pengurus IDI; Masyakarat Katarak dan Bedah Refraktif; American Academy of Ophthalmology; dan, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) - berdiri sejak 5 Juli 1964 - dimana Rita menjabat Sekretaris I Perdami DKI Jakarta merangkap Koordinator Divisi Pengabdian Masyarakat. Sebagai catatan, Perdami DKI Jakarta disebut juga Perdami Jaya (Jakarta Raya) yang wilayah kerjanya meliputi DKI Jakarta dan Depok.
Apa saja prestasi Dokter Rita?
Kalau Kompasianer sempat googling nama "Dokter Rita Polana", diantara temuannya pasti muncul nama Rita ditahbiskan jadi satu dari sepuluh dokter mata terbaik di Jakarta versi situs miner8.com. Wowww, hebat ya.
Selain itu, Rita juga pernah menerima penghargaan sebagai Juara 3 Painting Shankar International Children, India (1979); Juara 3 Lomba Poster, Pertemuan Ilmiah Tahunan Perdami, Bandung (2002); Juara 1 Experimental Research Championship, Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-29 Perdami, Yogyakarta (2003); dan, Asia Pacific Association of Ophthalmology - APAO (2015). Untuk yang terakhir ini, penghargaan yang diraih Rita cukup membanggakan dengan tajuk mentereng yaitu: "In Recognition of Her Contributions to Prevention of Blindness in The Asia-Pasific Region".