Lihat ke Halaman Asli

Gapey Sandy

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Raih Medali dari Lahan Jalur Pipa Gas

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1425683837481447424

[caption id="attachment_401243" align="aligncenter" width="397" caption="Yoyo tengah memperlihatkan teknik memukul bola kayu dengan tongkat kayu atau mallet. (Foto: Gapey Sandy)"][/caption]

Siapa sangka, setelah ditata apik dan resik, sebagian lahan Jalur Pipa Gas (JPG) di Pamulang, Kota Tangsel, Banten, yang sejak beberapa tahun lalu tak terawat, kumuh, dan disesaki aneka bangunan liar multifungsi, kini malah menjadi lahan yang berujung pada raihan prestasi membanggakan. Wow, kok bisa?

JPG milik Pertamina Gas yang tertanam di bawah tanah dengan lintasan yang membelah Kompleks Perumahan Pamulang Permai I, dulu terkenal sebagai kawasan kumuh dengan berbagai bangunan liar yang sengaja dan ilegal menempati tanah milik Pertamina Gas. Padahal, didalam tanah itu tertanam Pipa Gas Aktif Bertekanan Tinggi yang melintas dari Cilegon hingga Kota Tangsel.

Tidak sedikit papan peringatan yang dipancangkan Pertamina Gas. Bunyinya pun, sebenarnya mudah dipahami, yaitu DILARANG : MELALUI KENDARAAN BERAT, MENDIRIKAN BANGUNAN, MENUMPUKKAN BARANG/LIMBAH, MENGGARAP LADANG/SAWAH. Praktiknya di lapangan, peringatan larangan ini justru banyak dilanggar, bahkan secara terang-terangan.

Bersyukur, pada 2013 lalu, pihak berwenang melakukan penertiban di atas lahan JPG, Pamulang. Waktu itu, terjadi penggusuran tanpa ampun atas seluruh bangunan maupun gubuk liar yang menclok tak sah di atas tanah milik Pertamina Gas.

Penggusuran dilakukan JPG yang berada di Kompleks Perumahan Pamulang Permai I, hingga ke seberangnya, yaitu di depan Kampus Universitas Pamulang (Unpam), dan SMK Sasmita Jaya. Banyak kios dan lapak liar seketika lenyap. Hingga kini pun, petilasan penertiban dan penggusuran itu masih ada.

[caption id="attachment_401245" align="aligncenter" width="454" caption="Kompleks Perumahan Pamulang Permai I yang terbelah dengan lintasan lahan Jalur Pipa Gas. (Foto: Gapey Sandy)"]

1425683939530932276

[/caption]

[caption id="attachment_401246" align="aligncenter" width="454" caption="Pagar beton yang bertuliskan Batas Row Pertamina menjadi pembatas area lahan Jalur Pipa Gas. (Foto: Gapey Sandy)"]

1425683995849827840

[/caption]

Tapi, satu setengah tahun kemudian, apa yang terjadi? Pada sisi depan Kampus Unpam, para pedagang telah kembali menjejali lahan JPG dengan beragam dagangan yang ditawarkan. Begitu pun di muka gerbang SMK Sasmita Jaya, meski lahan gusuran telah menciptakan lahan terbuka, namun yang terjadi malah digunakan secara rutin sebagai tempat parkir ratusan motor, dan puluhan mobil pribadi. Alamak!

Kondisi yang (kembali) amburadul itu, justru kontras dengan apa yang disaksikan di atas lahan JPG yang berada di Kompleks Perumahan Pamulang Permai I. Kini, sudah tidak ada lagi bangunan maupun gubuk liar yang berani menetap di atas JPG. Bahkan, oleh warga sekitar, lahan di atas JPG dirawat sedemikian rupa, dengan salah satunya menjadi lapangan woodball.

Mungkin, belum semua pernah mendengar woodball atau bola kayu. Inilah cabang olahraga yang pertama kali ditemukan oleh Ming Hui Weng dan Kuang Cu Young di Taiwan, pada 1990. Cara memainkannya unik, mirip seperti olahraga golf, tapi tongkat atau stick---biasa disebut mallet---terbuat dari kayu, begitu pun bolanya yang agak lebih besar sedikit dari bola kasti, juga dari bahan dasar kayu (wood). Kalau cabang golf memiliki lubang (hole) sebagai target pukulan, woodball memiliki gawang kecil yang disebut gate.

[caption id="attachment_401247" align="aligncenter" width="454" caption="Satu lokasi di Jalur Pipa Gas yang berada di Kompleks Perumahan Pamulang Permai I, dan tidak jauh dari Lapangan Woodball. (Foto: Gapey Sandy)"]

14256840921502937198

[/caption]

[caption id="attachment_401248" align="aligncenter" width="454" caption="Papan pemberitahuan adanya tertanam Pipa Gas Bertekanan Tinggi, sekaligus peringatan sejumlah larangan. (Foto: Gapey Sandy)"]

14256841541149309859

[/caption]

Lapangan woodball di atas lahan JPG yang membelah Kompleks Pamulang Permai I, kini menghampar bak karpet rumput. Komunitas Penggemar Olahraga Woodball rutin merawat rumput dan taman-taman di JPG yang pada sisi tepi kiri juga kanannya terdapat pagar beton cukup tebal setinggi satu hingga dua meter, dan banyak terdapat tulisan: BATAS ROW PERTAMINA. Terutama saban Sabtu dan Minggu pagi, warga penggemar olahraga woodball ramai bermain ‘bola kayu’ tersebut.

Yoyo, salah seorang warga yang kerap berolahraga woodball menjelaskan sejumlah rules of the game-nya kepada penulis. “Maksimal, kita melakukan 12 kali pukulan, untuk setiap pemain “menceploskan” bola ke satu gawang (gate). Permainan yang start dan kemudian finish pada satu gawang sebagai target ini disebut fairway. Istilah dalam cabang olahraga golf, mungkin disebut hole. Kalau sudah melakukan 12 kali pukulan, karena sudah merupakan syarat maksimal, ya sudah pemain tersebut dianyatakan kalah, maka harus tersingkir.

Misalnya, gawang dengan posisi lapangan yang area permainannya berbentuk huruf ‘U’, yang terbaik adalah kalau bisa melakukannya dalam empat kali pukulan. Tapi pasti itu akan sulit, terutama bagi pemain woodball pemula,” ujar Yoyo. Yoyo sendiri, dalam menaklukkan fairway yang berbentuk huruf ‘U’, memiliki rekor tertinggi dengan enam kali pukulan. “Buat saya, itu saja sudah lumayan bagus deh,” katanya tersipu.

Dijelaskan pula mengenai piranti yang digunakan untuk berolahraga woodball. “Untuk bermain woodball jelas diperlukan tongkat pemukul (mallet) dan bola kayu. Tongkat pemukulnya memiliki ujung yang mirip seperti martil, atau boleh jadi mirip seperti botol minuman kemasan, dengan salah satu ujungnya dilapisi lingkaran karet, sehingga akan memiliki daya pantul ketika memukul bola.

Harga satu set alat permainan woodball ini, mulai dari Rp 100.000 sampai dengan Rp 1.000.000. Tentu saja, semua tergantung kualitasnya,” imbuh Yoyo sembari mempersilakan penulis melihat langsung stick kayu dengan huruf-huruf yang di-emboss atau timbul, bertuliskan ‘Woodball’.

[caption id="attachment_401249" align="aligncenter" width="454" caption="Perlahan menjadi lapangan rumput. Siapa sangka, dulu di atas lahan Jalur Pipa Gas ini justru kumuh dengan banyaknya bangunan dan gubuk liar. (Foto: Gapey Sandy)"]

1425684365310401843

[/caption]

[caption id="attachment_401250" align="aligncenter" width="454" caption="Di atas Jalur Pipa Gas, Pamulang, yang sudah ditata apik, resik menjadi lapangan rumput untuk olahraga woodball. (Foto: Gapey Sandy)"]

14256844031432172928

[/caption]

Ayunan pukulan ketika memukul bola kayu, lanjut Yoyo, memang mirip ketika seseorang tengah memukul bola golf. Hanya saja, bola golf bisa melambung sangat jauh, sedangkan bola kayu memiliki batas-batas lapangan tersendiri. Kalau keluar batas, maka dinyatakan out.

“Pada saat memukul bola kayu, pada dasarnya semua posisi tubuh bisa dimaksimalkan. Tapi memang kebanyakan menggunakan gaya seperti pada saat seseorang tengah memukul bola golf. Karena memang, woodball ini juga mirip seperti permainan golf. Hanya saja, kalau permainan golf memiliki area permainan yang sangat luas. Satu pukulan stick golf, bisa melambungka bola golf jauh sekali. Beda dengan woodball. Karena yang penting adalah bukan soal kencang atau pelan kita memukul bola, melainkan ketepatan, strategi, dan arah pukulan yang menuju ke jantung target yaitu gate,” jelas Yoyo sembari memeragakan cara memukulkan mallet ke bola kayu.

