Lihat ke Halaman Asli

Budiman Gandewa

Silent Reader

[Serial Pak Erte] Team Sukses Pemilukada

Diperbarui: 30 September 2016   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pic. plus.google.com

Sore ini Pak Erte kedatangan tamu penting. Saking pentingnya mereka menamakan pertemuan ini dengan sebutan meeting. Pak Erte belum tahu mereka datang dari mana, serta ada keperluan apa. Karena yang datang penampilannya seperti pejabat-pejabat yang sering nongol di tipi.

Tapi menurut informasi yang disampaikan oleh si Buluk. Pemuda yang memiliki profesi serabutan di Kampung Pinggir Kali. Selain datengnya serempak. Masing-masing dari mereka membawa mobil sendiri-sendiri.

Ada sekitar sepuluh orang yang namu ke rumah Pak Erte. Itu berarti ada sepuluh mobil yang parkir di jalan tersebut. Kebayangkan panjangnya. Lagi pula jalan yang berbatasan langsung dengan kali ini, cuma bisa dilalui satu mobil.

Mas Selamet cuma bisa garuk-garuk kepala, karena salah satu mobil, parkir persis di depan warung Indomienya. Bang Togar udah mumet, karena istrinya dari tadi ngomel-ngomel mulu. Karena salah satu kendaraan itu turut serta menghalangi jalan masuk ke warung sembakonya.

Sedangkan Buluk mendapatkan peluang dengan banyaknya tamu yang datang dengan mengendarai mobil tersebut. Karena dengan begitu, Buluk bisa langsung menjelma jadi tukang parkir. Lengkap dengan rompi bertuliskan 'Parkir', serta peluit yang entah sudah berapa kali di tiup, tapi bunyi masih begitu-begitu aja.

Huffft...hufff...!Kira-kira seperti itu bunyinya.

Padahal jangankan semua orang. Meskipun lagi dalam kondisi mabok lem aja. Buluk juga tahu kalau suara peluit itu sudah sejak dahulu berbunyi; Empriit...empriit!

Tapi Buluk tidak kehabisan akal. Dicarinya sisa terompet tahun baru yang dipakai sewaktu merayakan ulang tahunnya, Pak Erte. Setelah ketemu, lengkap sudah persyaratan yang dibutuhkan sebagai petugas parkir. Mulai dari rompi, pluit. Eh, terompet dan satu lagi syarat mutlak menjalankan profesi tersebut....

Bernafas! Hihihi....

***

Pak Erte menyalami tamunya satu demi satu. Lalu mempersilahkan mereka duduk lesehan di teras rumahnya. Selain bangku yang ada di ruang tamu nggak cukup untuk menampung semua tamunya. Pak Erte emang udah biasa melakukan musyawarah dengan warga di teras rumahnya yang bersih dan cukup luas tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline