Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Tempo terus Mengganyang Anas?

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi para pelanggan dan pembaca setia Tempo (koran dan majalah) akan segera paham bahwa media ini tidak berimbang dalam kasus Hambalang. Khususnya dalam menginvestigasi siapa-siapa yang terlibat dalam korupsi Hambalang. Akibatnya, pemberitaannya tendensius dan mengarah pada pengadilan opini. Anas Urbaningrum adalah contoh jelas korban pembunuhan karakter oleh Tempo. Padahal, semua orang tahu Tempo adalah satu-satunya media investigatif terkemuka di Indonesia dan sangat dipercaya publik.

Mengapa dalam kasus Hambalang terkesan Tempo mengganyang Anas?

Pertama, Tempo juga media-media lain percaya saja pernyataan-pernyataan Nazaruddin sebagai saksi korupsi Hambalang. Tanpa verifikasi dan investigasi mendalam. Padahal, seorang saksi pun bisa dan sangat mungkin berbohong. Mestinya, bagi media sekelas Tempo, sumber pemberitaan harus benar-benar dipastikan akurasi dan kebenarannya. Tidak ditelan mentah-mentah. Apalagi terus-menerus dikutip sehingga seolah kebenaran, padahal belum tentu sahih.

Kedua, Tempo juga media-media lain berangkat dari sikap positif, bukan negatif pada pernyataan Nazaruddin. Ketika kesaksian atau pernyataan Nazar disampaikan kepada media, Tempo langsung menerimanya dengan positif. Ia hanya mencari jawaban orang yang dituduhkan agar terlihat berimbang (cover both sides). Padahal, sekelas Tempo harus bisa memastikan pernyataan itu benar atau palsu. Pernyataan di bawah sumpah dalam pengadilan saja bisa palsu, apalagi yang cuma cuap-cuap di media.

Ditambah lagi, Nazar adalah seorang politisi yang bermasalah. Sangat mungkin Nazar menyebar kebohongan untuk menghancurkan musuh-musuh politiknya. Atau, boleh jadi ia dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk dengan sengaja menghancurkan reputasi Anas. Cara-cara keji Nazar itu harus diantisipasi. Dan Tempo (sengaja?) lalai dalam soal ini.

Ketiga, Tempo meyimpan motif politik dalam pemberitaannya. Ini mudah tercium lewat headline-headline-nya. Selama setidaknya 1,5 tahun terakhir telah puluhan kali Anas menjadi headline. Tapi bandingkan dengan pemberitaan kasus korupsi Bank Century, impor sapi, cetak Alquran, pajak Asian Agri, pajak Bakrie. Headline kasus-kasus korupsi itu bisa dihitung dengan jari. Tidak semasif dan sebersemangat menuduh keterlibatan Anas Urbaningrum. Mengapa Anas terus dibombardir dan diganyang Tempo padahal dia belum pasti bersalah? Sementara KPK baru memanggilnya sebagai saksi? Hanya Tuhan dan Tempo yang tahu.

Padahal, jika memang Anas terlibat, sudah jauh-jauh hari KPK menangkapnya. KPK andal dalam mengungkap korupsi. Jadi sungguh aneh jika Tempo begitu yakin menuduh Anas bersalah, dengan hanya kesaksian Nazaruddin, sementara KPK saja tidak menemukan bukti keterlibatan Anas Urbaningrum dalam kasus Hambalang.

Lalu, apa motif politik Tempo? Lagi-lagi hanya Tuhan dan Tempo yang tahu. Kita berharap, Tempo sedang tidak dimanfaatkan (apalagi dibayar?) oleh pihak-pihak tertentu untuk dengan sengaja menghancurkan integritas dan karier Anas Urbaningrum. Akan lebih parah lagi jika di kemudian hari ketahuan ada pesanan dari musuh-musuh politik Anas, seperti Cikeas, untuk menghancurkan nama baik Anas! Semoga tidak benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline