GUE dapet info nih dari blog sebelah. Kayaknya bagus deh loe renungin sebelum loe-loe nentuin pilihan, siapa capres yang bakal loe coblos pada 9 Juli nanti.
Anak-anakku yang kucintai.
Sebentar lagi, tepatnya tanggal 9 Juli nanti, kita akan memilih presiden baru yang kita harapkan bisa menjadikan negeri ini semakin baik, karena pemimpinnya mendengarkan suara rakyat. Ya, mendengarkan suara kita.
Ada dua calon presiden yang nanti akan kita pilih. Kita harus bisa memilih satu di antara dua calon tersebut. Keduanya, masing-masing adalah Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa, dan satunya lagi Joko Widodo dengan Jusuf Kalla.
Di luar sana, seperti kamu ketahui, banyak orang yang meributkannya. Ibu bisa pahami, saat ini hingga 5 Juli nanti, kedua pasangan capres-cawapres dan para pendukungnya sedang menikmati masa kampanye. Lazimnya di masa kampanye, mereka bisa ngomong apa pun dan mempromosikan apa saja yang mungkin malah membuat Ibu dan kamu bingung, mau pilih siapa.
Ibu yakin kalian sudah punya pilihan, karena kalian sudah dewasa. Oleh sebab itu, Ibu tidak akan minta kamu harus memilih si A atau si B. Sekali lagi soal pilihan, Ibu percayakan kepada kamu. Kamu pasti akan memilih capres yang menurut kamu terbaik. Pilihan kita boleh berbeda, seperti pada saat Pemilu 9 April yang lalu, ternyata pilihan kita berbeda, bukan? Ibu pilih partai A, kamu pilih partai B. Itulah demokrasi, anakku. Ah, Ibu sok tahu.
Baiklah, kita kembali ke siapa calon presiden yang akan kamu pilih. Lewat berbagai pemberitaan di media massa, baik televisi, cetak maupun online, kamu tentunya menjadi tahu rekam jejak mereka, bukan? Ibu tidak peduli, kamu mendapatkannya lewat kampanye hitam atau kampanye negatif. Saat nonton televisi berita, kamu pasti bisa menyimpulkan sendiri, televisi mana yang paling sering menjelek-jelekkan lawan, dan mana yang agak berimbang dan banyak menonjolkan kebaikan capres yang didukung.
Dari pemberitaan media, termasuk di media sosial, kamu juga bisa mengukur, capres mana yang paling sering kena sasaran kampanye hitam dan fitnah. Terserah, kamu mau percaya atau tidak percaya? Ibu hanya bisa berpesan berpikirlah dalam-dalam sebelum menjatuhkan pilihan.
Kalau boleh jujur, Ibu sendiri juga bingung ketika menyimak begitu banyak informasi negatif yang berseliweran menyangkut capres, baik di televisi maupun sosial media. Aduh ngeri sekali! Masa lalu Prabowo kembali diungkit-ungkit. Katanya, dialah yang menjadi komandan aksi penculikan para aktivis 1998 saat dia menjabat sebagai Danjen Kopassus. Namanya dikait-kaitkan dengan kerusuhan Mei 1998 yang menimbulkan banyak korban.
Sampai sekarang Ibu masih bertanya-tanya, apakah benar Prabowo pelakunya? Ibu masih belum percaya, masa sih seorang letnan jenderal melakukan atau mendalangi perbuatan keji seperti itu? Apa iya dia terpaksa melakukannya untuk melindungi Pak Harto yang juga mertuanya?
Terserahlah, silakan kamu mencari sendiri informasinya. Tak ada salahnya kamu belajar sejarah. Yang pasti ketika terjadi kerusuhan Mei 1998, kamu masih kecil. Seno Bayu, kamu masih berusia 4 tahun, dan adikmu, Ayuningtyas, masih 1,5 tahun.
Izinkan Ibu cerita sedikit ketika kerusuhan itu terjadi. Saat itu tanggal 13 Mei 1998, bapakmu masih ada di kantor. Jakarta memanas setelah ada mahasiswa Trisakti yang tewas tertembak. Dari siaran televisi, Ibu melihat ada aksi pembakaran di mana-mana. Gedung bertingkat dibakar, rumah-rumah orang Tionghoa juga dibakar. Toko dan pusat-pusat perbelanjaan disatroni, barang dagangannya diambil.
Ibu bersyukur kepada Tuhan, sebab kamu Seno sudah pulang dari TK, sementara adikmu, Ayu didekap Mbak Nuh, pengasuhmu. Namun, Ibu khawatir sebab ayahmu tidak pulang-pulang padahal waktu sembahyang Isa sudah datang. Belakangan Ibu mendengar kabar bahwa ayahmu terpaksa bermalam di kantor, karena pelosok kota dikepung perusuh yang tidak jelas mereka itu siapa dan siapa yang menyuruh mereka melakukan perbuatan keji itu.
Dalam situasi seperti itu, Ibu hanya bisa pasrah kepada Allah SWT melalui doa-doa yang Ibu lantunkan. Semalaman Ibu tidak bisa tidur. Seno dan Ayu, engkau berdua dalam dekapanku. Suasana Jakarta dan sekitarnya semakin mencekam malam itu. Para tetangga berinisiatif melakukan siskamling. Jalan depan ditutup dan dijaga warga secara bergantian, karena ada isu, perusuh akan menyerbu kompleks perumahan kita.
Sambil mendekap kalian, malam itu praktis Ibu tidak tidur. Alhamdulillah, ayahmu pulang dengan selamat tanggal 14 Mei jam 07.00. Ayahmu cerita di sepanjang perjalanan banyak bangkai mobil gosong di tengah jalan. Asap hitam masih mengepul dari atas gedung dan kompleks perumahan mewah. Ayahmu juga bercerita sepeda motornya beberapa kali dicegat segerombolan anak muda. Mereka berteriak agar membuka helm yang dipakainya. Mungkin mereka ingin tahu ayahmu berkulit hitam atau berkulit kuning dan matanya sipit. Kejam sekali itu anak-anak muda.
Tanggal 15 Mei 1998, Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi masih lumpuh. Semua dagangan di supermarket ludes. Semua warung dan toko tutup, padahal stok susu untuk kalian berdua sudah habis. Ibu bingung harus mencari ke mana. Beras di dapur tinggal sedikit, sementara kalian harus makan. Ibu sempat berpikir “inikah tanda-tanda kiamat?” Ibu sempat membayangkan yang tidak-tidak kalau situasi seperti itu terus berlanjut, jangan-jangan kalian berdua akan mati kelaparan. Ibu membayangkan perang saudara yang terjadi di sebuah negara Afrika yang akhirnya membuat anak-anak mati kelaparan.
Oh, Tuhan, tidak! Aku masih ingin bersama suami dan kedua anakku. Jeritan yang juga doaku dikabulkan-Nya. Warung Koh Acung akhirnya buka tanggal 16 Mei 1998. Melihat Koh Acung seperti melihat malaikat. Dua dus susu untuk kalian, akhirnya Ibu beli, juga beras 5 liter. Lumayan bisa untuk persediaan sebulan.
Besoknya televisi dan koran memberitakan akibat kerusuhan itu, ratusan orang meninggal, termasuk anak pertama tetangga kita Pak Danuarta yang tewas saat berada di Mal Karawaci, Tangerang.
Sekali lagi, Ibu tidak tahu, apakah peristiwa Mei itu ada hubungannya dengan salah seorang capres. Ibu sendiri berprinsip, sudahlah, biarlah semuanya ditutup buku saja. Ibu yakin masyarakat Indonesia sangat pemaaf. Lagi pula, jika pun benar Prabowo terlibat, toh yang bersangkutan sudah diberhentikan dari TNI. Jika pun ia tidak diadili, hukuman sosial lebih kejam daripada hukuman badan.
Terserah, jika kamu yakin dengan pilihanmu bahwa Prabowo pantas memimpin negeri ini, ya pilihlah dia. Tapi, jika kamu ragu, bukankah masih ada capres lain, yaitu Jokowi?
Jujur, Ibu juga tidak terlalu banyak tahu tentang Jokowi. Pengetahuan yang Ibu peroleh dari media adalah bawa Jokowi sukses menjadi walikota Solo hingga warga di sana memilihnya lagi, bahkan suara yang diperoleh mencapai lebih dari 90 persen.
Karena sukses memimpin Solo, PDIP mencalonkan laki-laki sederhana ini menjadi gubernur DKI Jakarta dan terpilih. Berbagai gebrakan dilakukan setelah ia menjadi gubernur. Belum lagi jabatannya berakhir, lagi-lagi atas desakan rakyat, PDIP yang kemudian didukung Partai NasDem, PKB, Hanura dan PKPI, Jokowi dicalonkan jadi presiden.
Ibu kasihan melihat dia, sebab setelah dicapreskan, Jokowi difitnah lewat kampanye hitam. Tapi yang Ibu heran, diperlakukan seperti itu, dia tenang-tenang saja dan tidak berusaha membalas. Ibu sih sempat berpikir, apakah sosok seperti dia yang pantas menjadi pemimpin?
Anak-anakku, jangan kamu terpengaruh ucapan Ibu yang terakhir itu. Kalau kamu merasa yakin Jokowi pilihanmu, ya jangan ragu pilih saja dia. Tapi kalau kamu tidak yakin dengan dia, karena mungkin saja penampilannya nggak begitu oke, ya pilih saja yang lain.
Anak-anakku, masa depan negeri ini sesungguhnya berada di pundak kalian. Dengan suaramu, negeri ini bisa berubah kembali ke masa lalu atau menuju masa depan yang semakin cerah. Sebelum ke TPS berdoalah. Saat akan mencoblos salah satu dari kedua calon presiden itu berdoalah. Percayalah Allah akan menuntunmu.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H