[caption id="attachment_407269" align="aligncenter" width="560" caption="Silva Tiara Magdalena Sumual berlatih jurus tendangan kaki pada seni beladiri Muay Thai bersama sang pelatih, Toni Haryanto. (Foto: Gapey Sandy)"][/caption]
Nama camp Muay Thai ini “Bangrajan”. Diambil dari nama satu desa yang ada di Siam (kini, Thailand – red). “Bangrajan” terkenal dengan riwayat heroiknya, menundukkan agresi laskar Burma. Semangat bertempur hingga titik darah penghabisan ini yang menginspirasi nama camp yang mulai buka di Pamulang, Tangerang Selatan, pada 26 Juni 2013. Muridnya sudah sekitar 70 orang. Lelaki dan perempuan. “Murid paling muda baru kelas 3 SD. Sedangkan yang tertua berusia 60 tahun,” ujar Toni Haryanto, pelatih sekaligus pemilikcamp kepada penulis. (Selengkapnya, baca: Indahnya Serangan Lutut Terbang,Kompasiana, 25 Maret 2015).
Salah seorang murid perempuan “Bangrajan” adalah Silva Tiara Magdalena Sumual. Gadis muda belia, berperawakan ideal, dengan kulit kuning langsat dan gemar mengikat rambutnya ala kuncir kuda ini sudah satu tahun aktif mengikuti olahraga seni beladiri asal Negeri Gajah Putih, Thailand ini. “Saya berlatih Muay Thai ini baru satu tahun, sejak Maret 2014. Alasannya karena memang suka seni beladiri. Nah, kebetulan di sekitar sini ada campMuay Thai, akhirnya penasaran, mau tahu, dan sesudah ikut satu sampai dua kali, ternyata makin tertarik. Seru banget, termasuk orang-orang di camp-nya juga ‘asyik-asyik’. Kekeluargaannya bagus. Jadi, ya betah,” tutur siswi kelas 3 SMA Cyberschool Pelangi di Benda Baru, Tangsel ini.
Suasana camp “Bangrajan”, Selasa siang (24/3) itu belum terlalu ramai. Maklum, bukan hari libur. Silva melangkahkan kaki secara mantap dengan tubuh tegap. Ia mengenakan kaos hitam, membawa tas ransel kecil. Separuh dahinya agak tertutup poni rambut lurusnya. Tak perlu waktu lama, ia sudah masuk ruang ganti pakaian, dan bersiap untuk latihan Muay Thai. Diawali pemanasan dan stretching, ia melanjutkan dengan skipping, lompat tali. Aktif ia berlatih, sembari menghadap salah satu dinding camp yang semuanya terbalut cermin. Lompatan kedua kakinya di atas matras hitam gesit nan lincah.
[caption id="attachment_407270" align="aligncenter" width="560" caption="Silva Tiara Magdalena Sumual, gadis muda keturunan Manado yang kepincut beladiri Muay Thai. (Foto: Gapey Sandy)"]
[/caption]
[caption id="attachment_407277" align="aligncenter" width="560" caption="Pelatih Muay Thai, Toni Haryanto mengenakan tali proteksi untuk tangan kepada sang murid, Silva Tiara Magdalena Sumual di camp Muay Thai Bangrajan, Pamulang, Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)"]
[/caption]
Satu tahun berlatih Muay Thai, Silva sudah lumayan banyak belajar jurus Muay Thai yang juga biasa disebut sebagai seni beladiri delapan tungkai ini. Maklum, teknik menyerangnya mempergunakan pukulan dua tangan, dua siku, dua lutut, dan tendangan dua kaki. Tak hanya itu, kadang Silva juga memompa adrenalin dengan berlatih tanding atausparring. Tanpa ragu apalagi takut, gadis muda keturunan Manado ini akan langsung siapbak bik buk dengan lawan latih tandingnya di atas ring.
“Banyak sih yang sudah dipelajari, jab, straight, elbow, knee, back elbow, terus cara buat latih tanding atau sparring. Termasuk, bagaimana cara mengendalikan emosi diri di atas ring. Karena Muay Thai ini enggak bisa sembarangan dan asal-asalan, yang berujung hanya akan membuat capek diri kita sendiri. Atau, malah enggak bisa lagi melakukan perlawanan. Musti sabar. Muay Thai ini triknya adalah mengendalikan kesabaran. Bersiap menjaga diri atau bertahan, dengan sekaligus coba mengetahui, kira-kira lawan akan melakukan serangan dengan jurus apa dan ke arah mana. Ini penting, supaya kita enggak kena serangan lawan,” urai Silva detil.
Kenapa Silva tergerak berlatih Muay Thai? Jawabannya, ternyata ditemukan faktamenarik. Bagi keluarga Silva, olahraga seni beladiri sudah sangat mendarah-daging. Mulai dari sang Opa yang merupakan Kateda. Juga sang Ibunda, Tante, dan kakaknya. Semua adalah atlet beladiri Karate-Do. “Ya, dari mulai Opa, beliau itu seorang Kateda, lalu mengajarkan ke Mama, Tante, dan Kakakku. Jadi ya, memang aku sudah terbiasa dengan seni beladiri, karena faktor lingkungan keluarga yang memang turun-temurun suka beladiri, dan itu mengasyikkan,” jelas anak keempat dari enam bersaudara ini.
[caption id="attachment_407271" align="aligncenter" width="560" caption="Pemanasan untuk peregangan otot dan persendian sebelum berlatih Muay Thai. (Foto: Gapey Sandy)"]
[/caption]
[caption id="attachment_407272" align="aligncenter" width="560" caption="Pemanasan dilanjutkan dengan skipping atau loncat tali. (Foto: Gapey Sandy)"]
[/caption]
Silva mengaku, sebelum mengikuti Muay Thai dirinya termasuk yang kurang bersemangat dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Jujur ia bilang, jarang berolahraga dan kurang aktif secara fisik. Tetapi, akhirnya semua menjadi berubah drastis manakala dirinya memutuskan untuk bergabung dengan camp Muay Thai “Bangrajan” yang berlokasi di bilangan perumahan Pamulang Permai I.
“Awalnya, sebelum gabung dengan Muay Thai ini, aku ‘kan jarang olahraga dan kurang aktif secara fisik. Nah, setelah gabung dengan camp Muay Thai ini, membuat aku jadi lebih semangat. Apalagi, yang namanya olahraga itu pasti menjadikan diri kita lebih semangat,enggak loyo. Selama rutin melakukan latihan Muay Thai, aku merasakan hidup ini jadi lebih ‘hidup’. Dalam artian, semangat aku terus menyala. Hal penting lainnya, aku menjadi semakin aktif, terutama untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif yang berkaitan secara fisik,” bangga gadis berusia 15 tahun ini.
Meski Toni Haryanto, sang pelatih, sudah memasukkan Silva ke dalam murid dengan kategoriintermediate, tapi rupanya Silva mengaku belum pernah mengikuti turnamen Muay Thai di luar camp “Bangrajan”. Hal ini karena memang mengikuti turnamen bukan sebuah keharusan. Karena toh setiap Selasa dan Jumat, murid-murid camp “Bangrajan” sudah terbiasa berlatih tanding di atas ring.
[caption id="attachment_407273" align="aligncenter" width="560" caption="Silva Tiara Magdalena Sumual berlatih jurus pukulan dalam Muay Thai bersama pelatih. (Foto: Gapey Sandy)"]
[/caption]
[caption id="attachment_407274" align="aligncenter" width="560" caption="Berlatih pukulan menggunakan siku. Jurus back elbow. (Foto: Gapey Sandy)"]
[/caption]
“Ikut turnamen? Belum pernah sih. Tapi, rencana aku, bulan Mei ini akan mengikuti Zinc 360° Muay Thai Kick Competition di Plaza Selatan Senayan, Jakarta. Aku enggak selalu berharap menang. Kalau kalah pun, akan menjadi tambahan pengalaman buat aku. Sekaligus, mempelajari kekurangan-kekurangan yang ada pada diri aku. Keikutsertaan seperti ini juga menguji diri aku sendiri, sebenarnya batas diri aku ini sampai dimana, sehingga selanjutnya dapat aku perbaiki dan tingkatkan,” ujar Silva mantap.
Melihat dua atlet Muay Thai bertarung, secara sepintas memang mengesankan, bahwa olahraga seni beladiri ini ‘keras’ dan ekstrim. Meskipun sebenarnya, faktor keamanan dan keselamatan atlet selalu menjadi prioritas utama. Termasuk aturan ketat yang diterapkan, mulai dari larangan menyerang dengan kepala, larangan menyerang bagian belakang kepala, larangan menyerang bagian kemaluan, dan larangan terus menyerang lawan yang sudah dalam keadaan jatuh atau berhasil dijatuhkan.
Apa tidak membahayakan, kaum hawa berlatih Muay Thai? Jawaban Silva meluncur deras. Sebagai perempuan, dirinya paham mengenai proteksi atau perlindungan keamanan terkait bagian-bagian tubuh yang vital dan membahayakan. Tapi, ia juga mengingatkan, bahwa dengan mengikuti Muay Thai bukan berarti harus ikut turnamen atau bertarung dengan lawan di atas canvas ring. Syukur, kalau hal itu berani dilakukan. Tapi kalau pun tidak, camp Muay Thai “Bangrajan” juga tidak pernah memaksakan muridnya untuk tarung di turnamen.
[caption id="attachment_407275" align="aligncenter" width="560" caption="Serangan menggunakan lutut atau knee dalam Muay Thai. (Foto: Gapey Sandy)"]
[/caption]
[caption id="attachment_407276" align="aligncenter" width="560" caption="Serangan dalam beladiri Muay Thai dengan menggunakan lutut. (Foto: Gapey Sandy)"]
[/caption]
“Dibandingkan dengan cowok, badan cewek itu lebih banyak bagian-bagian vital yang harus dilindungi. Kalau cewek mau ikutan latihan Muay Thai, mereka enggak selalu harus ikut turnamen. Tapi kalau berani, boleh ikut. Tapi, itu bukan sebuah keharusan. Resiko ikut turnamen, mungkin agak bonyok sedikit, tapi dalam beberapa hari akan sembuh juga ‘kok. Lagipula, kalau kita ikut turnamen, ada hal positif yang diperoleh, mulai dari nyali yang semakin berani, juga lawan yang kemudian malah bisa menjadi kawan. Musuh enggak selalu jadi musuh. Itu artinya, akan menambah teman, menambah pelajaran juga. Jadi, menurut aku, enggak semua olahraga seni beladiri itu bahaya bagi cewek, termasuk Muay Thai ini,” tegas Silva.
Pengalaman Silva sendiri membuktikan, ketika bulan-bulan perdana ia berlatih seni beladiri delapan tungkai, kakinya sempat mengalami keseleo. Tangan pun sedikit lecet karena harus menghantam ‘tubuh’ samsak yang berat dan padat. Tapi semua resiko dari aktivitas itu dijalani Silva dengan enjoy, karena semakin beratmabh hari dirinya kian tertantang untuk menjalani latihan secara lebih baik. “Waktu awal-awal latihan, kakiku pernah kecengklek, keseleo. Pas nendang, posisi kakiku salah, dan kemudian jadi lebam membiru. Untung gurunya baik, sehingga langsung mendapat perawatan. Selain itu, ketika memukul, pertama kalinya biasa deh tangan lecet-lecet sedikit, tapi ya setelah itu, sembuh. Enggak masalahkok,” kenang Silva.
Meski demikian, Silva coba menghilangkan kesan ‘keras dan kasar’ dalam olahraga seni beladiri Muay Thai ini. Ini yang selalu disampaikannya ketika coba mengajak sejumlah sahabatnya yang perempuan untuk ikut berlatih Muay Thai. Apalagi, Silva juga menyadari, berlatih Muay Thai tidak sekadar untuk ‘gagah-gagahan’ atau sok jago belaka. Selain membuat tubuh menjadi lebih aktif dan sehat, olahraga seni beladiri ini dapat bermanfaat sebagai teknik pertahanan diri atau self defence, dan yang sudah terbukti adalah menjadi fat burner atau pembakar lemak. “Berat badanku stabil,” tukas pemilik berat badan 46 kilogram ini.
[caption id="attachment_407278" align="aligncenter" width="560" caption="Jurus Muay Thai berupa Low Kick yang diperagakan Silva Tiara Magdalena. (Foto: Gapey Sandy)"]
[/caption]
[caption id="attachment_407279" align="aligncenter" width="560" caption="Jurus Muay Thai yaitu Medium Kick dipraktikkan Silva. (Foto: Gapey Sandy)"]
[/caption]