Menikmati Kota Bandung, tak sekadar surga kuliner, tempat wisata dan fesyennya saja. “Paris van Java” juga menyuguhkan wisata menarik sekaligus menantang. Apalagi, kalau bukan offroad! Ya, berkendara di lintasan pebukitan yang menderu debu, berbatu dan hutannya yang cukup lebat di kaki Gunung Tangkuban Parahu yang punya ketinggian 2.084 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Pengalaman offroad di Bandung, baru-baru ini saya dapatkan. Kebetulan, awal Agustus kemarin, saya menjadi bahagian dari rombongan peserta workshop dari Jakarta --- yang beranggotakan 20 orang --- demi menjajal jadi offroader.
Kali pertama panitia menawarkan kegiatan offroad, jujur saja, saya masih belum terpikir untuk membayangkan bagaimana kira-kira offroad itu. Malah sempat terbetik dalam pikiran, offroad yang dimaksud adalah berpetualang dengan kendaraan mini jeep lalu menyusuri pepinggiran pematang kebun di salah satu lokasi outbond yang pasti berlokasi di Bandung “atas”. Pikiran ini muncul karena separuh dari peserta workshop yang siap ikutan offroad adalah perempuan.
Ternyata, apa yang saya pikir, keliru!
Land rover offroad menjemput langsung ke hotel. (Foto: Gapey Sandy)
Bergerak meninggalkan hotel, melaju di jalur aspal mulus. (Foto: Gapey Sandy)
Kami berangkat dari hotel tempat menyelenggarakan workshop sekaligus menginap sekitar jam 14.00 waktu setempat. Sebelumnya, panitia terus mewanti-wanti separuh bawel: “Jangan telat ya, jam dua siang, sudah ditunggu dan siap di lobby”. Hotel tempat kami menginap berlokasi di Jalan Setiabudi, tepatnya di sisi kiri sesudah Terminal Ledeng, Cidadap, Bandung Utara, kalau dari “bawah” (Geger Kalong dan sekitarnya) menuju ke Lembang.Benar saja, ketika seluruh rombongan sudah siap di lobby hotel, tak dinyana muncul dari arah pintu gerbang hotel, tiga kendaraan tuwir, tua, tapi masih gagah dengan suara buangan knalpot yang mendehem kencang laiknya mobil sport. Inilah tiga kendaraan offroad yang sengaja diundang panitia untuk menjemput kami dan melayani sensasi offroad. (Awas, jangan dibaca “oprod”, heheheheee …)
Tiga kendaraan ini, satu berwarna kuning dan dua lainnya, hijau “army” alias ijo tentara. Inilah Land Rover tumpangan yang siap menjelajah dan menyusuri kaki gunung berstatus stratovolcano, Tangkuban Parahu.
Melewati Kampung Gajah Mini Zoo di Jalan Sersan Bajuri. (Foto: Gapey Sandy)
Mengarah menuju ke Lembang, dan belok kiri ke Parongpong. (Foto: Gapey Sandy)
Kehadiran tiga Land Rover tuwir di area hotel jelas sangat kagak matching. Bangunan hotel yang megah nan eksotik langsung kontras dengan kehadiran mobil offroad yang renta namun masih tetap nampak kegaharannya ini. “Ooohhh, ternyata kita dijemput langsung ke hotel nih? Aku pikir kita naik bus dulu ke lokasi offroad,” ujar salah seorang peserta offroad spontan, sembari heran dan mengernyitkan dahi melihat barisan rapi tiga Land Rover. Kok heran? Ya, maklum, panitia tidak banyak memberi informasi detil tentang rencana offroad ini.Panitia membagi 20 peserta offroad menjadi tiga tim. Satu Land Rover offroad bisa ditumpaki sampai delapan offroader. Beruntung, Land Rover yang saya tumpangi termasuk long chasis. Muatannya, satu penumpang di kiri depan bersama supir, tiga penumpang di tengah dengan kursi menghadap ke depan, dan empat penumpang di belakang yang duduk saling berhadapan.
Okelah, langsung kita berangkat … ngeeeeng!
Perjalanan offroad dimulai --- tentu saja --- sejak keluar dari hotel. Langsung ambil kiri dan menanjak terus mengarah ke Lembang. Heheheee … nyentrik juga naik Land Rover rame-rame di jalan beraspal mulus yang menanjak. Duduk persis di belakang supir saya bisa melihat betapa ringan “kendaraan perang” ini disetir. Bahkan dengan muatan yang sarat penumpang pun, Jalan Setiabudi yang menanjak seolah tak ada apa-apanya. Lancar dan deru mesinnya pun “empuk”. Ajrut-ajrutan kursinya? Hahahaaa … beluuummmm! Maklum, masih jalan aspal.