Matahari belum lama terbit saat mbak Jum, mengguyuri kepala dan sekujur badan Nurhayati putrinya, bocah 7 tahun yang baru duduk di kelas 1 SD. Namanya juga kamar mandi keroyokan, jadi harus buru-buru karena penghuni kontrakkan lainnya sudah antri menunggu.
Tuh, kan.... Belum kelar mbak Jum mengeringkan badan anaknya dengan handuk, mpok Mumun sudah mengisi kamar mandi kosong yang baru saja ia dan putrinya tinggalkan.
Mbak Jum sempat bertegur sapa dengan Romlah, janda bohay nan aduhai yang habis senam kesegaran jasmani. Dan bersiap-siap juga untuk mandi.
Bang Toyib yang sedang mencuci peralatan dagang baksonya, hilang konsentrasi. Buluk yang jarang mandi pun ikut-ikutan ngantri. Padahal semua juga tahu, untuk urusan mandi Buluk sudah kayak Water proof, alias anti air. Mandinya cuma sehari sekali. Itu pun pas kehujanan dan ngga ada tempat buat berteduh.
Kalau pas musim kemarau. Buluk cuma mandi bebek. Nyelupin kepalanya ke ember, terus basahannya, dibiarkan menetes ke badannya. Hihihi....
Romlah masih dan terus memompa air dengan kedua tangannya. Gerakannya seirama suara musik dangdut yang merayap keluar dari pintu rumahnya pak Erte. Sementara penghuni kontrakkan lainnya pun sudah mulai tumplek-blek, di sekitar kamar mandi tersebut.
Ada yang mau nyuci dan mandi. Tapi ada juga yang sekedar iseng meramaikan tempat tersebut sambil ngobrol ngalor- ngidul, sambil ditemani dengan segelas kopi.
Apalagi kalau ada Romlah yang dengan balutan ketat pakaian senamnya hadir di kamar mandi. Suasana kamar mandi bisa berubah sekejap jadi 'pasar senggol' lantaran banyak warga yang dateng.
Pak Erte yang sedari tadi lagi memberi makan ayam-ayamnya pun mulai merapat ke area kamar mandi tersebut. Tujuannya cuma satu menyerap aspirasi para penghuni kontrakkan yang saban hari mengeluh, karena kamar mandinya cuma satu.
Betul saja, belum 5 menit keberadaan Pak Erte di area basah tersebut. Romlah langsung menyuarakan aspirasinya.
"Te...pegimana ini saban hari aye kudu mongpa air tiap mau mandi. Kali-kali beliin Pompa air yang bisa muncrat, napa..." Kata si Semok dengan gerakan yang bikin antrian bertambah panjang.