Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Gagasan Efektif Untuk Menghilangkan Tontonan Buruk dari Televisi Indonesia

Diperbarui: 1 April 2017   06:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[Sebenarnya kalian bisa loh menghentikan acara tidak bermutu secara "permanen" tanpa harus menunggu KPI ]

Kalian pasti sebal kenapa sih banyak tontonan di Indonesia yang tidak mendidik dan lebih banyak konten negatifnya semakin berkembang di Indonesia. Sudah ditegur berkali kali tapi hasilnya sama saja, bahkan sudah diberhentikan tapi nanti pihak TV akan mengganti acara tersebut dengan acara yang lain tapi dengan format yang sama (cuma ganti kedok saja).

Saya pun juga sebenarnya prihatin kenapa sih dunia televisi Indonesia kebanyakan dipenuhi oleh tayangan sinetron tanpa nilai nilai kehidupan, acara komedi terbalut kekerasan verbal, dan infotaiment yang diheboh hebohkan, serta jangan lupa juga acara reality show yang sebenarnya tidak "real" juga sih. Mungkin tidak semua stasiun TV memuat hal hal seperti itu, namun mayoritas channel TV pasti memiliki acara seperti tersebut.

Memang sih, ini semua bukan sepenuhnya salah dari media televisi, karena televisi hanya mengikuti selera masyarakat banyak demi meraih rating yang tinggi. Namun jangan lupa, bahwa televisi sebagai media populer mempunyai tanggung jawab juga untuk menciptakan penonton yang cerdas. Penonton yang cerdas adalah penonton yang dapat memilah milah antara informasi yang baik dan buruk yang ditampilkan dalam televisi, sehingga penonton tersebut dapat menyerap nilai nilai yang baik, dan membuang konten yang negatif. Hal ini dapat terjadi apabila televisi mau mengorbankan beberapa saja konten hiburan yang tidak pantas dalam nilai nilai masyarakat, dan menggantinya dengan konten pendidikan yang berkualitas dan juga menghibur.

Lebih dari itu, sebenarnya masyarakat mempunyai kekuatan untuk mengatur dan mengendalikan media populer televisi dengan beberapa cara. Salah satu acara tersebut adalah dengan tidak membeli produk dari acara yang sama sekali tidak mendidik. Caranya adalah dengan tidak membeli sementara produk sponsor yang masuk dalam iklan acara TV tersebut. Misalnya acara X dalam iklannya menampilkan iklan Mie Pedas, nah untuk sementara waktu konsumen menghentikan untuk membeli produk A, dan dapat mensubtitusinya dengan produk lainnya yang sejenis. Apabila hal ini dilakukan oleh banyak orang, maka pihak sponsor akan takut untuk memasang iklannya pada acara tidak mendidik tersebut. Sehingga efeknya akan mengurangi keuntungan acara tersebut sehingga mau tidak mau harus dihentikan.

Mungkin cara ini kedengarannya sedikit extreme, namun cara ini pernah dilakukan di Amerika Serikat oleh perkumpulan ibu ibu ketika ada sebuah acara TV yang tidak pantas untuk anak mereka. Walaupun acara tersebut (saya lupa nama acara itu apa) sudah didemo berkali kali, namun tidak ada reaksi dari pihak stasiun TV tersebut. Akhirnya muncul sebuah gagasan bahwa penonton dapat mengatur media televisi dengan cara menghentikan sementara pembelian produk yang muncul di acara televisi tersebut. Dan ini sangat berhasil, terbukti bahwa program tersebut lama kelamaan kehilangan sponsor dan akhirnya dihentikan.

Hal ini mengajarkan bahwa penonton tidak boleh sebagai orang yang pasif menerima apa saja yang televisi berikan, tapi juga sebagai penonton yang cerdas yang dapat bereaksi apabila acara tv sudah keluar jalur dari nilai nilai masyarakat. Apabila menunggu teguran dan peringatan KPI yang berkali kali dilanggar, maka tidak akan ada habis habisnya tontonan buruk yang diberikan kepada masyarakat kita. Jadi kamu sekarang tahu kan kalau tugas kamu bukan hanya saja sebagai penonton, tapi juga penggerak dan pengawas media populer, sehingga kedepannya dapat menciptakan masyarakat yang cerdas, beretika, bermoral dan beradab.

-Ganesha Zaki Kautsar-
Mahasiswa UNS yang sedang bosan di kost an, tapi lagi mawlas mengerjakan skripsi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline