Kompasiana.com, SOLO-Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS).
Pisang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang dapat ditanam di pekarangan. Kabupaten Sukoharjo, terutama di Kecamatan Bendosari merupakan salah satu
wilayah yang potensial untuk pengembangan pisang dilihat dari kondisi tanah dan lingkungannya. Hal ini juga terlihat dari masyarakat desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo yang telah memanfaatkan pekarangan untuk menanam pisang, namun selama ini penanaman yang dilakukan masih dilakukan secara konvensional dengan menggunakan bibit yang diperoleh dari indukan yang telah ditanam sebelumnya serta tanpa melakukan budidaya yang benar, sehingga hasilnya tidak bisa maksimal baik secara kuantitas maupun kualitas.
Penggunaan bibit pisang hasil kultur jaringan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pisang di daerah tersebut. Namun, bibit pisang hasil kultur jaringan belum banyak dikenal oleh masyarakat sehingga untuk meningkatkan wawasan petani anggota (Gapoktan) "Sari Tani" perlu dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat dengan melakukan penyuluhan dan pengenalan budidaya pisang menggunakan bibit hasil kultur jaringan. Melalui penggunaan bibit hasil kultur jaringan, akan diperoleh hasil yang memenuhi standar kuantitas dan kualitas, lebih tahan hama dan penyakit, seragam, dan bibit dapat disediakan dalam jumlah besar setiap saat. Kegiatan penyuluhan dan pengenalan budidaya pisang menggunakan bibit hasil kultur jaringan dipusatkan di Gabungan Kelompok Tani "Sari Tani", Desa Gentan, Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
Kegiatan penyuluhan dan praktik budidaya pisang hasil kultur jaringan dilakukan pada hari Minggu, 28 Juni 2020. Tim pelaksana
kegiatan Program Kemitraan Masyarakat adalah Prof. Dr. Ir. Samanhudi, SP., MSi, IPM, ASEAN Eng, Dr. Muji Rahayu, SP., MP., Dr. Ir. Amalia Tetrani Sakya, MP., MPhil dan Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc. Kegiatan penyuluhan terpaksa tidak bisa diikuti oleh semua anggota Gapoktasn dan hanya diikuti sebanyak 35 orang dikarenakan masih dalam suasana pandemi covid. Meskipun demikian, peserta mengikuti penyuluhan dengan antusias yang ditunjukkan dengan munculnya berbagai pertanyaan mengenai pembuatan bibit kultur jaringan dan budidaya pisang yang baik. Untuk memberikan gambaran penanaman yang baik, kegiatan
pengabdian dilanjutkan dengan praktik penanaman langsung pisang hasil kultur jaringan di 3 (tiga) lahan pekarangan anggota Gapoktan yang diikuti peserta penyuluhan. Ketiga lahan tersebut ditanami pisang dengan jumlah bervariasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai demplot budidaya pisang untuk percontohan dalam melakukan pemeliharaan terhadap bibit yang sudah ditanam yang meliputi pemupukan, pengairan dan pemeliharaan rutin. Dengan penerapan tehnik budidaya yang baik diharapakan tanaman pisang yang dibudidayakan memberikan hasil yang tinggi. Selain itu, kepada setiap anggota Gabungan Kelompok Tani "Sari Tani" juga diberikan beberapa bibit tanaman pisang untuk ditanam di lahan pekarangan masing-masing. Bahkan ada anggota yang akan mencoba menanam bibit pisang tersebut di lahan sawah yang kering. Kultivar pisang yang dikembangkan adalah kultivar Rajabulu dan kultiar Barangan. Kultivar tersebut merupakan kultivar yang disukai masyarakat karena mempunyai nilai jual yang baik dan harga tinggi.
Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat dapat memperoleh pengertian, wawasan, mengenal, dan mempraktikkan tentang budidaya pisang menggunakan bibit hasil kultur jaringan sehingga pembudidayaan pisang di Desa Gentan nantinya tidak konvensional lagi, namun dilakukan secara lebih intensif. Melalui penerapan budidaya pisang menggunakan bibit hasil kultur jaringan diharapkan akan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan dan akan meningkatkan pendapatan petani pisang. [Minggu, 28 Juni 2020]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI