Lihat ke Halaman Asli

Gapey Sandy

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Squee, Berbagi ‘Jalan Tikus’ di Social Media (1)

Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu cepatnya laju urbanisasi Jakarta menimbulkan berbagai tantangan, terutama kemacetan dan mobilitas. Awal tahun kemarin, Jakarta dinobatkan menduduki peringkat pertama sebagai kota termacet dari 78 kota-kota lain di dunia.

Nah, guna membantu Jakarta menghadapi tantangan-tantangan tersebut, New Cities Foundation dan Connect4Climate telah meluncurkan Jakarta Urban Challenge (JUC), yang merupakan sebuah kompetisi dengan total hadiah sebesar US$ 20.000 untuk generasi muda Indonesia, yang mampu memberikan solusi terbaik bagi permasalahan mobilitas Jakarta. Puncak dari kompetisi ini digelar berbarengan dengan penyelenggaraan New Cities Summit 2015, pada 9 - 11 Juni kemarin, di Ciputra Artpreneur, Jakarta.

Siapa juaranya? Adalah tiga finalis terbaik yang kemudian berhasil ditetapkan oleh panel juri yang beranggotakan tokoh-tokoh ternama. Mulai dari Ke Fang, Spesialis Transportasi Perkotaan, World Bank Group; Sarwo Handayani, Kepala Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan Kota Jakarta; John Rossant, Kepala New Cities Foundation; Soetanto Soehodho, Deputi Gubernur Bidang Industri Perdagangan dan Transportasi DKI; Neli Triana, Senior Editor/Wakil Kepala Bagian Metropolitan Harian Kompas; dan, Muhammad Yunus, Pemenang Nobel Perdamaian dan Pendiri Grameen Bank.

Finalis terbaik diraih oleh Tim Squee yang menyajikan ide Squee Mobile App (SMA). “SMA ini adalah social media app berbasis komunitas yang ditujukan khusus untuk pejalan kaki dan pesepeda, yang digunakan sebagai sebuah tool atau alat untuk travelling bersama, dan saling bertukar informasi dengan memanfaatkan rute-rute ‘jalan tikus’ atau jalan sekunder,” jelas Arlene Nathania, yang bersama tiga rekannya menjadi penggagas SMA.

Ilustrasi tampilan Squee Mobile App pada smartphone. (Foto: Arlene Nathania/Squee)

Melalui Squee, kata alumnus S1 dan S2 di Universitas Tarumanagara, Jakarta ini, pihaknya ingin memperkenalkan konsep mobilitas baru yang bersifat sosial yakni ‘Berbagi jalan tikus atau ratwalksharing’. “Fitur utamanya ada tiga: Social media yang menyatukan komunitas transportasi aktif; Berbagi informasi rute, tips, dan navigasi jalan yang walkable atau bikeable dengan metode crowdsourcing dan teknologi geo-lokasi; dan, memberikan informasi mengenai lokasi tempat-tempat menarik di Jakarta yang terletak di sepanjang ‘jalan-jalan tikus’ tersebut,” tutur Arlene yang kini tengah menyelesaikan PhD Candidate di HafenCity Universität (HCU), Hamburg, Jerman.

Ketika penulis menanyakan tanggal lahirnya, Arlene memilih untuk merahasiakan. Tapi, untuk menjawab serangkaian pertanyaan tentang apa dan bagaimana aplikasi SMA, wanita kelahiran Jakarta ini sangat terbuka.

Berikut, wawancara penulis dengan Arlene Nathania, yang dilakukan secara tertulis melalui surat elektronik. Selengkapnya:

o o o O o o o

Bagaimana cerita awalnya sampai Arlene mengikuti Jakarta Urban Challenge itu?

Karena background pendidikan dan profesi saya Urban Planning, saya sebenarnya dari dulu punya cita-cita untuk membuat satu proyek yang bertema urban yang bisa membuat Jakarta menjadi lebih livable. Sebelumnya, dengan rekan-rekan --- yang akhirnya jadi co-founders di Squee ini --- suka brainstorming bareng sambil lalu untuk gali potensi Jakarta. Sampai suatu saat, adik saya mengirim link tentang Jakarta Urban Challenge (JUC) yang merupakan kolaborasi antara New Cities Foundation, Connet4Climate dan PemProv DKI Jakarta ini. Akhirnya, kita memutuskan untuk coba ikutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline