PAGI ini saya dapat informasi bahwa tadi malam tim pemenangan Jokowi-Kalla panik alias kebakaran jenggot, sebab TV One memberitakan melalui running text (berkali-kali) bahwa survei yang dilakukan Gallup, elektabilitas Prabowo-Hatta Rajasa melejit hingga mencapai 52 persen, sedangkan Jokowi cuma 41 persen.
“Kekalahan” telak Jokowi versi Gallup itu semakin membuat kubu Jokowi waswas dan mengatur strategi “apa yang harus dilakukan”, sebab hasil survei/polling Gallup itu sudah tersebar di media sosial dan membuat kubu Prabowo bereforia menyambut kemenangan sang jagoan yang tampaknya sudah di pelupuk mata.
Banyak pendukung mantan Danjen Kopassus dan Panglima Kostrad yang telah diberhentikan dari TNI itu memberikan semangat kepada Prabowo agar pantang menyerah. Ada pemilik akun Twitter yang menulis: “Maju terus, Pak. Kami siap mendukungmu.” Ada juga yang menjelek-jelekkan Jokowi dengan menyebut bahwa berbagai survei yang dilakukan sejumlah lembaga survei dan menghasilkan fakta bahwa Jokowi tetap unggul sebagai survei abal-abal.
Para pendukung Prabowo itu rupanya terinspirasi dengan Fadli Zon, pengawal setia Prabowo yang sehari sebelumnya menuding Litbang Kompas yang hasil surveinya menempatkan Jokowi berada di peringkat pertama sebagai survei bayaran.
Apa yang dilakukan Fadli Zon menunjukkan kubu Prabowo mengalami kepanikan yang luar biasa. Bagaimana tidak panik, sebab seperti diberitakan tribunnews.com, dari sembilan lembaga survei, tujuh di antaranya merilis keunggulan pasangan Jokowi-JK. Hanya dua survei saja yang pasangan Prabowo-Hatta unggul.
Survei Tim Litbang Kompas menunjukkan, Jokowi-JK memimpin elektabilitas dukungan sebesar 42,3 persen, unggul dari pasangan Prabowo-Hatta yang meraih dukungan 35,3 persen. Survei yang dilakukan lembaga-lembaga lain – kecuali yang dibayar kubu Prabowo-Hatta – juga mengarah ke sana (elektabilitas Jokowi melambung).
Karena itu sangat beralasan jika kubu Prabowo semringah (bergembira) saat ada survei Gallup yang menunjukkan angka elektabilitas Prabowo melejit ke angka 52 persen. Ini jelas angka mujizat.
Gallup yang aslinya berkedudukan di AS, jelas bukan lembaga polling/survei abal-abal. Lembaga inilah yang sangat dipercaya oleh rakyat Amerika yang hasil pollingnya dijadikan tolok ukur atau indikator untuk mengetahui siapa kandidat calon presiden AS yang akan memenangi pemilihan presiden.
Tadi malam kubu Prabowo bereforia, sebaliknya kubu Jokowi berduka, sebab hasil survei yang menempatkan Prabowo bertengger di angka elektabilitas 52 persen itu dilansir situs berita CNN (http://ireport.cnn.com). Maka banyak orang yang akhirnya memahami jika TV yang sekarang ini punya motto baru “pejah gesang nderek Prabowo” (hidup mati bersama Prabowo) kemudian melansir “berita CNN” itu di running text.
Isu pun berkembang demikian cepat. Tim pemenangan Jokowi pun segera menelusuri asal usul survei Gallup tersebut. Situs resmi Gallup dibuka. Di sana tak ada informasi soal hasil survei tersebut.
IReport CNN yang melansir hasil survei menghebohkan dilacak. Belakangan diketahui, ternyata yang melakukan survei sebagaimana diberitakan adalah Gallup Indonesia Daily Poll. Hasilnya, ya itu tadi, pasangan Prabowo-Hatta unggul terhadap Jokowi-JK hingga tembus ke angka 52 persen.
Diusut lagi, ternyata Gallup Indonesia Daily Poll tidak ada alias palsu, sementara IReport CNN adalah kanal jurnalisme warga, seperti halnya Kompasiana. Kanal ini memang tidak dimoderasi, sehingga siapa pun, termasuk orang-orangnya Prabowo bisa menulis apa saja demi kemenangan Prabowo.
Siapa pendukung Prabowo (mungkin juga Fadli Zon) yang tidak senang setelah membaca “berita” tersebut, karena judul beritanya tertulis: “Indonesia Memilih Prabowo.” Dalam lead berita disebutkan bahwa kemenangan Prabowo sudah di depan mata, sebab mayoritas rakyat Indonesia menginginkan dia menjadi presiden.”
Usut punya usut, hasil survei yang dijadikan berita itu merupakan copy-paste dari hasil survei yang dilakukan Gallup asli di AS saat Barack Obama dan McCain berebut menjadi presiden pada 2012. Dalam survei ini, elektabilitas Obama 52 persen dan Mc Cain 41 persen.
Tak usahlah Anda penasaran dengan hasil survei Obama yang telah diadopsi menjadi Prabowo, sebab berita yang ditulis dalam bahasa Inggris itu telah dihapus pihak CNN. "This iReport has been removed because it was flagged by the community and found to be in violation of the iReport Community Guidelines and Terms of Use," tulis CNN.
Saya perkirakan sepanjang hari ini hingga besok, kasus Obama=Prabowo di atas masih jadi pembicaraan hangat, terutama di media sosial. Pagi tadi sudah banyak yang berkomentar, kok tega-teganya sih kubu Prabowo memanipulasi data dan menghalalkan cara dalam rangka meraih kemenangan. Cara-cara yang dipakai seperti itu membuktikan kubu Prabowo saat ini tengah panik, karena para pendukung dan relawan yang mendukung Jokowi semakin tak terbendung, sehingga TV One pun ikut-ikutan melacurkan diri mengusung jurnalisme yang sama sekali tak mendidik.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H