Ada medan lapangan fairway yang menantang dalam setiap olahraga woodball. Yoyo menandaskan, disinilah salah satu keseruan woodball. “Semua anggota tubuh bisa saja dimaksimalkan. Kaki sebagai penyangga posisi, punggu yang menunduk, dan terpenting adalah kekuatan lengan serta pinggang. Lengan mengayun untuk menciptakan kekuatan pukulan yang tepat sesuai posisi target gawang, sedangkan pinggang juga memutar memberi daya dorong kepada lengan. Pendek kata, cara memukul dalam permainan golf, bisa diterapkan dalam olahraga woodball ini. Yang pasti, sangat mengasyikkan. Apalagi area tempat dimana gawang berada, berbeda-beda kondisinya, ada fairway yang berbentuk huruf ‘U’, ada yang sengaja dibuat sedikit ber-“bukit-bukit”, fairway memutar, dan sebagainya. Seru!” tegas Yoyo.

Berawal dari kegemaran berolahraga woodball, rupanya komunitas ini juga berhasil menelurkan prestasi secara tidak langsung. Artinya, bukan para anggota secara langsung yang menjuarai lomba woodball, melainkan justru program regenerasi atlet yang sukses meraihnya.

[caption id="attachment_401251" align="aligncenter" width="454" caption="Yoyo mempraktikkan cara memukul bola. (Foto: Gapey Sandy)"]

1425684533433051218

[/caption]

[caption id="attachment_401252" align="aligncenter" width="454" caption="Gawang atau gate sebagai target akhir fairway dalam woodball. Sama seperti hole dalam golf. (Foto: Gapey Sandy)"]

14256846291660546023

[/caption]

“Jujur, kita kekurangan pemain-pemain woodball dari kalangan generasi muda. Maklum, permainan ini termasuk belum familiar di kalangan masyarakat. Alhamdulillah, terakhir kemarin kita memiliki sejumlah siswa dari SMPN 4 Tangerang Selatan, dan mereka rajin berlatih woodball di sini. Sampai akhirnya, prestasi mereka raih, pada saat mengikuti ajang eksibisi cabang olahraga woodball PON Remaja ke I tahun 2014 di Surabaya, Jawa Timur. Waktu PON Remaja I itu, cabang olahraga Bridge dan Woodball memang merupakan cabang olahraga tambahan. Meski belum memperoleh medali emas, tapi rasanya, medali perunggu yang mereka raih sudah dapat membanggakan kita semua di sini,” bangga Yoyo.

Lapangan Woodball di Jalur Pipa Gas

Yoyo mengakui, bahwa Lapangan Woodball Kota Tangsel berada di atas lahan JPG. Tapi, semua itu dalam aktivitas yang terpantau, mematuhi aturan dan peringatan Pertamina Gas, serta dilakukan dengan penuh kehati-hatian. “Ya, memang lapangan woodball ini berada di Jalur Pipa Gas. Tapi, sejauh ini tidak ada larangan dari pihak Pertamina Gas. Malah justru seharusnya pihak Pertamina Gas berterima kasih karena kami telah merawat aset lahan mereka, dengan tidak mendirikan bangunan permanen, menjadikannya sebagai lahan rerumputan yang selalu tertata apik, dan bahkan dapat memunculkan prestasi nasional tingkat remaja untuk cabang olahraga woodball ini,” kata Yoyo.

Sementara itu, Didi yang juga warga sekitar dan gemar berolahraga woodball menekankan tentang perawatan lahan JPG sebelum dan sesudah adanya lapangan bola kayu. “Sebelum kami jadikan lapangan woodball, lahan di sekitar atas Jalur Pipa Gas ini semrawut, kumuh, dan banyak gubuk-gubuk liar termasuk yang permanen. Kondisi demikian jelas sangat membahayakan bagi semua pihak, apalagi di bawah tanah ini terpendam Pipa Gas Aktif Bertekanan Tinggi. Hunian liar di atas tanah milik negara itu akhirnya digusur, karena memang peruntukan lahan di atas Jalur Pipa Gas bukan untuk diserobot oleh para penghuni yang kondisinya seperti itu. Adapun kini, dari lahan hunian liar yang semrawut diubah menjadi lapangan woodball, pihak Pertamina Gas sudah ‘TST’ alias ‘Tahu Sama Tahu’. Sejauh ini, kami merawat lahan ini semaksimal mungkin, malah kami buat taman tanaman hias yang indah. Karena memang kami sadar, bahwa untuk menanam tanaman keras di atas lahan Jalur Pipa Gas, jelas tidak akan diizinkan oleh Pertamina Gas,” aku Didi.

[caption id="attachment_401253" align="aligncenter" width="454" caption="Papan informasi dan peringatan posisi Jalur Pipa Gas milik Pertamina Gas di tengah-tengah lapangan woodball. (Foto: Gapey Sandy)"]

1425684710962706402

[/caption]

Didi sendiri mengaku semakin menggemari permainan woodball, meski awalnya ogah-ogahan. “Awalnya, saya justru senang dengan olahraga nggowes sepeda. Waktu itu, melihat teman-teman bermain woodball saya sempat menyepelekan dengan menganggapnya sebagai olahraga yang enggak jelas. Tapi kini, saya merasakan sendiri manfaat setelah sekian lama bermain woodball. Badan menjadi bugar, stamina terjaga, dan cocok untuk mereka yang ingin memiliki tubuh langsing. Tadinya, saya dan beberapa teman di sini, memiliki tubuh yang boleh dibilang memiliki problem kegemukan badan. Sekarang lihat sendiri, kita semua sudah kurangi tingkat obesitas itu. Jadi, itulah mengapa permainan woodball ini menjadi cabang olahraga yang menyehatkan selain menyenangkan,” urai Didi yang baru saja ikut memangkas rumput dengan mesin pemotong rumput.

Medali Perunggu dari Lapangan di Jalur Pipa Gas

Sementara itu, berbekal pernyataan Yoyo dan Didi, dua orang anggota Komunitas Penggemar Olahraga Woodball di Jalur Pipa Gas, Pamulang, Kota Tangsel, penulis pun beringsut ke SMPN 4 Tangsel untuk mewawancarai sejumlah siswa yang berprestasi pada cabang olahraga woodball ini.

Lokasi SMPN 4 Tangsel (atau yang kondang dengan julukan SMPN “Slank”) ini tidak jauh dari lapangan woodball, hanya sekitar 300 meter. Di sekolah yang terbilang favorit ini, dengan izin Budi, selaku Koordinator Bidang Kesiswaan, penulis dipertemukan dengan Alsa Setya (14) dan Farhan Febrian (15). Keduanya siswa kelas IX, sekaligus peraih medali perunggu pada ajang eksibisi cabang olahraga woodball PON Remaja ke I yang diselenggarakan Desember 2014 di Surabaya, Jawa Timur.

[caption id="attachment_401254" align="aligncenter" width="454" caption="Alsa Setya dan Farhan Febrian, dua siswa kelas IX SMPN 4 Tangsel yang meraih medali perunggu ketika tergabung dalam kontingen Provinsi Banten, pada eksibisi cabang olahraga woodball ajang PON Remaja I - 2014 di Surabaya. (Foto: Gapey Sandy)"]

14256847622026034580

[/caption]

“Saya tertarik mengikuti olahraga woodball di Jalur Pipa Gas, Pamulang, Tangsel ini sewaktu ada paparan dan demo yang memperkenalkan serba-serbi woodball di sekolah. Diantara yang memaparkan tentang woodball itu adalah Pak Toni, yang kemudian menjadi pelatih tetap kami di lapangan. Ada ketertarikan yang mendalam ketika saya menyaksikan paparan seputar woodball, selain karena memang ingin mencoba cabang olahraga yang baru, tidak hanya futsal dan sepakbola saja yang sudah lebih dahulu saya geluti. Sekarang, saya makin ketagihan berolahraga woodball,” tutur Alsa ditemui penulis di sekolahnya ba’da Sholat Jumat.

Hal senada disampaikan rekan sekelasnya, Farhan. “Saya tertarik, karena olahraga woodball itu ternyata seru. Lagipula, waktu itu Pak Toni sedang giat-giatnya mencari atlet-atlet remaja woodball di Kota Tangsel untuk dikirim pada PON Remaja I 2014 mewakili Provinsi Banten,” imbuh Farhan yang kini juga keranjingan ber-woodball.

Alsa dan Farhan meraih medali perunggu untuk cabang olahraga woodball kategori ganda putra. “Ada 12 fairway yang harus kami selesaikan. Waktu itu, kami berdua melakukan pukulan yang cukup kebanyakan yaitu hingga 43 kali. Setiap pertandingan terdiri dari tiga game. Lapangannya rumput, tapi mungkin sengaja tidak dipangkas, sehingga panjang rumput tidak merata. Akibatnya, pada fairway 1 dan fairway 12, kami kesulitan, karena selain bentuk fairway-nya lurus, rumputnya tidak rata, dan ada juga bebatuan, dahan-dahan kayu yang cukup menyulitkan,” jelas Farhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline