Lihat ke Halaman Asli

Sedangkan Aku?

Diperbarui: 8 November 2015   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tuhan aku tau rencanaMu itu indah...
hari ini aku mendapat suatu kejadian menakjubkan...
siang ini lebih tepatnya..
aku berdiri di persimpangan jalan dengan kebingungan yang luar biasa...
aku tak tau harus apa lagi...

Untuk pertama kalinya aku pulang sendiri..
langkahku sudah tak terarah..

Karena selama ini hidupku terlalu manja, di antar dan di jemput..

Dengan langkah kaki kecilku aku melangkah sedikit demi sedikit..
mataku terpaku pada seorang lelaki paruh baya di sebuah warung kecil..
aku menayakan arah jalan kepadanya..

dan benar saja ini adalah jalan yang kucari..
aku larut dalam perbincangan panjang sembari menunggu orangtuaku datang menjemput..

ia menanyakan universitasku...
lalu ia bercerita bahwa aku seperti anaknya dikampung..
hanya saja anaknya baru sekolah menengah atas..
ia bertanya soal biaya masuk kuliahku..
aku jelaskan secara rinci..
lalu ia terdiam sejenak, kemudian berkata...
''anak saya pernah meminta untuk kuliah, tapi dia ngomong dengan nada bercanda,
saya engga bisa jawab apa-apa, karena mana mungkin saya mampu nguliahin dia''
aku hanya tersenyum haru mendengar pernyataannya.
''neng mah beruntung bisa kuliah, dan jangan sia-siain neng, mahal kan soalnya kuliahmah,kalau neng sia-siain kasian keluarga neng''
aku hanya menjawab ''iyah pak''
''saya disini merantau buat istri sama anak-anak saya, dan rasanya berat untuk menguliahkan anak-anak saya dengan pekerjaan kayak gini''
aku hanya terdiam.
kemudian ia berkata lagi..
''saya pernah bilang ke anak-anak saya, sekolah dulu yang bener, nanti kalau udah lulus terserah mau ngapain, asalkan jangan lupa ngaji''
kemudian aku mulai terhanyut akan ceritanya..
''saya selalu suruh anak saya untuk mengaji, soalnya untuk bekalnya nanti , saya tau pendidikan juga tak kalah penting tapi setidaknya dahulukan mengaji''
aku tertegun dan berucap dalam hati ''subhannallah''
''neng mah udah cantik, ramah lagi, setau saya neng, orang kota kayak neng mah rata-rata sombong, boro-boro mau ngobrol ama orang kecil kayak saya''ujarnya lagi.
''apaan sih pak, saya orang kampung kok''ujar saya di akhir percakapan. Tak lama kemudian, orangtuaku datang menghampiriku.
Aku yang selalu merasa kekurangan, aku yang tak pandai bersyukur benar-benar terketuk dengan ucapan pedagang kecil yang tak pernah aku bayangkan akan selalu mengingatMu. Aku yang sombong, penuh iri, kadang masih enggan bersujud kepadaMu masih selalu diberi kenikmatan yang luar biasa.
ya ALLAH ia masih selalu mengingatMu dikala ia susah sekalipun, ia selalu mensyukuri apa yang ia miliki. Sedangkan aku?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline