Sekali lagi Pak Erte mengawasi kutang berenda yang tergantung di tali jemuran depan kamar mandi kontrakkan. Sebuah benda yang beberapa bulan terakhir ini membuat resah dan gelisah. Gara-gara benda tersebut Juleha berubah menjadi kucing garong dan menghiasi badan, serta muka suaminya dengan cakaran. Bahkan nyaris bercerai.
Padahal Pak Erte sudah berusaha mencari siapa pemilik sebenarnya dari kutang tersebut. Bahkan beberapa waktu lalu sempat melakukan ajang pencarian dengan cara mewajibkan kepada para penghuni kontrakkan, khususnya kaum perempuan untuk mengenakkannya. Meskipun hasilnya nihil. Paling tidak pak Erte jadi tahu ukuran Romlah sebenarnya. Hihihi....
Disaat pak Erte masih mumet dengan misteri yang belum terpecahkan tersebut, tiba-tiba Buluk dengan napas ngos-ngosan dan badan bau keringet datang melapor.
"Pak Erte buruan noh, bang Toyib ama empok Romlah lagi berantem di belakang" Kata Buluk sambil menunjuk arah kontrakkan.
Tanpa pikir panjang pak Erte mencelat dari duduknya dan langsung berlari ke arah kontrakkan.
Sesampainya di tempat tersebut, pak Erte melihat bang Toyib udah nyangsang di atas pohon jambu. Sementara dari bawah Romlah terus menghujaninya dengan lemparan berbagai benda.
Mulai dari sepatu, sendal jepit bahkan Buluk mulai ikut-ikutan menyodorkan panci Segala, yang langsung disambut oleh Romlah dan melemparkannya ke arah bang Toyib yang masih bersembunyi di antara dahan pohon jambu.
Krompyaaang!
Karena lemparannya tak kunjung mengenai sasaran Romlah kemudian mengambil bambu jemuran dan mulai menyodok-nyodokkannya ke tubuh bang Toyib.
"Adaw! Ampun mpok. Ampuuun!" Teriak bang Toyib dari atas pohon.
Melihat hal tersebut pak Erte buru-buru mendekap tubuh Romlah dari belakang. Sebagai bentuk antisipasi Ketua RT yang mesti menjaga kerukunan antar warga yang di pimpinnya.