Lihat ke Halaman Asli

Sajak-sajak A Ganjar Sudibyo

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

SIAPA KAMI DI DALAM DOADOA ITU: APAKAH KAMI MEMULIAKAN DIRI KAMI SENDIRI ATAU DIA?
:ibunda

engkau tahu sumbersumber airmata yang memataair di kedua mata doa
kami. engkau tahu keluh-kesah yang tak habis tersulam di jahitan
puisipuisi kami. engkau adalah ibunda kami yang mengerti bahwa
penghujan pasti akan tiba di tanah tandus dan doadoa akan tetap sampai
kepada arah yang kami tuju. hanya saja, kami masih belum yakin pada
kemanusiaan kami pada nurani kami pada kesalahan yang membuat kami
lupa siapa kami di dalam doadoa itu: apakah kami memuliakan diri kami sendiri atau Dia?

2010


BERITA TV: TRAGEDI ANAK

rupanya, ada pepatah baru bagi kami untuk masa yang haru-baru: kasih bapak dan ibu tiri kami seumpama lecutanlecutan sadis dari algojo majikan kepada hambanya. demikian?

nurul, bocah sd si pendiam itu; akhirnya memilih berteduh di kantor polisi. dibawanya pecahanpecahan cerita kepada bapak polisi. “bapak-ibu tiri
saya telah menganiaya saya. bahkan, tubuh juga tangis mungil tak mampu
meredam setiap pukulan sapu ibu setiap lemparan sepatu bapak setiap
kata amarah bapak-ibu. dan gunting pun senang hati memangkas gerai
rambut saya. maafkan saya, pak polisi. saya tidak bisa jadi anak angkat yang patuh dari bapak-ibu tiri yang sampai kini masih berdiam pada memarmemar tubuh-kepala-wajah saya.
maaf.”

2010

BERITA TV: GEMPA HAITI

skala ritcher tibatiba muncul. di bumi kami. di terra kami. di
desa-kota kami. haiti kami. sembi-pilu jadi sampul desa-kota kami. gedunggedung. rumahrumah. bangunanbangunan. semua telah menciumi tanah yang menyertai mereka berdiri tegak. namun, rumah sakit masih
berdiri sehat di kepala kota kami. kami bersyukur. bersyukur.

awanawan kelam mengarak ribuan lebih handai-taulan kami yang
terkakukaku sehabis kejatuhan reruntuhan kakikaki bangunan. hujan
bantuan pun datang untuk kami untuk tunawisma yang berwajah
pengemis ini. sayang, perut dan tenggorokan kami yang semakin sepi ini
semakin tak tahan. hingga sebagian dari kami menjadi penjarahpenjarah
yang ulung. dan yang sebagian lagi hanya bisa menahan derita -mungkin
mencintainya lebih- lalu memendamnya dalam doa: tuhan kami telah
memberkati gempa di kediaman kami. kami bersyukur. bersyukur.

2010

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline