Dalam sebuah orasinya di HUT organisasi relawan Ganjarist yang digelar bersamaan dengan peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni 2022 yang lalu, aktivis Denny Siregar membuat pernyataan yang mengejutkan, yaitu Ganjar Pranowo itu adalah anak ideologis dari founding father Bung Karno.
Terdengar cukup mengejutkan, karena bagaimanapun Bung Karno adalah tokoh besar bangsa ini, dan karena disebutkan sebagai "anak ideologis" saya jadi ikut merenung, apa yang pernah dilakukan gubernur Jateng itu hingga layak mendapatkan sebutan yang seperti itu.
Salah satu yang ditandai oleh kisah Denny Siregar dalam orasinya itu, Ganjar adalah pemimpin yang anti radikal. Yaitu sebuah sikap yang tegas memerangi makin masifnya perkembangan kelompok-kelompok radikal di beberapa daerah di Jawa Tengah.
Kisah Ganjar yang membuat pakta integritas dengan kepala sekolah SMA, SMK dan SLB se Jawa Tengah agar tidak terlibat hubungan dengan organisasi radikal itu, dan bahkan memecat 7 (tujuh) ASN yang terbukti terafiliasi dengan gerakan jaringan ormas intoleran itu, bagaimana pun adalah sebuah fakta.
Dalam sebuah kisahnya sebagai aktivis yang kerap bersuara vokal terhadap kaum intoleran, Denny Siregar sering mendapatkan gangguan berupa teror dari orang-orang yang tak dikenal, yang bisa saja ditandai orang-orang itu serupa dengan sekelompok orang yang melakukan persekusi dan penganiayaan kepada Ade Armando dalam sebuah peristiwa demo mahasiswa, April 2022 yang lalu.
Maka, sikap Ganjar Pranowo memerangi kelompok radikal dengan wewenang yang dimiliki itu, menurut saya merupakan sebuah keberanian yang perlu diapresiasi.
Radikalisme dan intoleransi dalam konsep hidup bersama dalam kaidah kebhinekaan yaitu tatanan masyarakat yang plural dan majemuk, penuh dengan perbedaan-perbedaan merupakan penyakit yang bisa menyebabkan korosi terhadap nilai dari sila ketiga Pancasila yiatu Persatuan Indonesia. Maka, jika dibiarkan berkembang, hanya akan mendulang perpecahan saja di kemudian hari.
Dalam sejarah bangsa kita, Bung Karno dikenal sebagai pemimpin bangsa kita yang terkenal keras dan tegas pula menentang adanya gerakan kaum radikal. Munculnya gerakan DI/TII yang berkehendak mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) pernah dinyatakan terlarang oleh negara dalam kepemimpinan Bung Karno, dan karenanya ormas terlarang itupun ditindak keras dan tegas oleh negara dengan kekuatan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Lebih dari itu, mengartikan Ganjar sebagai anak ideologis Bung Karno, menurut saya bisa saja diurai dengan adanya gerakan-gerakan Ganjar baik secara pribadi maupun selama ini menjadi gubernur Jateng yang merepresentasikan pengamalan dari Pancasila. Bagaimana tidak?
Ganjar yang keras kepada kaum radikal itu kurang lebih adalah juga bermakna pembelaannya kepada umat agama lain yang ketika sedang beribadah mendapatkan gangguan dari kaum intoleran tersebut. Siapapun boleh melakukan ibadah dan merayakan hari besar keagamaan dengan rasa aman dan khusuk.
Adanya fakta pengeboman gereja-gereja di Surabaya itu dan juga selalu menjadikan isu semacam ancaman akan terjadi juga di daerah-daerah lain, termasuk di daerah-daerah di Jawa Tengah, bagaimana pun sebuah kabar yang bermakna teror yang meresahkan.