Mengikuti kunjungan kerja (kunker) Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo beserta rombongan, pada 26 – 28 Desember 2015 di Nusa Tenggara Timur (NTT), membuat saya semakin menyelami bagaimana tipikal kerja dan sosok Jokowi sebagai “RI-1”. Beberapa hal bisa saya turunkan dalam tulisan ini.
Pertama, Presiden Joko Widodo pekerja keras yang sangat menghargai bagaimana memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Dalam bahasa Staf Khusus Kepresidenan, Sukardi Rinakit, ritme kerja Presiden Joko Widodo sangat cepat yang pada akhirnya membuat para staf bawahannya juga merasa tertantang untuk terus bekerja dengan semangat. “Speed kerjanya tinggi. Ini juga yang membuat kami semakin bersemangat dalam bekerja,” kata Sunardi ketika dalam satu kesempatan makan malam sempat ngopi bareng bersama saya dan admin Kompasiana Iskandar Zulkarnaen (Mas Isjet). “Saya pecinta kopi. Dari wanginya saja, saya bisa tahu jenis-jenis kopi,” kata Sukardi sembari mencium-cium aroma kopi hitam di gelasnya. “Naaahhhh … yang ini, (Kopi) Arabica!” tukas pria yang ramah ini.
(Presiden Joko Widodo meresmikan Terminal Bandar Udara Komodo di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, pada Minggu, 27 Desember 2015, didampingi Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. || Foto: liputan6.com)
Speed kerja Presiden Jokowi yang serba quickly seperti disampaikan Sukardi Rinakit, akhirnya alami sendiri di lapangan. Malah, kalau bisa saya ceritakan, ya seperti ulasan sekaligus himpunan reportase berikut.
Dimulai sejak hari pertama kunker, Minggu, 27 Desember 2015. Bertolak dari Solo, Jawa Tengah, rombongan kepresidenan mendarat di Bandar Udara Komodo, Labuan Bajo, Manggarai Barat, pada 09.20 wita. Di sini, Presiden Joko Widodo meresmikan terminal penumpang pesawat dengan didampingi Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan.
Sekadar informasi, ketika di Labuan Bajo ini, Kompasiana tidak ikut melakukan reportase langsung dikarenakan Presiden Joko Widodo dan rombongan bertolak dari Solo, pada Minggu (27/12). Sementara saya dan Mas Isjet sudah berada di Kupang, NTT, sejak Sabtu (26/12) malam.
(Tiba di Bandar Udara El Tari, Kupang, NTT, Presiden Joko Widodo menerima kain tenun ikat khas NTT yang kemudian diselempangkan di bahu kanan. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)
(Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo baru turun dari pesawat kepresidenan di Bandar Udara El Tari, Kupang, NTT, pada Minggu, 27 Desember 2015. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)
Terminal penumpang pesawat dibangun diatas lahan seluas 9.687 meter dan selesai pengerjaannya pada tahun anggaran 2015, dengan menghabiskan dana pembangunan Rp 191,7 miliar. “Pengembangan Bandar Udara Komodo ini sangat penting untuk percepatan pengembangan perekonomian di NTT, khususnya di Pulau Flores dan sekitarnya. Selain itu, bandara ini juga bisa menjadi pintu gerbang bagi para wisatawan yang datang unyuk menikmati keindahan pantai dan alam bawah laut di Labuan Bajo, keindahan Danau Kelimutu, obyek wisata prasejarah di Gua Liang Bua, menyaksikan Taman Nasional Komodo, Pantai Merah Muda, dan masih banyak lagi,” tutur Presiden.
Kelar peresmian, Presiden dan Ibu Negara beserta rombongan terbang menuju Bandar Udara El Tari di Kupang. Ketika turun dari Pesawat Kepresidenan, berjalan di atas karpet merah panjang yang sengaja dihamparkan, tidak seperti biasanya, kemeja putih yang senantiasa dikenakan dan menjadi trademark Jokowi terihat sengaja dimasukkan ke celana panjang, rapi. Tidak seperti biasanya yang sengaja dibiarkan terbuka atau tidak dimasukkan.
(ATAS: Medan jalan yang ditempuh untuk mencapai lokasi proyek PLTS di Desa Oelpuah, Kupang Tengah. BAWAH: Pemandangan pada sisi kiri jalan. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana)